Banyak dari kita yang memiliki hobi belanja, baik wanita
maupun pria. Variannya pun berbeda-beda, khusus wanita biasanya terkait dengan
fashion, entah itu bagcholic, shoecholic atau yang bebas gender seperti
bookcholic. Ada yang bisa mengatur ke’cholic’annya itu, ada yang tidak. Nah, saya
termasuk yang nyaris tidak bisa mengatur (agak denial sebenarnya pernyataan ini
hehehe). Tapi sub varian saya agak berbeda, karena tidak bisa diukur dari
tingkat kebutuhannya, yaitu ‘kadocholic’. Okelah ini pemerkosaan kata memang,
tapi ga enak kalau bilang ‘presentcholic’.
Persisnya ga pernah tahu siy, tapi mungkin sejak kuliah
ketika saya dapat uang jajan lebih. Saya menemukan hal yang sangat menyenangkan
ketika bisa membelikan kado untuk teman-teman saya. Well, sejak SMP sebenarnya
sering diajak teman-teman cowo untuk memilihkan kado buat pacar mereka. Mulai
dari pacar yang memang teman sendiri, hingga pacar yang ga pernah dengar
profilnya sama sekali kecuali di hari itu. Biasanya pas valentine tuh. Ah, saya
lupa, waktu SMP kan juga nyari kado buat pacar (halah) sedangkansejak SMA sibuk
cari kado buat kecengan yang ga ada satupun jadi suami hihihiy. .. Emang ya, lawan jenis bikin kita konsumtif.
Saya sendiri termasuk jarang kasih kado ke teman pada saat
itu, maklum tak punya duit. Biasanya saya kasih kartu buatan sendiri-dan dari
bahan daur ulang. Rasanya dulu memang ingin memberkan yang sesuai profilnya.
Apalagi kalau ketemu teman dengan kesukaan spesifik, senang banget nyari
kadonya. Makanya pas kerja saya jadi royal banget.
Nah karena itulah saya jadi tidak bisa ukur berapa
sebenarnya bujet untuk kado. Tidak bisa ukur kebutuhannya, karena rasanya ingin
kasih ke semua orang setiap hari. Berasa sinterklas ya gue. Apalagi begitu
sudah punya anak dan masuk sekolah, jadi ada kebutuhan untuk menyetok kado dari
berbagai usia, jenis, dan warna hahaha.... Soalnya gimana ya? Saya kan jarang
bawa uang tunai, jadi kalau tiba-tiba ketemu teman atau saudara yang jarang bersua
terus bawa anak rasanya ingin kasih buah tangan atau tetiba anak pulang dengan
goodie bag, hiya ada yang ultah, masa kita ga ngadoin balik? Yah, kalo kepepet
kasih uang. Cuma berasa nenek-nenek gue, hehehe ....
Sasarannya pun suka tidak pandang bulu. Ga harus teman
dekat, teman dekat itu membantu saya dalam pengelompokan profil, sukanya apa,
tapi ada juga yang ga teman dekat tapi terkenal dengan kesukaan spesifiknya, ya
biasanya saya kasih juga. Momennya juga ga harus selalu ultah karena terkadang
ketemu barangnya ga pas jelang ultah. Seringnya aji mumpung, mumpung ada
hepengnya. Makanya sering kejadian tagihan kartu kredit gede tapi barang yang
ada di rumah ya itu-itu aja, ga ada bekasnya selain plastik pembungkus hahaha
... maafkeeun suami, kan bayar sendiri kok tagihannya.
Saya malah pada dasarnya tidak suka kasih kado uang, kok
kaya ga kreatif. Kaya ga meluangkan waktu. Memang, ketika menerima kado saya
lebih suka mendengar cerita di balik itu ketimbang kado itu sendiri. Semakin susah
payah, semakin saya apresiasi. Yang ga bersusah payah tapi tepat pun juga saya
apresiasi. Pokoknya keliatan deh mana yang asal-asalan. Tapi ga papa, sudah ada
niat baik ... saya apresiasi juga. Toh, saya juga ga berharap apresiasi juga
sih, kan pasti ga selalu kado saya pas buat keinginan para ‘korban’. Biasanya
terlihat dari rautnya sih dan kalau saya tidak puas , jadi penasaran untuk cari
kado yang lebih baik.
Yang lucu adalah ketika mengaku diri agak terobsesi
membelikan kado, saya malah merasa belum pernah memberikan kado yang tepat
gunjreng ke orang-orang terdekat saya. Semisal orang tua, my siblings, even
suami. Kasih yang ecek-ecek kayanya ga maknyus. Level mereka dan kedekatan saya
harusnya yang kasih kado semacam tiket inggris-jakarta pp, tur mudik
padang-aceh bareng cucu dan menantu, nonton n masuk langsung ke stadion
Anfield, bawa ketemu Michael Jordan, atau sekadar menyusuri jalan legendaris
Sherlock Holmes. Banyak ya bo !
Yah sudahlah, maksud hati memeluk gunung apa daya tangan
belum sampai. Hal semacam inilah yang menjadi booster saya ketika memerlakukan
uang. Emang ga selalu punya waktu untuk cari uang sih, uang yang ada saja habis
terus hahahaha ... Konon, jangan tunggu punya uang banyak atau tunggu hari
ultahnya tiba baru dikasih kado, whenever you like whenever you have something,
it will always taste better when you share it. Tapi ingat ya, jangan kebablasan
... you can’t buy friendship anyway.
Jadi, beli kado apa bulan ini? (dipelototin suami)