Rabu, 24 Mei 2017

RABUku: 30 PASPOR The Peacekeepers’ Journey


Buku ini saya bawa sebagai teman perjalanan saat hendak ziarah makam mertua di Jawa Tengah. Belum habis dibaca, karena ternyata waktu bersama keluarga tetap lebih menyita keseharian. Ini adalah seri ke-3 dari 30 PASPOR. Misi perdamaian menjadi alasan saya membeli lagi buku ini. Tentu saya berharap ada hal baru dari penceritaan buku ini. Sesuatu yang lebih. 

J. S. Khairen lagi-lagi menjadi pengolah formula cerita. Yang bisa saya katakan, dia sudah sangat banyak berlatih. (lha lalu saya kapan berlatihnya?) 

Tantangan pergi keluar negeri oleh Pak Rhenald Kasali telah mencapai ketenarannya hingga sebelum masuk pun, sudah banyak mahasiswa yang bahkan telah menyiapkan akan pergi ke negara mana. Dan kemudian aturan permainan pun berubah. Tidak hanya satu, tetapi dua negara. Bukan sekadar mengamati negara dengan persepsi sendiri, tapi juga membawa misi perdamaian. Harus membantu orang. 
Kesannya sepele, tapi bagi banyak mahasiswa/i hal ini tidak sesederhana itu karena islamophobia tengah melanda Eropa. 

Manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan, di hari-hari terakhir ada saja yang tertimpa musibah, entah itu harus menjalanakan operasi besar bahkan ada yang baru saja patah kaki, tapi semangat tidak luluh. Bahkan kalau perlu, tidak bilang-bilang dulu soal penyakitnya, karena takut tidak diizinkan. 

Hal ini menjadikan kisah perjalanan ini lebih mendalam karena tertuang lebih banyak rasa. Makanya, hidung saya beberapa kali tergelitik menahan haru. Rupanya banyak yang menjadikan perjalanan ini sebagai momen kontemplasi diri, padahal tidak sedikit di antara mereka yang sudah berpengalaman travelling di Indonesia. Ketika prasangka baik berbuah kesialan. Dan ketika prasangka buruk ternyata hanyalah prasangka. Ada-ada saja cara Yang Maha Kuasa menyelipkan pelajaran dari sebuah perjalanan. 

Asia Timur dan Eropa memang menjadi tujuan favorit, selain karena spotnya yang menggiurkan untuk dinikmati, kesempatan nyasar lebih sedikit. Ga terlalu rumitlah karena struktur yang lebih tertata. Para mahasiswa ini juga terlatih menggunakan couchsurfing. Sehingga ketika mereka tiba di negara tujuan, sudah tahu harus bertemu dengan siapa. Bedalah anak zaman sekarang, bingung komunikasi saja tinggal buka aplikasi We-Chat. Selain itu, menginap di hostel murah terbukti lebih memudahkan mendapatkan teman baru ketimbang mereka yang tinggal di hotel. Makanya, ada anak yang di tanah air sudah disiapkan hotel dan dilunasi orangtuanya, akhirnya memilih untuk belok ke hostel murah. Intinya, anak-anak secara kelompok cukup dibekali. Jadi ga serta merta disuruh pergi ke luar negeri. Apalagi ternyata masih ada saja anak yang bahkan belum pernah naik pesawat. Keberangkatannya nyaris gagal karena biaya. Entah rezeki apa yang membuatnya bisa menuntaskan tugas kuliahnya itu.  

Lucunya, tidak ada mahasiswa dalam buku ini yang tergerus nasionalismenya sepulang dari perjalanannya. Malah sebaliknya. Ada syukur, ada asa.  

I wonder, kira-kira tantangan apa selanjutnya di kelas Pak Rhenald Kasali? Akankah ada anak yang mengunjungi negara yang aneh, yang butuh transit berkali-kali, yang membutuhkan waktu berhari-hari perjalanan? 

Oia, JS Khairen ini juga menerbitkan karya terbaru loh di Noura Publishing. Coba ditengok-tengok media sosialnya. 

8 komentar:

  1. Aku jadi penasaran sama bukunya, Mbak. :o

    BalasHapus
    Balasan
    1. ^^ layak dibeli memang, mba. Banyak orangtua yg luluh membolehkan anaknya melakukan perjalanan sendirian setelah diminta membacakan buku ini

      Hapus
  2. Buku yang menarik. :D Reviewnya membuat jatuh cinta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Macici ^^ hingga seri ke-3 buku ini tidak kehilangan daya tariknya memang

      Hapus
  3. Ya ampuuuun, kalo ini dosenku aku bisa seneng banget ngelakuin tugas2 begini :D. Lah hobiku traveling. Nanti aku mau cari bukunya ah mba. Cerita2 perjalanan begini slalu bikin semangat utk cari tempat2 baru buat next destination

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya, mba. Saya yg jarang2 traveling aja rasanya gemuruh di dada pengen jg bisa mandiri gitu ke negeri orang.

      Hapus
  4. pak Rhenald Kasali aku suka buku2nua blio dan buku ini keknya keren mba masuk wishlist lah buat bacaanku 🙏🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang beliau menuangkan semangat menularkan sesuatu yg inspiratif lewat mahasiswanya ... Transfer ilmu yg berhasil, menurutku ...

      Hapus