Jumat, 08 September 2017

JJS: Nyaris Terdampar di d'Kandang Farm


Setelah dipikir-pikir sepertinya sudah lama sekali kami tidak pergi ke tempat yang bukan mal jika akhir pekan datang. Kalau ga ke rumah nenek, ya ke rumah nenek hehehe .... atau mentok-mentok nongkrong di rumah dengan bujukan ke anak-anak bakal diizinkan main di Funworld. Lagian bingung juga mau nge-mal. Kalau buat makan-makan doang mah ga aci lah buat anak-anaknya Pak Hery. Akhirnya datang juga inisiatif dari Suami untuk mengajak kami sekeluarga ke d’Kandang Farm yang berlokasi di Depok.

Bukannya apa-apa, kalau saya yang usul, seringnya ditolak. Jadi yah mending tunggu kesiapan dari si pemegang duit, bukan?
Tarif belum mencapai Rp.100000,- saat saya mengorder taksi online untuk perjalanan dari Kalibata City ke d’Kandang Farm. Soalnya ketika dijalani, itu rutenya membingungkan hahaha. ... bersyukurlah ada GPS karena rambu-rambu menuju d’Kandang Farm menurut saya kurang banyak dan kurang representatif.


1. Meutia kena charge HTM


Letak d’Kandang Farm sendiri agak masuk ke perkampungan dan mojok. Jadi dari lahan parkir,  masih jalan sekitar 100-200 meter sebelum tiba di loket. Ternyata HTM telah diberlakukan sesuai tinggi badan. Dan Meutia berada di pas 80 cm, sehingga ikut membayar tiket masuk sebesar Rp.10000,-  Sudah termasuk dengan satu botol yogurt homemade untuk masing-masing tiket. Sebenarnya kalau datang lebih pagi antara jam 6-9 pagi di hari Minggu masuknya gratis loh.




2. Cocok untuk Piknik dan konten Instagram


Oleh karena tidak ada larangan membawa makanan, maka tempat ini enak banget kalau dijadikan area piknik. Saya bersyukur karena walau tidak bawa makanan, masih ada satu mobil saudara yang datang belakangan dan bawa makan. Nebeeeeeng! Mungkin karena banyak yang piknik, spot kuliner di sini tidak terlalu menonjol ya. Banyak rumah-rumah kayu yang berjudul warung makan tapi isinya kosong. Kalau mau makan pun cukup nyaman karena ada beberapa gazebo disediakan di sana. Namun, tetap jaga kebersihan yaaa ....

Nah, selain untuk piknik, bagi saya tempat ini cukup instagramable. Penataan taman yang ciamik dan tidak berlebihan menyediakan spot foto buatan, membuat d’Kandang Farm masih terlihat asri.



Untuk anak-anak? Ga usah ditanya. Saya bahkan begitu masuk langsung memberi peringatan, tidak boleh main air. Hal itu dikarenakan kami langsung disambut oleh spot air mancur yang memang dimanfaatkan oleh pengunjung kecil untuk bermain air. Main air bisa di mana aja lah. Saat ini, saya lagi ga mau ngurusin anak-anak dengan baju basah. Ada juga arena rumah bermain dari plastik , tapi karena pengunjung banyak kayanya ga seimbang deh. Toh, di rumah juga ada yang begituan hihihiy ...

Jadi lebih baik langsung ke wahana yang memang disiapkan oleh d’Kandang saja.

3. Rabbiton
Setiap wahana rupanya ada bayarannya. Ya iyalaaaah ....


Bisa terusan, bisa ga. Saya pilih yang ketengan saja. Seperti misalnya di arena Rabbiton yang dibayarkan hanya pakan, jadi mau berapa pun orang yang masuk ga masalah. Si bontot masih bisa menikmati lihat-lihat kelinci, kambing, ayam, burung kalkun, hingga kebo bule walau dia takut memberi makan mereka. Tidak seperti kakaknya, dua ember ludess sekejap.



4. Memberi Susu ke Anak Kambing


Bagi anak-anak, memberi susu ini hal baru. Tantangannya adalah, anak-anak kambing ini agresif. Jadi begitu masing-masing anak diberi botol yang sudah berisi susu formula, anak-anak kambing itu langsung menyerbu si pemegang botol.  Sontak hal ini membuat anak laki satu-satunya ngibrit sambil melempar botol susunya. ^^ Beda sama kakaknya ...

5. Naik Delman


Kalau yang ini paket murah meriah karena bisa ramai-ramai. Ada juga naik kuda perorangannya. Tracknya juga lumayan, lewat jalan yang ga akan dilewati orang-orang umum jadi bisa melaju kencaaang ^^

6. Yang  Tidak Dikunjungi
Ada juga wahana yang tidak kami kunjungi karena satu dan lain hal, seperti: panahan, naik kerbau, flying fox, menangkap ikan, dan arena permainan rumah balon. Soalnya waktu sudah sore dan d’Kandang ini tutup jam 4 sore. Jadi kami memanfaatkan waktu dengan bermain bebas. Keponakan bahkan mengeluarkan inline skate-nya, sedangkan anak-anak saya mencari binatang lain yang tidak dikandangi, seperti ... kucing. Suami sempat cari tempat makan, tapi hanya satu yang masih buka dan hanya tersisa nasi goreng. Rupanya kurang banyak kami  makan siang tadi karena anak-anak turut minta nasi goreng. Saya? Foto-fotolah ....



Tempat shalatnya juga nyaman, hanya becek banget di tempat wudhu perempuannya. Lokasinya juga ada beberapa, yang nyaman yang terletak di ‘dataran’ atas karena berada di atas kolam ikan.  Ada beberapa gazebo besar yang  sepertinya memang bisa digunakan untuk paket-paket gathering gitu.



7. Kok Ga Ada Taksi Ya?
Saat para sapi sudah kembali ke kandang (tapi masih bisa ditengokin), para sepupu masih asyik panahan di penghujung hari, kami berlima pun pulang. Jalan kaki menuju jalan raya sambil terus mencoba order taksi online, dan gagal .... lalu kami di tepi jalan itu berharap ketemu taksi atau angkot yang bisa membawa kami ke jalan yang lebih ramai, tetap saja, nihil. Si anak cowo sudah tidur terduduk memeluk tungkai ayahnya yang menggendong si bontot. Oh tidak, apakah kami terdampar di sini?



Tapi rupanya seorang anak ABG yang sedari tadi nongkrong bercandaan cekakak cekikik bersama teman-temannya menghampiri kami. Rupanya di daerah situ, sudah tidak ada lagi angkutan umum yang lewat jika sudah sore. Lalu dia menawarkan diri mengantarkan dengan motornya. Ojek dadakan. Bersama motor kawannya akhirnya kami bisa menemukan taksi yang sedang berhenti di tepi jalan. Ah, anak alay ini, ternyata Allah titipkan bantuan melalui mereka  ... terima kasih yaaa sudah melaju pelan-pelan dan mengingatkan kawannya juga untuk hati-hati karena bawa anak-anak.

Depok sore itu macet sangat. Mungkin itu sebabnya taksi online enggan mengambil. Yah sudahlah, lain kali bareng mobil rombongan saja biar tidak bingung pulangnya hehehe....


2 komentar: