Rabu, 05 Oktober 2016

RABUku: Mengenalkan Anak pada Superhero Islam, Muhammad Al Fatih (sebuah komik)

Suatu hari saya kedatangan paket dari kakak saya yang berlokasi di Eropa sana. Namun, paketnya dari lokal. Setelah dibuka, senyum saya merekah. Dua nomor serial komik Muhammd Al Fatih buah karya Handri Satria (@Alfatihsatria). Rupanya, kakak saya tahu juga yang sedang ngetren di Indonesia. Salah satu kawan yang membuka toko buku online memang sudah bolak-balik memposting perihal buku ini. Betapa komik ini cepat sekali laku dan beberapa kali harus menunggu hingga cetakan selanjutnya rampung.

Format komik sebenarnya belum begitu mudah dipahami anak-anak saya yang usianya paling tua adalah enam tahun. Dan komik juga tidak begitu mudah untuk dibacakan lantang, seperti yang setiap hari saya lakukan pada anak-anak, walaupun salah satu dari mereka sudah bisa membaca. Namun, kemudian, sepertinya saya tidak perlu berlama-lama khawatir karena so far anak-anak saya tidak mengeluh walaupun saya tidak membedakan nada suara untuk setiap karakter.

Sultan Muhammad Al Fatih adalah seorang  Ghazi atau ksatria Islam Turki Utsmani pejuang Islam yang terkenal karena kegigihannya dalam mewujudkan janji Rasulullah, penaklukan konstantinopel. Dalam komiknya diulas bagaimana proses terbentuknya sosok seorang Muhammad Al Fatih, bagaimana caranya memantaskan diri, caranya belajar, dan bagaimana tekas sang penakluk itu. 

Al fatih atau Mehmet adalah bungsu dari tiga bersaudara. Di usianya yang begitu muda, dia harus menghadapi kenyataan bahwa kedua kakaknya satu per satu tewas dibunuh. Dan hanya dialah tumpuan harapan ayahnya, Sultan Turki Usmani.
Perjalanan Al Fatih menjadi raja Turki pun tidak senantiasa mulus, dikarenakan ada orang-orang dalam yang sudah memiliki perbedaan kepentingan. 

Nah, untuk cerita lebih lengkapnya silahkan beli komiknya yaa ....

Secara fisik, komik ini saya rekomendasikan karena gambarnya baguuus sekali. Dengan nuansa sephia, saya jadi teringat komik Master Keaton yang rajin menggambar detail bangunan. Hanya saja, menurut pengamatan saya yang apalah-apalah ini, rasanya sayang harus menggambar untuk adegan-adegan yang tidak perlu. Bagaimana pun komik memiliki sudut pandang yang berbeda dengan layar kaca, dan pada komik ini, ada saat-saat saya merasa seperti tengah membaca komik yang diambil atau discreencapture dari layar kaca. Akhirnya jadi sia-sia.

Mungkin juga ini perihal selera, saya terlalu banyak menikmati manga sehingga mudah bosan dengan format komik yang kotak-kotak monoton. Tidak ada mendadak karakter yang tergambar keluar dari kotak atau semacamnya. Ya, mungkin karena ilustratornya cowo kali ya, jadi lebih fokus. Atau mungkin dia golongan darahnya A ^^.

Penceritaannya menurut saya lumayan. Well, sebenarnya bagus tapi lagi-lagi terjebak dalam naskah yang berulang-ulang sehingga saya lelah membacanya. Again, bisa jadi karena saya membacanya secara lantang, jadi terasa sekali pengulangannya. Apalagi di adegan yang sarat dengan wejangan, tulisannya bisa panjaaaaang sekali. Sesuatu yang menurut saya terlalu banyak untuk ukuran komik. Mungkin jika itu sebuah novel, tidak masalah. Namun, pembahasaannya indah. Biasanya untuk anak yang lebih kecil, saya singkat sendiri.

Pendampingan bagi anak-anak di usia balita hingga 7-9 tahun masih diperlukan. Walau dialognya masih santun dan semoga dalam penceritaannya senantiasa ditekankan bahwa penaklukan konstantinopel itu tidak semata-mata perbedaan agama, melainkan ada hal-hal lain terkait pemerintahan lalim dan sebagainya. Mohon maklum, karena anak-anak kritis tetapi suka terlewat detail yang penting.

Secara garis besar, i like it karena sewaktu kecil saya pernah madrasah dan harus bertemu dengan mata pelajaran tarikh (sejarah)  dan sulit sekali menghapal begitu banyak perang. Sayangnya, yang selalu ditanyakan di soal selalu tentang tanggal dan tahun, bukan esensinya. Padahal, itulah menariknya sejarah. Bukan sekadar nama dan tanggal melainkan kisah di dalamnya. Penceritaan kembali dalam bentuk novel atau komik seperti ini sangat membantu dalam menghubungkannya dalam sanubari, dalam penghayatan, sehingga semangat cinta Islam itu muncul. Dari dalam. Bukan sekadar di bibir.

Dan karena alasan itulah, saya turut bergembira ketika muncul seri yang lain (sembari menunggu seri ke-3 Muhammad AL Fatih), yaitu Khalid bin Walid. Kali ini saya beli sendiri dong di IIBF 2016. Ilustratornya sendiri aktif juga di Fb, jadi silahkan menjalin silaturahmi atau sekadar melihat berita terkini. Beliau juga senantiasa membuka order untuk komik bertanda tangan dirinya.
Selamat membaca.  

4 komentar: