Kamis, 03 Juli 2014

My Story: Hidup dan Kantung Plastik

"Terima kasih ya, bu." begitu kata kasir di supermarket satu-satunya di Kalibata City saat saya menyodorkan plastik berlogo serupa hanya saja sudah saya lipat segitiga ala Jepang.

Saya malah bingung, "kenapa?"
"Soalnya yang ada orang malah minta kantung plastik lebih untuk kantung sampah."
Saya tersenyum saja mendengarnya. Kadang bingung kok bisa ya kekurangan kantung sampah. Saya membiarkan diri menggunakan kantung plastik selama seminggu saja, rasanya lama betul menghabiskannya. Paling satu atau dua kantung plastik setiap hari.

Jarang menggunakan kantung plastik memang merupakan komitmen saya selama bertahun-tahun. Maunya siy tidak sama sekali. Namun, saya sering titip beli sayur ke Hery dan sering pula lupa memberikan kantung plastik/belanja untuk dia bawa. Jadilah saya masih menumpuk kantung plastik. Toh, masih perlu untuk pelapis tempat sampah saya, secara tinggal di rusun ga bisa buat lubang biopori hehehee.

Ada masanya saya ketiban banyak sekali kantung plastik dan merasa bersalah karenanya. Lalu kemudian saya mendapat jalan keluar. Tukang sayur langganan saya bertanya apakah saya punya ekstra kantung plastik. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Jadilah saya telaten mengumpulkan keliman kantung plastik saya untuk diberikan ke tukang sayur itu.

Salah satu cara mengurangi penggunaan plastik adalah belanja bulanan. Belanja di akhir-akhir bulan justru membuat saya lebih banyak menggunakan plastik. Beli sedikit-sedikit tapi sering tapi ga pernah bawa plastik sendiri. Akhirnya numpuk deh. Tapi sekarang ga terlalu merasa bersalah lagi karena setiap kali lupa, selalu ada solusi agar si kantung plastik bisa lebih berguna. Sejatinya kita memang ga perlu sering-sering ingat kalau bukan tipe shopacholic kaya aku. Ke mana-mana bawa makanan dan minuman sendiri. Ga sebentar-sebentar jajan. Kemasan jajan itu bikin tempat sampah cepat penuh. Again, memang perlu latihan sih. Si Hery juga ga bisa hidup begini kalau ga disodorin kantung langsung. Keluarga saya di rumah juga ada yang merasa aku terlalu pelit atau aneh karena menolak banyak-banyak menggunakan kantung plastik. Jadi ingat kerutan di dahi mama saat saya memutuskan tidak membungkus kartu undangan pernikahan saya dengan amplop plastik. Tapi ya ga apa-apalah, tiap orang mudah-mudahan punya cara green-nya sendiri.

So, hidup dengan less plastic bag? No probs.

2 komentar:

  1. saya kalau belanja ke pasar, bawa tas yg bisa dipakai beulang kali, jadi kalau ada pedagang yg memberi plastik sy tolak keculai untuk bahan2 yg basah seperti tahu, ikan, ayam ,daging. kalau ada kresek dir umah suka sy buat ketrampilan bunga yg bisa kupajang di rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah ada keterampilan dr kresek juga ya. Patut dicoba =)

      Hapus