Kamis, 03 Juli 2014

Amy's Story: senyum dong, Amy

Hehehe, saya memang orang yang jarang senyum. Muka biasa aja. Ga terlalu mudah tertawa saat lihat sitkom atau stand up comedy. Makanya banyak orang mengira saya jutek di awal perjumpaan. Yah, didukung kontur muka juga sih. 

Sejak anak-anak semakin lincah, saya juga merasa rahang saya semakin kencang. Paling terasa sih ketika bawa mereka keluar. Walau hanya di area Kalibata City, mengajarkan tata cara sekaligus mengamankan anak-anak saat jalan kaki di jalanan itu seperti menggembala kambing-kambing lemot. Yah, kaya Bitzerlah, si anjing penggembalanya Shaun the Sheep. Kudu galak. Sharp.

Muka nyaris militer ini juga saya gunakan saat mengawasi bermain. Saya memang sengaja tidak mengambil jarak terlalu dekat untuk mengamankan anak-anak, karena saya punya lebih dari satu. Mereka bisa bermain di ujung yang saling berjauhan. Nah, oleh sebab itu suara perut dan muka militerlah yang jadi andalan saya memberi peringatan.

Rupanya, saya jadi terlalu sering menggunakannya.

Ketika anak-anak usai nonton Monster University dari dvd, seperti biasa mereka reka ulang adegan favorit. Untuk film yang satu ini, mereka suka adegan ketika si monster berjingkat ke kamar tidur simulasi mencoba menakuti robot anak kecil. Awalnya masih dengan karakter asli. Mereka jadi monster, Amy jadi robot anak kecil yang teriak ketakutan. Lalu kemudian mereka modifikasi. Karakter robot diubah menjadi teriak marah atau galak. Ketawa sambil kaburlah mereka. Setelah beberapa kali, mereka minta diganti jadi robot baik. Saya pun menanggapinya dengan menjadi robot yang tertawa terbahak-bahak. Eh begitu saya tertawa, Safir menubruk saya sambil cium-cium, "Adek suka robot baik." dan setelah itu diulang lagi dan dicium lagi. Terus begitu.

Saya pikir ini emang Safirnya aja yang jadi sering cium-cium pascasapih. Lalu ketika saya perhatikan lagi adalah sepertinya dia lebih suka lihat Amynya tertawa.

Atau ketika di kesempatan lain, saya sedang tidak mood main sehingga tidak punya toleransi untuk main asal-asalan. Saya pun memisahkan diri ke kamar. Setelah beberapa saat dikunci, saya buka dan Malika masuk menunjukkan wajah tersenyum yang dia gambar di kotak tersenyum. Saya hanya mengangkat secuil bibir atas saat itu dan kembali bersikap acuh, tidur-tiduran sambil beresin file di hp. Safir datang sambil tiban-tiban dan cium-cium, pegang-pegang bibir. "Iiiih, apaan sih, Dek."
"Adek, cuka Amy." katanya sambil terus gusel-gusel. Amynya masih acuh.
"Aku kan sudah buatin gambar senyum. Jangan marah lagi dong ... " kata Malika.
 Ini yang anak kecil siapa ya?

Yah, jadi Amy memang harus selalu ingat senyum dan tertawa. Lagian kasihan juga ya anak-anak, ga ada pilihan selain lihatin Amynya yang mood swing.

Aku akan berusaha, Naks. Fighting!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar