Kamis, 30 Juni 2016

7 Hari bersama Cetaphil(R)


Sudah berbulan-bulan sejak saya menggunakan sabun muka oleh karena ingin mengurangi penggunaan bahan kimia pada wajah. Cuci muka hanya dilakukan seminggu sekali dengan metode peeling, itu pun kalau ingat. Entah mungkin karena kualitas air dan jenis kulit saya yang berpori-pori besar sehingga setelah beberapa minggu lupa peeling, kulit saya terasa sekali kasarnya karena rentetan komedo. Tidak hanya kasar tapi juga kering. Ah, mungkin karena usia. Itu pikir saya.

Dahulu saya biasa menggunakan pembersih muka yang mengandung micro beads untuk mengeluarkan komedo. Namun, sejak pemberitaan bahwa micro beads sudah tidak diperbolehkan lagi karena sulit terurai bahkan mampu menghambat di saluran air, ya saya mulai kesulitan mencari penggantinya. Pasalnya, sabun cuci muka yang bukan micro beads menimbulkan sensasi halus palsu. Hingga akhirnya saya mendapat kesempatan mencoba Cetaphil®. Inilah tujuh hari saya bersama Cetaphil®.

Hari 1- Serasa Jadi Bayi
Well, saya sedang sakit saat itu. Dan pertama kali saya menuang Cetaphil®ke tangan, saya tidak terkejut. Ketiga anak saya mengalami masa-masa kulit sensitif sehingga harus menggunakan sabun dan losion khusus yang berbahan dasar air. Nah, Cetaphil®itu purified water jadi yaaah mirip-mirip lah. Cairan yang encer berwarna putih keruh dan tidak ada aromanya. Saat digosok di tangan tidak akan ada busa yang timbul, malah makin mencurigakan karena benar-benar seperti air. Kalau saya tidak punya pengalaman dengan anak-anak, saya mungkin akan curiga dengan keabsahan sabun ini. Saya jadi membayangkan tengah jadi bayi saat hendak mengoleskan ke wajah.
Begitu saya oleskan ke wajah, bagian hidung dan pipi menjadi perhatian utama. Pijat memutar selama 15-30 detik dan saya bisa merasakan area yang penuh komedo itu perlahan berubah. Saya tidak menyangka. Maaf ya Cetaphil®, sebenarnya saya masih terbesit ragu keampuhanmu dibanding sabun cuci muka bermicro beads ...

Hari 2 – Membilas dengan Handuk
Sakit saya semakin parah. Dengan badan meriang, jelas saya tidak mau bersentuhan dengan air. Dan jeleknya, saat saya sakit entah kenapa produksi komedo pun gencar. Jadi, mau tak mau harus cuci muka. Ah, tapi kan kena air ... Nah, ini yang membedakan sabun saya dengan bayi. Salah satu cara penggunaan Cetaphil®adalah tidak menggunakan air bilas. Nah loh.

Hati masih ragu-ragu, tapi keraguan yang kemarin sudah termentahkan, mungkin sudah seharusnya saya mencoba melangkah lebih jauh. Dan demi segera keluar dari kamar mandi, saya raih handuk dan menggosok muka saya dengan alur pijatan serupa saat mengoleskan Cetaphil®. Voila. Bersih tak bersisa. Handuk saya pun tak terlihat ada sisa sabun atau semacamnya. Dan entah kenapa, membilas dengan handuk terasa lebih bersih bagi saya.

Hari 3 – Serius Mengenyahkan Komedo
Oke, walau masih tak enak badan, sepertinya tidak bolehlah kita sia-siakan Cetaphil®ini. Seperti ketika hendak melakukan perawatan rambut dan hendak mengenyahkan ketombe, maka harus mengganti shampo dan keramas setiap hari selama satu minggu. Itu kata salah satu pekerja salon pada saya. Jadi, saya berencana melakukan metode yang sama pada wajah saya. Komedo ini memang perlu ditangani secara khusus.
Maka saya gunakan lagi Cetaphil®itu, pagi dengan metode basah alias dibilas dengan air karena saya sekalian mandi. Sedangkan malam menjelang tidur menggunakan metode kering atau dibersihkan dengan handuk.
Sebenarnya setelah berbulan-bulan tidak menggunakan sabun pencuci muka, saya khawatir dengan kelembaban kulit saya jika menggunakan sabun lagi selama berturut-turut. Eh, ternyata kulit saya masih kenyal-nyal-nyal .... Horee ... minyak saya sudah kembali. Selama ini  saya menyalahkan usia telah mengurangi produksi minyak di muka saya. Minyak yang saya percayai sebagai penghambat kerutan wajah hehehe ....

Hari 4 - Pembersih Make Up
Badan sudah jauh lebih baik dan terasa lebih baik lagi karena ada undangan buka puasa bersama dengan teman-teman semasa kuliah. Make up pun dioleskan sebagai pembayaran muka kucel sepanjang hari di rumah akibat sakit. Ga banyak sih, hanya bb cream sama lippenstip alias lipstik.

Pulang dari bukber, segera cuci muka dengan Cetaphil. Ini cucinya rada koboi karena sudah mengantuk. Walau sudah cuci muka saat berwudhu, biasanya saya masih merasakan sisa bb cream nempel dan bikin muka saya putih banget di kamar yang gelap gulita. Nah, begitu sahur saya cek. Ok, looking good. Ga pucat, muka saya terlihat asli heheje ... Mungkin next time coba kalau pakai make up lebih lengkap ya. Ah sayang baru tahu setelah anak pentas perpisahan, soalnya suka bingung mau bersihkan make up pentas anak. Nah, Cetaphil ini bisa digunakan untuk segala usia loh.


Hari 5—7  – Jadi Kawan Baik
Walau setelah seminggu secara intensif cuci muka dengan Cetaphil®, saya akan kembali dengan rutinitas saya yaitu cuci muka dengan air dan dua hari sekali baru memakai Cetaphil®karena ingin membiarkan kulit saya melakukan kemampuannya membersihkan dirinya sendiri. Cetaphil®perlahan-lahan menjadi kawan baik saya. Lagipula, saya tidak ingin botol seharga Rp130000,- itu terlalu cepat habisnya hehehe

Produk pertama Cetaphil®itu sendiri adalah Cetaphil®Cleansing Lotion yang menurut www.cetaphil.com pertama kali diproduksi pada 1947 oleh seorang apoteker. Produknya ini dalam waktu singkat pun menjadi rujukan oleh dokter-dokter. Dan hingga kini, Cetaphil®masih menggunakan formula orisinil yang dikembangkan pada 1947.

Dan seiring dengan itu saya pun punya beberapa harapan. Semoga segera mendapat sertifikat halal dan semoga edisi refillnya segera beredar di Indonesia.

Untuk lebih lanjut soal Cetaphil, bisa mampir ke sini yaa



3 komentar:

  1. Balasan
    1. Memang worth to try kok, mba. Krn nongkrongnya di toko obat makanya ga banyak yg tahu ...

      Hapus
  2. Haha iya disayang-sayang soalnya harganya lumayan ya mba..tp emang bagus ;D

    BalasHapus