Minggu, 20 November 2016
CREATIVITY IN A SQUARE: Syi’ar dalam Sepetak Kanvas – Qonita Farah Dian
Sabtu, 05 November 2016
Alasan (Saya) Unfollow Friend di Media Sosial
Assalamualaikum, siapa yang 4 November kemarin sibuk unfollow, tunjuk tangan!
Saya sih ga, karena aksi unfollow besar-besaran sudah dilakukan ketika Pilpres lalu dan sekarang merasakan manfaatnya. Ketika hingar bingar di luar sana, timeline saya cukup kondusif. Riuh, tapi terkendali lah.
Unfollow friend bagi saya merupakan seni tersendiri dalam bergaul di dunia Maya. Terutama FB. Karena saya menganggap Twitter sebagai tajuk berita, dan Instagram adalah galeri kehidupan orang di luar sana, jadi ga terlalu gimana-gimana. I took FB a Lil bit personally kayanya hehehe ...
Waktu zaman Pilpres, saya pusing sekali membaca timeline. Di satu sisi ada yang terheran-heran bagaimana orang yang pencitraannya shaleh tapi kok menggunakan kata-kata kasar. Sedangkan di sisi lain, terheran-heran dengan orang yang pencitraannya smart tapi ternyata doyan juga memaki-maki. Hingga kemudian saya merasa keributan itu terjadi di depan pintu saya. Di situlah saya menyadari bahwa saya menganggap FB sebagai halaman Maya. Taman saya. Itu artinya, saya bisa menentukan siapa yang mau atau boleh lewat di situ.
Nah opsi unfollow ini adalah opsi yang santun. Tidak perlu nge-block orang apalagi kalau teman sealmamater. I know you're exist but I just don't need to see you all The time. I don't need to know you're opinions.
Berikut kegunaan opsi unfollow yang saya lakukan:
1. Orang yang suka mencaci
Saya pernah punya kontak yang kerjaannya ngata-ngatain orang di FB. Saya jadi kasihan sama babi n anjing di luar sana. Tanpa melihat dia berada di kubu mana saat pilpres, unfollow. dia teman satu sekolah, but then I think, ini kan ga lagi di kelas ^^
2. Orang yang Suka Mengeluh
Orang mengeluh ini benar-benar buat energi negatif deh. Yang nyebelin dari orang mengeluh adalah pasti nyalahin orang atau pihak lain. Transjakarta disalahin. Taman ga ada tempat parkir dikomentarin. Tiap hari ada aja yang dikeluhkan. Oh please, maafkan aku Tuhan karena tak ada ruang bersabar. Unfollow.
3. Orang yang suka share berita hoax
Berita hoax itu sebenarnya bisa teridentifikasi dengan mudah, tapi kalau kebanyakan bisa terpengaruh juga. Ga cuma berita hoax, berita dengan judul tendensius juga bisa memperkeruh timeline. Makanya sekarang jaraaang banget share berita, nge-like pun ga, karena info hoax atau klarifikasi atau perdebatan ga sehat itu ketahuan kalau baca komen-komennya. Terkadang lebih penting baca komennya ketimbang beritanya hehehe
Nah, kalau orang yang macam begini biasanya saya pikir-pikir. Pikir korelasi pertemanannya apa. Teman sekolah atau teman kantor atau keluarga atau random? Kalau masuk dalam lingkaran teman sekolah, saya tanya lagi sendiri, kenal baik atau ga. Kalau ga, ya saya unfollow. Guna memberi ruang toleransi bagi kawan dekat yang suka share berita hoax, jadi lebih enak menginfokannya.
4. Pasangan Suami Istri Tendensius
Sebenarnya saya tidak bermaksud meng unfollow berdasarkan kubu pilpres, tapi kebetulan saja pasangan ini beda sama saya dan agresif. Jadi yang terpampang di timeline adalah share dan rangkaian status yang serupa nyinyir pedes bin nyilet-nyiletnya. Duet maut lah. Aih, cukup sudah. Aku pisahkan saja salah satunya. Nah, kalau pilih yang mana biasanya saya pilih yang perempuan, walau sebenarnya kenal duluan sama suaminya. Kalau perempuan kan ada kemungkinan posting resep atau prakarya gitu hehehe ...
5. Mereka yang Tidak Terlalu Peduli Denganmu sebagai Pribadi
Dulu, saya rajin making FB contact dengan para petinggi kantor. Bukan bos secara langsung. Biasanya FB mereka juga ga aktif-aktif amat. Kalaupun aktif ya untuk keperluan promo. Nah pas pilpres, FBnya mendadak aktif untuk kampanye. But then again, mungkin karena beda pilihan, saya jadi lihatnya lebay hehehe .. Jadi, unfollow lah. Biar bos langsung saja yang saya beri panggung buat kampanye. Toh, kontennya mirip. Ini ga cuma berlaku untuk para bos loh, para OL SHOP, atau kawan-kawan yang tadinya ga aktif di FB terus mendadak jadi jurkam, saya unfollow. I'll come to you if I need to.
6. Orang yang Marahi Saya
For this reason, saya tak cuma unfollow tapi juga unfriend ... Kakak saya hahahaha ... Ini kepuasan pribadi aja sih. Jangan salah, suami juga pernah saya unfriend. But then again, itu kan cuma di dunia Maya. Aslinya ya mana bisa persaudaraan dan pernikahan di-unfollow semudah itu. Kalau di dunia nyata mah biasanya kalau dimarahi, saya ngeluyur ke kamar, tutup pintu. Sama aja kan. Ntar juga keluar lagi. Yang penting tutup kuping pakai bantal hingga suara yang marahi saya ga ada lagi atau hingga saya sudah punya toleransi untuk dengerinnya atau karena saya perlu makan ha-ha-ha ...
7. Orang yang Tersinggung dengan Saya
Nah, sebenarnya saya ga pernah bermaksud menyinggung orang sih, tapi sadar suka pedes juga ngomongnya. Wong ga ngomong pedes aja, orang-orang bisa tersinggung kok. Nah, kalau sudah kejadian beberapa kali, baik yg sengaja atau ga, disadari atau ga, ya saya unfollow aja. Biar saya ga terpancing komentar kalau ybs sedang posting sesuatu. Sampai saya bisa belajar menahan diri hehehe ...
Hal menarik saya dapatkan setelah mengusap peluh di jempol seusai meng-unfollow. Kamu jadi terkejut melihat lingkaran pertemananmu yang baru. Yah, mudah-mudahan dengan begitu saya jadi pribadi yang lebih baik. Soalnya sulit menerima perbedaan jika semua orang berteriak-teriak atau saling nyinyir. Too loud. Intinya tindakan unfollow bukan berarti benci loh. Hanya mengecilkan volume. Kuping kita saja punya kemampuan menyaring bunyi kok. Jadi memilah demi menjaga hubungan baik.