Aku tidak berada di sini untuk jatuh cinta.
Itulah
janji Kara saat menginjakkan kaki di bandara Schippol, Amsterdam. Dan janji itu
berulangkali dia ingatkan pada dirinya sendiri kala seorang lelaki bermata biru
mulai mengisi hari-harinya.
Kara bukannya
tidak punya hati hanya saja hati itu sudah lama membisu, terlalu lama. Sejak dia
melihat sang ibu pergi meninggalkannya. Walau sang nenek dan kakek selalu
menyediakan banyak cinta tetapi selalu sudut yang kosong dan menularkan
kehampaannya juga mendorong instingnya secara tidak sadar untuk mencari.
Hanya
negara ini yang terlintas dalam pikiran Kara
saat memutuskan melanjutkan kuliah. Ya, negeri kincir angin itu terasa
sangat familiar. Dia dibesarkan dengan banyak kenangan akan Belanda walau saat
itu kali pertamanya dia ke sana.
Saat Kara terseok-seok memulai cerita baru hidupnya, sebuah kotak tua mengais ingatannya.
Ibu yang pergi, Kara yang mencari.
Selain fenomena fan fiction, novel berbasis travelling juga mulai menjamur. Saking menjamurnya hingga redaksi bukune membuat seri khusus novel berlatarbelakang luar negeri dan buku inilah salah satunya.
Jika bicara
tentang luar negeri, alangkah janggalnya jika tidak ada kisah berlatar negeri
yang kini dipimpin oleh Raja Willem Alexander ini. Selain didekatkan dengan sejarah,
Belanda masih memegang rekor penerima mahasiswa Indonesia.
Latar
belakang Belanda sebenarnya banyak digunakan pada literatur Indonesia tahun
70-an, yang kemudian trennya bergeser ke negara Eropa lain atau benua lain pada
tahun 2000-an (ingat kan boomingnya Eiffel, I’m in Love?). Hingga kemudian buku
Negeri van Oranje terbit. Dan Belanda
rasa baru pun turut muncul.
Si penulis,
Feba Sukmana, pun awalnya menjabat mahasiswa S2 saat menginjakkan kaki di
Belanda hingga kemudian dalam perjalanannya dia menemukan pasangan hidupnya
lalu menetap di sana. Inilah karya pertamanya yang diterbitkan secara utuh
setelah sebelumnya turut berpartisipasi dalam sebuah tentalogi, Jika. Rupanya tinggal di negeri orang tak
menyurutkan semangatnya untuk tetap menancapkan sebagian dari dirinya di
Indonesia.
Holland, One Fine Day
in Leiden seolah
sebuah judul yang janggal ketika disandingkan dengan bahasa Inggris. Berbeda
dengan novel berlatar Korea yang dengan PDnya memasang kalimat Korea bahkan
kalau perlu dalam aksara Hanggeul. Tapi tak apa, warga Belanda sendiri sudah
terbiasa dikelilingi tiga bahasa sekaligus, Belanda, Inggris, dan Prancis.
Sekilas seperti membicarakan tentang cinta.
Cinta antara orangtua dan anak, atau cinta pada lawan jenis. Namun, bagi saya
pribadi, kisah ini lebih banyak
menceritakan tentang keberanian. Keberanian Kara untuk me-nghadapi kenyataan.
Bahwa memang kadang segala sesuatu tidak berjalan sesuai yang diharapkan, tetapi
bisa jadi itu menggiring kita ke sesuatu yang lebih baik. Karakter Kara yang
suka galau sendiri terkadang membuat saya gemas, tapi bukankah itu yang
biasanya terjadi pada kita? Seringkali sebuah masalah hanya menjadi besar di
kepala kita sendiri.
Namun, karena terlalu real, unsur twist-nya jadi kurang terasa. Konflik
Kara dengan karakter lain tidak serumit konfliknya dengan dirinya sendiri. Meski
begitu, ada beberapa adegan yang cukup menyentuh emosi saya. Saya tidak akan
beritahu yang mana, hehehe ….
Layaknya genre romansa, umumnya penikmat tahu
bahwa kisah itu akan berakhir bahagia. Dan walau begitu, para pembaca tetap
penasaran dengan cara penulis membuat pembacanya menebak-nebak bagaimana akhir
bahagia itu tercipta.
Bisa jadi penulis hendak mempertahankan kisah
manis tapi tidak lebay dan tidak terperangkap kenangan akan kisah-kisah di sinetron.
Hanya saja, saya yang terperangkap dalam kisah-kisah yang lazim muncul di drama
Korea (lha Korea lagi). Ketika kami dibuat begitu terikat pada karakter
pasangan di drama tersebut hingga membuat kami tidak rela jika si penulis
naskah memberikan adegan secuil pun yang membuat pasangan itu bersedih atau
berpisah.
Toh, novel ini tetap menjadi kawan yang pas
untuk di perjalanan dan selesai dibaca saat tiba di tujuan tanpa merasa lelah
secara emosi dan kemudian semangat menjalani hari.
Buku ini bisa didapat dengan mudah di
bukupedia dengan harga Rp54000,-. Tinggal klik, tak lama buku
sudah siap dibaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar