“Ayah enak banget, kalau di kantor sering makan mie.” Begitu
protes anak-anak saya ketika mengetahui bahwa ayahnya sudah makan mi sebelum
tiba di rumah.
Enak? Saya
menyengir getir saja mendengarnya.
Setiap kali saya mengeluarkan mi instan, jauh di lubuk hati
yang paling dalam, saya merasa gagal. Masa sudah dengan gagah berani memutuskan
jadi ibu rumah tangga akhirnya mengeluarkan mi instan untuk dimakan
anak-anaknya? Walau sisi lain dari diri saya akan membela, “tapi ga sering kok,
paling seminggu sekali. Cheat day dan takaran bumbunya dibatasi.”
Bumbu yang terdapat pada mi instan seringkali terlalu gurih
sedangkan masakan harian saya masih cenderung tawar. Makanya, persediaan mi instan
di rumah sejatinya untuk suami. Hehehe ... sangat berguna ketika saya hamil dan
badannya selalu lemas. Ketika uang suami sudah terbatas untuk terus-menerus
beli makan malam di luar, maka mi instanlah yang dia masak. Dengan rasa nelongso. Sudah cape seharian bekerja eh
di rumah makan mi instan. I feel you, suami.
Tapi sejak saya menemukan mi Tropicana Slim di rak supermarket, saya jadi ada harapan.
Untuk tidak merasa nelongso setiap
kali memakan mi instan.
Rasa roasted duck adalah yang paling menarik perhatian saya
selain rasa ayam bakar yang dikeluarkan mi
Tropicana Slim. Dari gambarnya terlihat bentuk mie-nya pun berbeda.
Saya pun punya ide untuk sedikit meningkatkan tampilan sajian mi instan. Yah,
bukan rahasia umum kalau sebagian besar dari kita jarang menerapkan tampilan
sajian yang disarankan seperti terlihat di bungkusnya. Harapan saya pun meningkat
ketika mengeluarkan mi dari bungkusnya, ternyata masih ada wadah
tambahan di dalamnya.
Mi Tropicana
Slim itu sendiri dibuat dengan cara dipanggang sehingga kandungan lemaknya
tidak sebanyak mi instan lokal, plus kandungan garam di bumbunya pun lebih
sedikit dari mi instan biasa. Jadi saya tidak perlu membuang separuh bumbu lagi
dong.
Demi mendukung niat produsen mi Tropicana Slim sebagai mi dengan kadar lemak rendah, saya
ya ga mungkin dong menaruh tambahan yang digoreng. Jadi saya buatlah telur ala
egg benedict (agak kematangan kayanya hehehe) dan seperti popeye, saya
tambahkan bayam. Apa pun makanannya harus ada serat. Dan setelah berulang kali
anak-anak bolak-balik di sekitar kompor, Voila.
Jadi deh.
“Mi koreaa!” teriak anak-anak saya. Melihat tampilan mi yang
berbeda sepertinya mereka ingat mi yang diam-diam saya makan di tengah malam
hahaha ... Padahal kandungan kalori mi korea masih lebih besar ketimbang mi Tropicana Slim. Ya, sudahlah
biar mereka menikmati kelebayan
mereka. Saya anggap sebagai pujian.
Lha, itu piring siapa yang diembat?
Sepertinya akan menjadi partner yang dapat diandalkan saat
bulan puasa nanti. Entah kenapa, pasti ada setidaknya satu hari di bulan
ramadhan ketika kami akan bangun terburu-buru dan belum ada apa pun yang
tersedia di meja. Kalau ada mi Tropicana
Slim ga akan ada lagi tuh episode nelongso
di bulan puasa karena hanya sahur dengan mi instan. Yuk, semangat semangaaat!!!
Selamat mencoba.
Makan mie memang enak ya, tapi harus pintar2 nyari mie yang sehat.
BalasHapusYak betul. Kalau aku siy mencoba mengimbangi dgn lauk yg sehat jg walau rada g nyambung hehehe ...
Hapuspengen ikutan juga ah
BalasHapusLah.. kok sedap bangeeet itu penampakan mie nyaaaa
BalasHapusalhamdulillah sedap jg di perut, maak =D
HapusAih kapan-kapan nyobain ah. Btw salam kenal Mak :)
BalasHapus