Minggu, 07 Juni 2015

Makan Mi Tropicana Slim Tak Pakai Nelongso


“Ayah enak banget, kalau di kantor sering makan mie.” Begitu protes anak-anak saya ketika mengetahui bahwa ayahnya sudah makan mi sebelum tiba di rumah.

Enak? Saya menyengir getir saja mendengarnya.

Setiap kali saya mengeluarkan mi instan, jauh di lubuk hati yang paling dalam, saya merasa gagal. Masa sudah dengan gagah berani memutuskan jadi ibu rumah tangga akhirnya mengeluarkan mi instan untuk dimakan anak-anaknya? Walau sisi lain dari diri saya akan membela, “tapi ga sering kok, paling seminggu sekali. Cheat day dan takaran bumbunya dibatasi.”

Bumbu yang terdapat pada mi instan seringkali terlalu gurih sedangkan masakan harian saya masih cenderung tawar. Makanya, persediaan mi instan di rumah sejatinya untuk suami. Hehehe ... sangat berguna ketika saya hamil dan badannya selalu lemas. Ketika uang suami sudah terbatas untuk terus-menerus beli makan malam di luar, maka mi instanlah yang dia masak. Dengan rasa nelongso. Sudah cape seharian bekerja eh di rumah makan mi instan. I feel you, suami.

Tapi sejak saya menemukan mi  Tropicana Slim di rak supermarket, saya jadi ada harapan. Untuk tidak merasa nelongso setiap kali memakan mi instan.

Rasa roasted duck adalah yang paling menarik perhatian saya selain rasa ayam bakar yang dikeluarkan mi Tropicana Slim. Dari gambarnya terlihat bentuk mie-nya pun berbeda. Saya pun punya ide untuk sedikit meningkatkan tampilan sajian mi instan. Yah, bukan rahasia umum kalau sebagian besar dari kita jarang menerapkan tampilan sajian yang disarankan seperti terlihat di bungkusnya. Harapan saya pun meningkat ketika mengeluarkan mi  dari bungkusnya, ternyata masih ada wadah tambahan di dalamnya.



Mi  Tropicana Slim itu sendiri dibuat dengan cara dipanggang sehingga kandungan lemaknya tidak sebanyak mi instan lokal, plus kandungan garam di bumbunya pun lebih sedikit dari mi instan biasa. Jadi saya tidak perlu membuang separuh bumbu lagi dong.

Demi mendukung niat produsen mi  Tropicana Slim sebagai mi dengan kadar lemak rendah, saya ya ga mungkin dong menaruh tambahan yang digoreng. Jadi saya buatlah telur ala egg benedict (agak kematangan kayanya hehehe) dan seperti popeye, saya tambahkan bayam. Apa pun makanannya harus ada serat. Dan setelah berulang kali anak-anak bolak-balik di sekitar kompor, Voila. Jadi deh.





“Mi koreaa!” teriak anak-anak saya. Melihat tampilan mi yang berbeda sepertinya mereka ingat mi yang diam-diam saya makan di tengah malam hahaha ... Padahal kandungan kalori mi korea masih lebih besar ketimbang mi  Tropicana Slim. Ya, sudahlah biar mereka menikmati kelebayan mereka. Saya anggap sebagai pujian.


Lha, itu piring siapa yang diembat?


Sepertinya akan menjadi partner yang dapat diandalkan saat bulan puasa nanti. Entah kenapa, pasti ada setidaknya satu hari di bulan ramadhan ketika kami akan bangun terburu-buru dan belum ada apa pun yang tersedia di meja. Kalau ada mi  Tropicana Slim ga akan ada lagi tuh episode nelongso di bulan puasa karena hanya sahur dengan mi instan. Yuk, semangat semangaaat!!!


Selamat mencoba. 

6 komentar:

  1. Makan mie memang enak ya, tapi harus pintar2 nyari mie yang sehat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yak betul. Kalau aku siy mencoba mengimbangi dgn lauk yg sehat jg walau rada g nyambung hehehe ...

      Hapus
  2. Lah.. kok sedap bangeeet itu penampakan mie nyaaaa

    BalasHapus
  3. Aih kapan-kapan nyobain ah. Btw salam kenal Mak :)

    BalasHapus