Masih lekat di ingatan saya ketika itu saya berjalan di
antara dua rak tinggi berisi penuh buku. Saat itu saya merasa berada di surga
buku. Padahal saya kecil sedang berada di perpustakaan Erasmus Huis. Ingatan
itu menjadi salah satu rangkaian kecintaan saya terhadap buku.
Dan ketika Malika cs berulangkali meminta ke toko buku
setiap kali pulang pengajian, dan hanya untuk membaca buku, saya lama-lama
jengah juga.
“Kalau mau baca buku itu ke perpustakaan, bukan ke toko
buku. Ke toko buku ya buat beli buku.” Begitu jawab saya berulangkali pula.
Maklum toko buku hanya perlu berjalan kaki sedikit di
Kalibata City, itu pun tak lengkap koleksinya. Kurang banget malah.
Saya memutar otak kala itu, mau dibawa ke perpustakaan mana
ya? Kan niy bocah-bocah petakilan, sedangkan perpustakaan harus sunyi dan
tenang. Ya kalau mau ngajarin kan lebih baik di tempat praktiknya, bukan?
Lalu kemudian Allah seolah menjawab kegalauan saya. Sebuah share
tentang perpustakaan baru di kawasan Taman Ismail Marzuki. Benar-benar
menggoda. Ada tempat bermainnya pula, waaah .... Tidak hanya share yang Allah
tunjukkan, tempat berkegiatannya anak-anak alias Gen Cerdik pun menjadwalkan
kunjungan ke Perpustakaan Daerah itu sebagai salah satu rangkaian ke Planetarium.
Horeeee bisa nebeng kegiatan, maklum perpustakaan ini hanya buka di hari kerja
yang saya duga karena kekurangan pegawai.
Dan tibalah kami di sana pada 10 Juni lalu. Malika khawatir
karena hasratnya ingin bermain-main tetapi sudah diingatkan oleh saya bahwa di
perpustakaan itu harus tenang. Setelah menitipkan KTP dan mendapat kunci loker,
kami naik ke lantai dua. Begitu pintu lift terbuka, anak-anak langsung ke arah
kanan karena di sana ada pintu kaca menuju sebuah ruangan luas dan ujung sana ada tempat bermain. Saat menuju
tempat bermainnya pun mereka mendapat sensasi sendiri. Lantai yang didekorasi
menjadi peta Indonesia itu ditempeli kerikil kecil sehingga seperti spot pijat
bagi saya hehehe ...
“Amy, gimana nih. Kan kalau main harus teriak-teriak!” kata
Malika kebelet.
“Ya sudah, tapi nanti kalau sudah di tempat buku-buku ga
teriak-teriak ya.”
Dan werrrr langsing ngacir dua bocah itu. Padahal ya ketemunya perosotan ma mandi bola lagi. Cuma agak lain niy perosotannya, terdiri dari pipa-pipa besi warna warni jadi merosotnya lucu agak jeglek-jeglek.
Saya tidak berlama-lama di sana, panas. Tempat bermain itu
semi outdoor. Selain tempat bermain seperti perosotan, ada juga mobil-mobilan
yang pasti ga bakal ada akinya karena sejak pagi planetarium ini sudah penuh
dengan kunjungan anak-anak sekolah. Lalu ada rak panjang berisi mainan-mainan
edukasi dari kayu.
Saya masuk ke ruang perpustakaannya karena di sana sedang
ada acara mendongeng. Salah satu rutinnya pegawai perpustakaan sepertinya.
Anak-anak yang tinggal di sekitar TIM juga terlihat antusias datang ke
perpustakaan dan mendengarkan dongeng.
Namun, yang bikin saya miris adalah ketika melongok ke
bagian bermain di ruangan itu juga. Ruangan yang penuh dengan mainan edukasi
itu terlihat seperti habis diterjang bom. Totally chaos. Inilah akibat euforia
keganasan bin lebay ketemu mainan. Para pegawai perpustakaan pun tak sanggup
berbuat apa-apa karena memang ramai sekali seharian itu. Dasar emak-emak, saya
pindahkan saja yang tajam-tajam. Tak sanggup beresin semuaya karena akan ada
anak-anak lain yang datang dan oprek-oprek.
Sebenarnya konsepnya sudah tepat. Mereka yang masih
kebanyakan energi sebaiknya dialihkan ke tempat bermain yang lebih fisik. Ketika
sudah lelah barulah perlahan-lahan merapat ke bagian perpustakaan sehingga
mereka juga tidak telampau kreatif
mengolah mainan edukasi tersebut dan kemudian meninggalkannya begitu saja
karena teralih mainan yang lain.
Saya lihatnya sih begitu. Belum lagi jika para pengunjung
wisata sekolah juga datang ke sini itu berarti penuh banget dan biasanya mereka
ga diberi waktu untuk berbenah melainkan langsung pulang. Dan not to mention,
para individu yang memiliki mental, “ah, bukan rumah gue ini.” “ah, kan ada
pegawainya, ya itulah tugasnya.”
Tapi bagi saya yang datang di pengujung bukanya perpustakaan
ini, saya jadi kasihan sama pegawainya. I feel you .... Berantakannya rada
mirip dengan di rumah, hanya yang ini puluhan kali lebih berantakan.
Tadinya saya mau ajak Malika dan Safir berberes, mereka
tiba-tiba sudah ngejogrok di rak-rak mainan edukasi, eh tak tahunya tanpa
disuruh mereka masukkan lagi mainan yang mereka mainkan sebelumnya. Ya sudslah,
tumben hahahaha kalau di rumah kok ya harus disuruh melulu?
Lima belas menit menjelang tutup saya suruh Malika cs ke
area buku. Masa ke perpustakaan ga baca buku? Ya, sibuklah mereka memilih-milih
buku, untung dah mau tutup, bisa gempor tenggorokan Amynya.
Ketika hendak pulang, Malika berkata, “Amy, kita ke sini
saja terus.”
Ah, ya, nanti yaaah .... Pegel juga ke sini bawa anak tiga
biji ^^’ Naik kereta, ngerepotin orang. Naik taksi, mihil ajjah. Tapi karena
perpustakaan ini masih gratis, pas
banget kalau datang dari pagi trus seharian nongkrong aja di sana hehehe ....
Ayo ke perpustakaan ... Malu atuh nongkrong baca di toko buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar