Jumat, 19 Februari 2016

JJS Jumat Jelang Sabtu: Wisata Dirgantara ke Lanud Halim dan Museum Satria Mandala

Sudah satu bulan berlalu setelah insiden bom Sarinah, yang walau kemudian bertebaran meme-meme kocak, tetapi pada saat itu agak mencekam bagi saya. Bagaimana tidak, pada hari yang sama kedua anak saya sedang fieldtrip. Ndilalah, fieldtripnya ke ladang tentara keduanya. Yang sulung ikut fieldtrip dari sekolahnya ke Lanud Halim, sedangkan si anak tengah bikin fieldtrip sendiri ke museum Satria Mandala biar ga ngiri melihat kegiatan kakaknya. Untuk menemani si anak cowo ini, saya minta tolong abang saya. Yah, biar ga gelendotan galau sama ibunya melulu. Lagipula, pegel kali bawa dia jalan ke museum Satria Mandala sambil gendong bayi ^^`

Nah, karena saya tidak ikut jadi tulisan ini berdasarkan reportase anak-anak yaa ...

A. LANUD HALIM
Sebagai anggota komite, saya sedikit-sedikit curi dengar tentang prosedur tur ke Lanud ini. Untuk membuat janji maka perlu menyediakan surat pengajuan dari sekolah dan menelepon seorang Kopral untuk menanyakan jadwal. Perlengkapan yang disarankan dibawa adalah: jas hujan dan kacamata hitam. Nah item kedua ini jadi belanja deeh ... Senang banget anak-anak bisa punya kacamata hitam. Maklum, ibunya ga mau beliin kalau hanya untuk dimainkan.

"Aku tadi diajak lihat hercules." Pesawat besar yang pernah membawa neneknya ke Filipina ini membuat si sulung terpukau karena ukurannya. "Gede banget, kaya rumah. Ada kamar mandinya, tapi ga ada pintunya." nah loh.


"Habis itu aku foto bersama-sama di depan pesawat gede yang lain." 
"Kacamatanya jadi dipakai ga?" tanya saya.
"Jadi, tapi kalau ga panas aku lepas lagi."


"Terus habis itu kita nonton bioskop. Wah, sudah berapa kali ya aku nonton bioskop? "
"Filmnya tentang apa?" sidik saya.
"Tentang pesawat. Ngeeeng ..." merentangkan tangan menirukan pesawat terbang.

"Habis dari bioskop, kita diajakin bikin-bikin pesawat. Wuih gampang banget."
Ternyata ada sesi prakarya juga, jadi gemes sama tentara AU, kok peratian banget dih #lebay. Pesawat yang terbuat dari sterofoam itu sudah dibentuk sesuai bagiannya, jadi anak-anak cukup menempelkan sayap dan badannya setelah itu dihias stiker.

B. Museum Satria Mandala
Usai reportase LANUD Halim, beralih ke laporan dari Museum Satria Mandala. Sebelumnya kami sudah pernah ke sini, tapi si anak cowo masih agak kecil, jadi dia lupa-lupa ingat. Dan karena waktu itu saya bawa stroller tandem sedangkan tempatnya banyak tangga, jadi tidak semua tempat kami masuki.

Nah, kali ini reportasenya dibantu keterangan abang saya. Rupanya memang tidak salah pilihan saya menunjuk si om kesayangan para keponakan ini, karena seperti kebanyakan kakak-kakak saya, dia punya kemampuan menjelaskan panjang lebar dan detail. Jadi saya anggap itu adalah sesi belajar sejarah untuk anak saya. (Anggap saja sesi homeschooling hehehe).



Satria Mandala ini menyajikan angkutan tentara mulai dari helikopter, tank, hingga kapal diparkir di taman dan bisa dinaiki. Tentu tidak bisa dinyalakan. Oh iya harga tiket masuknya murah bingiiiit. Masuk ke museumnya, yang pertama adalah bagian paling terawat.  Selain diorama perang-perang, di situ ada tandu yang digunakan Jenderal Sudirman saat bergerilya. Lalu kemudian ada ruang khusus Presiden ke-2 Soeharto, berhubung beliau pun seorang tentara. Makin masuk ke dalam, semakin menurun sih kualitasnya, apalagi di ruangan pahlawan revolusi. Remang-remang, atap ada yang terkelupas, foto-foto mulai pudar, yah begitulah.

Yang menarik adalah ruangan senjata, karena anak-anak bisa berpose di antara senjata-senjata itu. Di bangsal belakang, terparkir pesawat-pesawat tempur zaman dahulu. Ini keren buat saya. Maklum jarang lihat pesawat dari dekat hehehe ...

Nah rupanya di sini juga ada semacam bioskop mini tapi dari dua kunjungan malah tidak sempat mampir.



Laiknya anak cowo kebanyakan, si anak tengah antusias bisa masuk ke dalam helikopter, memegang senjata, dan terlebih bisa foto sama tentara betulan. Hal yang sudah lama dia inginkan sejak salah satu tantenya menikah di komplek markas tentara.

Oh saya jadi ingat, taman belakang di sekitar Museum Satria Mandala ini bisa dijadikan tempat pernikahan loh. Tentu ya kadang suka harus siap-siap perubahan acara karena mendadak ada acara militer. Informasi ini saya dapat dari tetangga yang menikah di sana. Saya agak terkejut dan tidak terkejut karena ketika melihat tamannya dari museum, saya berpikir taman yang cukup bagus ini seharusnya bisa diberdayakan untuk acara pernikahan, eh ternyata memang iya.

Nah kembali ke si sulung dan si anak tengah. Jadi ketika keduanya tiba di taman Kalibata City dalam jangka waktu berdekatan, si kakak beradik itu terlibat dalam komunikasi dua arah yang seru. Biasanya kan kalau kakaknya ada kegiatan, adiknya cemberut ngiri hehehe ... Kalau buat saya sih yang penting dua bersaudara yang suka bertengkar ini pulang dengan selamat dan ga dengar berita apa pun tentang bom.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar