Kamis, 11 Februari 2016

KAMYStory: Memisahkan Adik dari Kakaknya

Judulnya seakan kejam sekali ya saya hehehe ... Hal ini dikarenakan banyak orang yang bertanya kenapa saya tidak memasukkan si anak tengah ke playgroup yang satu yayasan dengan TK si sulung. Biar sekalian antarjemputnya. Lagipula kasihan kok si anak tengah ga sekolah sedangkan kakaknya asyik-asyikan di TK.

Memiliki kakak beradik yang akrab itu memang anugerah. Safir menyebut kata 'kakak' sebagai kata keduanya setelah 'ayah'. Dia selalu mengikuti yang dilakukan kakaknya. Hingga kemudian saya merasa ada semacam hubungan tidak sehat akibat keakraban ini.

Hal ini terlihat ketika bermain di taman. Jika bersama kakaknya, ketika ada anak kecil lain, si anak tengah akan beringsut ke kakaknya. Jika tidak ada kakak saat bermain di taman, si anak tengah akan seperti mainan kehabisan baterai. Ngegelendooot aja. Berbeda dengan kakaknya yang tak sungkan sok nimbrung. Memang sih si kakak ini memang cewe dominan dan suka mengatur, jadi deh makin ga inisiatif si anak cowo ini.

Kecurigaan saya semakin nyata saat saya masukkan keduanya ke Gen Cerdik untuk subjek yang sama pada awalnya. Dan benar saja, pada beberapa materi kreativitas, si anak tengah lebih suka melihat kakaknya saja alih-alih menciptakan sendiri. Setelah beberapa bulan di Gen Cerdik, saya pisahkan keduanya di salah satu subjek, dan nyatanya di rumah ketika si kakak tidak di rumah, si anak tengah bisa merangkai lego sesuai imajinasinya sendiri.

Kemudian si kakak sudah waktunya masuk TK Besar, si anak tengah masih di Gen Cerdik. Masih dengan misi memisahkan demi mengembangkan. Eh dilalah, si anak tengah kehilangan semangat belajar. Alasan dari dia sih macam-macam, tapi yang pasti adalah dia kehilangan kakaknya. Berbeda dengan kakaknya, si anak tengah ini tipe one on one. Dia banyak belajar kosakata dari kakaknya. Dia bukan anak yang mudah menyerap materi atau instruksi jika instruktornya sembari sibuk mengejar bocah-bocah kecil. Sehingga si anak tengah sering menghabiskan waktu duduk di pojokan sendirian. Dia lebih senang menghapal lagu-lagu yang dipelajari kakaknya di TK ketimbang yang dia pelajari sendiri. Kalau saya tidak menyebutkan subjek yang tepat mungkin saya tidak akan pernah tahu yang dia pelajari sendiri. Setelah tiga bulan yang terasa berat baginya, akhirnya saya hentikan program di Gen Cerdik. Daripada dia jadi ilfil disuruh berkegiatan bersama kawan-kawan seusianya.

Dengan menghentikan kegiatannya di Gen Cerdik, saya sebenarnya ingin menunjukkan sisi positif dari berkawan yang seringnya ditemukan di instanti pendidikan. Dia mulai resah ketika berulangkali menemani kakaknya menghadiri pesta ulangtahun kawannya--dan jadi berbagi goodiebag. Dia iri dengan kegiatan-kegiatan ekstra dari sekolah kakaknya setiap bulan. Tapi yang bikin sebal, ketika saya masukkan dia untuk ikut futsal, dia melempem lagi di pojokan. Minta ditemenin lah. Ngeliatin ibunya terus. Pelatihnya ga dianggap. Bilangnya sih malu. Tapi kalau kakaknya masuk ke lapangan, dia langsung on.

Awalnya saya pakai cara keras seperti langsung meninggalkannya di lapangan karena gemas dengan gayanya yang gelendat-gelendot mengeluh ini itu, tapi malah jadi drama. Kemudian saya baca: jika anak penakut mungkin karena Anda kurang menyemangatinya.

Jadi yah sudah, saya coba antar ke tempat futsal lebih awal. Ikut tendang-tendang bola sebentar. Menungguinya di luar lapangan dengan semangat tim hore. Hasilnya? Yaaah lumayan deh, setidaknya dia ga tidur-tiduran lagi di lapangan.

Sementara si kakak punya pendekatan yang lebih menarik. Saat kami datang menjemput kakak di TK, si kakak mengajak adiknya memasuki seluruh ruang kelas dan menyuruhnya menyalami guru satu per satu. Jadi si anak tengah pun mulai berucap, ingin masuk TK seperti kakak. Namun saya bilang, "Tunggu. Dan kalaupun nanti masuk TK, kakak sudah tidak TK lagi di sana." dia sih angguk-angguk saja.

But again, memisahkan dua saudara ini ada efeknya juga. Seiring si anak tengah mencoba meningkatkan level kepercayaan dirinya, semakin sering pula mereka bertengkar. ^^` yah katanya berkonflik itu bagus biar belajar saling memahami hehehe ... Ah entahlah, pe er orangtua ga habis-habis hehehe

2 komentar:

  1. kok kayaknya mirip anak saya ya. yg kedua males berteman di TKnya. di rumah jg kalo main nunggu masnya pulang. jarak usia mereka cuma 14 bulan soalnya dan sama2 laki2.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe ya usia dekat memang berpengaruh. Sama dengan si sulung n anak tengah saya, cuma beda 18 bulan ^^

      Hapus