Kamis, 04 Februari 2016

KAMYStory: Anak dan Pemakaman Militer




Beberapa minggu lalu, di Sabtu pagi, saya mendapat kabar dari abang bahwa datuk Syukur meninggal dunia. Datuk Syukur adalah adik nenek saya dan bisa dikatakan beliaulah yang terakhir meninggal dari kakak beradik itu. Istrinya sudah lebih dulu berpulang beberapa tahun lalu. Yang tersisa adalah putra-putranya karena dua putrinya pun sudah meninggal.

Sudah menjadi rutin bagi kami setiap lebaran pasti akan datang ke rumahnya di Komplek AU Pondok Gede. Saya juga selalu menantikan datang karena Datuk Syukur punya banyak cerita dari kiprah kemiliterannya. Maklum, saya tak pernah punya kakek. Saya ingat suatu hari orangtua saya tidak bisa ikut berkunjung lebaran, jadi hanya saya dan kakak-kakak yang datang. Eh, kita diospek dulu hehehe ... "Siapa kamu! Mau apa ke sini!"

Kalau hari lebaran sedang tidak kompak dengan Muhammadyah, pada hari ketiga lebaran beliau akan menelepon mama, "Masih hidup kamu!" hal itu dikarenakan beliau sudah berada di hari ke empat lebaran, sedangkan biasanya kami datang di hari ketiga.

Tertulisnya seperti galak ya tapi terdengarnya ga loh. Datuk Syukur juga selalu disiplin hingga akhir hayat. Masih mencatat uang masuk dan keluar di buku hingga beliau tak sanggup lagi memegang pena. Dan walau didera penyakit tua selama bertahun-tahun, kekerasan hatinya membuat dia pada lebaran lalu bersikukuh untuk duduk ketika kami datang.

Ah, banyaklah cerita tentang beliau yang hanya saya datangi setahun sekali itu. Ketika kabar meninggalnya saya terima, saya galau karena anak baru habis demam, ada acara blogger juga, dan mau melayat terlalu jauh untuk sambil bawa anak-anak. Alhamdulillah, berita susulan mengabarkan bahwa Datuk Syukur akan dimakamkan di TMP Kalibata. Nah loh, di sebelah rumah saya dooong. Ga mungkin saya ga datang.

Lalu di tengah rintik hujan, saya dan bayi jalan ke TMP Kalibata. Anak-anak yang lebih tua menyusul karena masih main di mal. Tadinya ingin salah satu dari saya atau suami yang datang, tapi setelah dipikir-pikir yah suds bawa aja anak-anak, sekalian lihat upacara pemakaman militer.

Anak-anak semangat banget. Memang suasananya berbeda dengan pemakaman umum. TMP Kalibata ini juga rapi dan walau habis hujan, tempat jalan kakinya ga kotor. Kesempatan lah anak-anak nyeker.
Mungkin memang karena tidak ada yang menangis dan karena secara militer, protokulernya sudah baku dan rapi. Begitu mobil jenazah tiba, sudah ada keranda beroda yang menanti. Langsung dipindahkan ke keranda tanpa basa basi. Keluarga diminta berbaris di belakang sementara keranda didorong perlahan daaan DORRR! enam prajurit yang berbaris tiga-tiga di kiri kanan keranda menembakkan peluru ke udara. Lalu kami mengikuti keranda menuju lokasi penguburan.

Setibanya di sana sudah ada tenda untuk keluarga, berjarak sekian meter dari makam. Sebelah kiri ada barisan prajurit dengan senjata, lalu di dekat lubang ada pemimpin upacara. Ringkas dan padat. Ga ada yang gerumulan di sekitar makam. Setelah sambutan dari keluarga dan pihak AU, jenazah siap dikuburkan daaan DOORRR! Dan dalam 15 menit upacara pemakaman pun selesai dengan rapi. Anak-anak malah jadi terpesona dengan para prajurit. Yah sudahlah, namanya juga anak-anak. Daripada mereka jadi horor sendiri. Beberapa hari ke depan mereka sibuk main peran jadi tentara yang memakamkan datuk. ^^`

Foto Lima Tahun Lalu


Tadinya mau sekalian berziarah ke makam ibu Ainun, tapi sudah mau magrib, kami berlima berjalan pulang ke rumah. Rumah duniawi, entah kapan kami kan berpulang ke rumah akhirat. Semoga kita semua bisa kembali ke pada-Nya dengan khusnul khotimah.

2 komentar:

  1. Semoga segala amalnya diterima dan diampuni dosanya. Asma juga selalu heboh kalau ada pemakaman TNI

    BalasHapus