Selasa, 10 Mei 2016

KAMYStory: Membuang Kenangan


Hidup di unit rusun yang mungil dengan jumlah penduduk yang padat membuat saya sehari-hari berpikir barang apa yang bisa disingkirkan atau dipindahtangankan. Begitu sudah memilah-milah barang tapi masih penuh maka barang-barang kenangan pun kena bagian.

Bedanya, menyingkirkan barang kenangan berarti turut menyingkirkan kenangan. Well, ga sepenuhnya tapi rasa keterikatan pada benda kenangan itu setidaknya hilang pula. Lumayan lah untuk menyegarkan kepala dan menata hati atau malah baper? Dan beberapa waktu lalu saya menyisihkan waktu menyingkirkan barang kenangan itu dan mengubahnya menjadi file blog hihihiy ... Rasanya? Hmm ..

1. DVD BAJAKAN
Hahaha DVD memang tidak terlalu makan tempat tapi siapa sangka ketika hendak dibuang ada rasa sedih gimana gitu. Hanya tiga judul DVD siy yang saya buang. Meteor Garden 1 dan 2 dan Beautiful Life. Betapa tidak, seri Meteor Garden saya beli dalam tergesa, ditonton semua dalam dua hari padahal saya sedang UTS di kampus. Dan sangat tidak disarankan untuk menonton film-film berbahasa Mandarin jika kamu kuliah bahasa asing lain, seperti Belanda (itu saya). Seri Meteor Garden 2 juga tidak kalah memorablenya. Pasalnya itu hasil copy sendiri. Zaman belum booming nonton streaming atau mantengin Drakor di YouTube demi subtitle, zaman itu andalannya adalah tempat penyewaan DVD. Nah, tempat sewanya hanya ada di Kelapa Gading, beda beberapa hari dari negeri asalnya. Yang kebetulan dekat dengan rumah parner in crime saya ha-ha-ha. Jadilah saya selama liburan kuliah bolak balik Tebet – Gading untuk ambil dvd yang disewa kawan saya dan mengcopynya di rumah saya di Tebet. Ah, kenangan itu epik lah bagi saya ha-ha-ha ... Jadi sedih juga melihat puluhan keping itu bertebaran di lantai sebelum akhirnya masuk ke kantung sampah.


2. BUKU HARIAN
Nah, kalau ini semacam langkah  penting sih. Tadinya buku harian itu mau saya simpan, siapa tahu buat warisan untuk anak-anak kaya di film-film. Tapi semakin banyak anak saya, semakin saya mempertanyakan manfaatnya buku harian yang sudah numpuk sejak SD itu. Apalagi isinya saya marah-marah sama ortu, atau sibuk ngegebet adik kelas di sekolah dan di kampus. Apa gunanya mewariskan track recordnya saya yang cupu dan pathetic itu ha-ha-ha ...
Dan buku harian, kartu, segala tiket, saya buang ke tempat sampah sebagai penegasan bahwa saya sudah sepenuhnya move on. Ga kaya Cinta dong, udah dibuang ke tempat sampah eh masih balik lagi hehehe ... Dan cukuplah kenangan itu ada di kepala walau kayanya ga perlu juga diingat-ingat apalagi diceritakan ke anak. Plus tata bahasa saya di buku harian itu kacrut banget ha-ha-ha ga tahan ingin saya edit.


3. BUNGA PALSU
Yap, bunga palsu. Pada suatu hari di perayaan ultah kantor saya, saya jadi panitia dan ketika hendak pulang saya mengamati rangkaian bunga yang berbaris di pojokan. Tak sedikit yang menggunakan bunga palsu. Karena merasa sayang maka saya cabutin lah bunga-bunga itu. It was more than 6 years ago.
Lalu, beberapa waktu lalu saat sedang rapat komite TK dan menyebut soal mendekor ruangan perpisahan, bunga itu terlintas di kenangan saya. Dan begitu saya ke Tebet, masuklah bunga-bunga palsu yang sudah lama berada di lemari itu ke dalam kantung plastik besar, untuk kemudian dipindahtangankan ke sekolah Malika itu.

Kalau ini perasaannya senang, sama seperti ketika memberikan seluruh koleksi bungkus permen saya ke kawan kuliah untuk tugas desain fashionnya. Akhirnya berguna juga itu barang ^^



Nah, baru tiga hal itu yang saya singkirkan. Rumah masih penuh, ha-ha-ha. Berarti saya masih harus merapikan folder lemari, kepala, dan hati saya hihihiy ... Mari beberes ^^

1 komentar:

  1. kadang bebersih kayak gitu suka saya lakukan kalau lagi gak malas. Tapi perasaan dalam sekejap udah penuh lagi ma barang lain hahaha

    BalasHapus