Minggu, 26 Maret 2017

SENINfo: Rasa dalam Penulisan Travel Blog





Baper. Itulah yang saya rasakan belakangan ini ketika melihat nasib kolom di blog saya, JJS alias Jumat Jelang Sore yang isinya terkait jalan-jalan. It has been like forever since the last time I wrote something about it. Udah lama banget ga keiisi ... huhuhu ... Belum lagi melihat tulisan-tulisan terakhir kenapa terasa kering, oh kenapaaa ...



Suasana sebelum Arisan Ilmu KEB di fx Senayan dimulai

Setelah beberapa minggu mengalami kebuntuan dan mulai melakukan pengaktifan otak kanan, alhamdulillah diberi jodoh untuk bergabung dalam Arisan Ilmu Komunitas Emak-emak Blogger yang akhirnya kembali diadakan di Jakarta. Topiknya tentang travel blogging pulak. Yah, walaupun niche saya ga spesifik di traveling, tapi jalan-jalan termasuk dalam sub-sub-sub tema traveling kan hehehe. 

Foto bareng Marischka Prue, biar tertular semangat travelling.


Dari sekian banyak yang dibagi oleh Marischka Pruedence sebagai narasumber, ada satu hal yang membuat saya merinding. Rasa. 

Ada saat ketika saya beralasan tidak menulis tentang jalan-jalan lagi adalah bahwa saya tidak pergi ke tempat-tempat keren seperti yang bertebaran di timeline media sosial saya. Yap, ngiri itu penyakit saudara-saudara.  

Padahal yang membedakan satu tulisan dengan tulisan yang lain itu bukan semata-mata topik kekinian melainkan rasa yang kita tebarkan dalam tulisan itu. It's like cooking something and you decided to use one brand of instant seasoning for all kind of food. Percaya deh, anak-anak ga akan suka. Mereka malah merindukan masakan minim bumbu, dan hanya diiris-iris, buatan ibunya sendiri. 

Rasa berasal dari pribadi kita sendiri. Itulah yang membedakan tulisan blogger dengan reportase. Ada pengalaman pribadi, ada pendapat pribadi yang membuat pembaca dekat dengan tulisan kita. Rasa ini dapat dibantu dengan penggunaan foto. Foto dapat membangkitkan kembali rasa saat kita mengalami perjalanan tersebut. Hal-hal kecil yang mungkin awalnya tidak dianggap penting. Oleh sebab itu, rasa tidak hanya berlaku pada tulisan inti melainkan juga dalam caption foto. Apalagi, pengolahan caption foto yang tepat akan memudahkan tempatnya di laman pencarian.  Duh, rasanya ingin segera minta cuti satu hari buat renovasi postingan blog. I feel like an old lady who hasn't brush her hair for years. I need a makeover.  

Prue, begitu dia biasa dipanggil, saya mengetahui tentang dirinya agak terlambat. Sepertinya ketika dia memenangkan lomba foto sebuah minuman kaleng, deh. Saat dirinya ditanya, mengingat dirinya yang memang seorang travel blogger pastinya akan mengalami pergi ke suatu tempat untuk ke sekian kalinya. Lalu bagaimana cara dia meningkatkan kualitas penulisannya?
Again, rasa. 

Perhatikan bahwa satu subjek dapat menghasilkan banyak ide tulisan blok



Gairah kita akan rasa mampu mendorong kita ke sudut pandang yang berbeda, walau dalam satu destinasi yang serupa. Kita akan terkejut mengetahui bahwa ada begitu banyak hal yang dapat dieksplor dalam satu destinasi.  Hal yang mungkin kemudian membuat kita kewalahan harus memulai dari mana. Beruntungnya, wadah blog memungkinkan kita membuat beragam postingan walau hanya dari satu topik. Karena karakter pembaca blog yang kebanyakan menggunakan ponsel untuk blogwalking, lebih memilih postingan yang tidak terlalu panjang dan tidak terlalu banyak hal yang dibicarakan. Semakin spesifik, lebih baik. Bisa-bisa jatah postingan untuk satu minggu habis hanya dari satu subjek. 

Memangnya ada yang mau baca? Apalagi kalau terlampau terpecah temanya, bisa-bisa ada artikel recehan. 

Hei, recehan is fun. Kata Prue.

Segala macam tulisan selalu ada pembacanya. So don't worry. Write it and don't forget to share it. 

Share adalah pintu yang membuka banyak kesempatan dan peluang. Jadi harus selalu percaya diri dengan tulisan sendiri. Selama sudah diberi tag yang sesuai dan di-edit sebelum di-posting. Ingat, etika penulisan tetap dijaga tanpa mengurangi kesenangan pribadi dalam menulis. 

Pulang dari Arisan Ilmu KEB yang diselenggarakan di fx Senayan, saya terisi kembali. I said, okelah, saya mungkin belum ke tempat-tempat keren dan kekinian itu, tetapi hidup di masa kini itu adalah being alive in wherever you are, right now. And I would bring that alive feeling in my posts. 

Semangaaaaat!!!! 

2 komentar:

  1. saya sih sependapat apa kata Prue. Pernah juga baca salah satu blog yang menulis kalau sebetulnya disekeliling kita juga banyak yang bisa dikunjungi dan ditulis. Itu kan traveling juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Aku siy terbayang kalau ada blogger bali yg tinggal di kuta, masa ga boleh nulis tentang pantai kuta hehehe walau cuma modal jalan kaki hihihi

      Hapus