Rabu, 30 April 2014

Kelas Inspirasi Jakarta #3 (part 3): D Day


Dan hari itu datang juga. Setelah sekian banyak diskusi via whatsapp di antara ketiga belas relawan, setelah sempat survei ke SDN 1 Pagi Balimester, saatnya saya menghadapi anak-anak itu. Bersyukur juga jadi minoritas di kelompok ini (baca: ibu-ibu), jadi saya bisa dapat dispensasi ketika meminta izin tidak bisa datang sejak pagi sekali. Yah, urusan taruh anak-anak di daycare.

 


Saya pun baru tidur sekitar pukul empat pagi. Semalaman mengerjakan persiapan prakarya. Ya, memang harusnya dicicil, tetapi kemarin-kemarin dah nyicil kok, nyicil tidur. Bukan hal baru kalau saya suka meremehkan dan akhirnya keteteran. Toh, saya bersyukur juga suami lagi di luar kota, mayan deh malam panjang dimanfaatkan sendirian. Segala sesuatunya sudah saya siapkan, itu kemajuan loh. Akan ada tiga prakarya hari itu. Satu, kartu cupcake, nyontek dari buku Malika yang Mister Maker. Dua, cupcake cita-cita. Dua lembar karton besar digambar cupcake raksasa yang nanti akan ditempeli  sprinkels kertas warna berbagai bentuk. Ketika, replika cupcake. Cupcase mini disumpal kertas koran, ditutup sterofoam bulat, ditempeli kertas warna warni bulat, lalu ... yah rencananya mau tempelin sprinkle kertas kecil-kecil dan  kemudian ditambah gambar karakter kartun yang ditusuk di tusuk gigi. Tapi, ga punya tusuk gigi rupanya. Karakter kartunnya juga ga di-print. Ya sudahlah, pakai origami saja. 

 

Ga hanya itu, belum bikin kue. Puding sudah kelar. Kuenya baru dibikin begitu pagi menjelang. Ketan hitam kukus, baru nyoba. Bahkan kukusan masih menyala saat saya mengantar anak-anak ke daycare. Masih di dalam loyang saat dibawa. Ternyata ga enak, huehehehe .... maaf yak yang sudah nyoba. Inilah akibatnya kalau bikin buru-buru.

 

Jam sudah menunjukkan pukul 8 saat saya bergegas keluar dari unit. Saya memang giliran jam 08.30, tapi kayanya mepet banget gue jalannya. Saat di tengah jalan, saya teringat sesuatu. OMG, karton bergambar cupcake raksasa saya!! Sembari menghapalkan lagu Terhebat-nya CJR yang konon mau dinyanyikan saat closing ceremony, saya mengingat-ingat. Kayanya mereka ga punya toko ATK. Sekolah gratis gitu loh. Mata saya kemudian jalang mencari tempat fotokopi. Syukurlah hanya gambar cupcake raksasa, bisalah saya bikin on the spot. Akhirnya ketemu! Dan karton berbungkus plastik berdebu itu segera saya bayar.

 

Sesampai di sana, konon tepat waktu. Tapi saya tiba dalam keadaan tersengal-sengal. Bad strategy. Anak kelas 6 yang jadi korban pertama saya, sebelum kelas 4 dan 5. Harusnya mereka mendapat prakarya replika cupcake, tapi otak saya belum bisa improvisasi untuk kekurangan materi di prakarya tersebut. Akhirnya saya kasih kartu cupcake saja. Anak kelas 5 yang dapat replika cupcake. Sedangkan kelas 4, sesuai rencana, cupcake cita-cita.

 

Saat pertama bicara, saya akhirnya menyadari bahwa saya seharusnya bicara to the point saja. Maksudnya, banyak bicara dengan gambar dan segera berkarya. Kalau ga, anak-anaknya pada kabur. Hahahaha, saya buruk sekali soal bicara di depan publik begini, untung gue bawa prakarya. Kalau sudah saatnya prakarya baru deh pada ngerubung, sampai-sampai saya lupa foto-foto mereka punya karya. Ga sempat juga. Karena rada malu, jadi pengen cepet-cepet keluar hehehe.

 

Dari tiga kelas yang saya masuki, saya mau tidak mau jadi berpikir, kapan ya mereka terakhir kali berurusan dengan ketrampilan? SD Negeri memang mengusung belajar mandiri, dan ketika saya pernah tanyakan saat survei, kegiatan ketrampilan itu hanya mencakup menggambar dan menyanyi. I mean, banyak dari mereka yang ga paham saat saya tunjukkan membuat segitiga dari kertas warna bujur sangkar. Oia, si origami akhirnya saya pakai topping pinguin origami yang kebetulan ada step by stepnya di bungkus kertas warna. Tiba-tiba saya merasa orisinil hehehe....

 

Atau ketika mengisi cupcake cita-cita. Ada yang kesal karena salah satu temannya memasang terlalu banyak cita-cita sehingga tidak muat di cupcake-nya. Saya bilang saja, “baguslah punya banyak cita-cita. Lagian masih bisa dipasang di luar gambar, nanti dibuat penghubung, seolah-olah toping tusuk.”  Dan tiba-tiba, anak-anak yang lain, berebut minta sprinkle lain untuk dipasang.

 

Ada juga ketika prakarya replika cupcake. Saya membawa satu koran utuh. Dan rupanya anak-anak cowok itu tertarik dengan salah satu lembar koran. Lembar selebriti. Yang ada pose artis seksi. Hadeeeuuuh .... salah gue deh. Jadilah si anak cowo berulang kali meminta saya lembar koran itu.

“Mau lihat saja, Bu.” Jawabnya sambil cengangas-cengeges.

Awalnya saya jawab, “Ih, norak, ih“ Lama-lama saya jawab, “Mau lihat? Sana mandi berdua sama ibu kamu. Sama aja.”

“Hiiiiiiiiy ....!!” sontak mereka menjawab. Dan tidak bertanya lagi.

 

Keriuhan anak-anak saya anggap sebagai Malika dan Safir yang berkloning banyak. Yah, karena anak orang lain, toleransinya masih 10. Saya biarkan saja mereka mengerubung, berebut, asal jarinya tidak kena gunting saja saat saya memotongkan selotip.

 

Secara umum sih saya membicarakan bahwa cita-cita itu ga melulu dokter. Ada juga yang lucu-lucu. Oh iya, saya mengenalkan diri sebagai cake decorator. Sebenarnya, anak-anak berharap saya bawa kue betulan. Awalnya saya memang mau semacam cake decorating class, tapi saat briefing saya jadi berpikir bagaimana jika nanti ada food war? Baiklah di demokan saja, lalu dibagi-bagi satu kelas. Tapi ada aturan tidak boleh memberi gimmick pada murid. Lagian ternyata saya pegang tiga kelas. Mabok bawanya. Syukur juga tidak jadi bawa kue betulan untuk dihias, karena ketika saya tunjukkan fondant dan mengatakan itu bisa dimakan, mereka berebut. Padahal fondantnya Cuma sebesar penghapus. Kebayang dong kalau ada kue betulan.

 

Fiuuuuh ... Dan closing ceremony pun tiba. Diakhiri dengan pelepasan balon, sisa ultah Malika. Masih disisakan untuk Safir nanti hehehe. Tidak jadi nyanyi CJR, padahal sudah hapal. Dan kemudian dijamu soto oleh para guru. Yang lama malah, ngasonya. Sembari nunggu giliran video dan foto. Kebayang, guru-guru itu, guru-guru saya, teman-teman yang jadi guru, setiap hari capek begini. Kalian ... luar biasa.

 

Akhir kata wanna say thank you untuk Kelas Inspirasi atas inspirasinya. Renny sebagai supervisor kelompok 41. Viringga si Ketua yang juga mengajar anak jalanan di Museum Bank Mandiri—lo keren. Desy si tangan kreatif yang jauh-jauh dari Cibubur berangkat saat subuh tapi masih bisa pasang bulu mata—serius deh, itu tepuk tangan banget. Putri yang tak kalah jauh dari Semarang tapi kok ya ga bawa sambal jualannya (inget sambal, inget Karai Sambal). Abbit, si ahli bumi, thank you tebengannya. Falah, makaseeeh yak gue ga dimasukkin ke pideo (LOL). Juraij, Thank you sudah membuat hati pilu akibat tidak ada dalam video ini terhiburkan :P. Mande, gue jadi bisa pasang profile picture baru. Pak Imam, Anda mengingatkan saya pada banyak orang hebat yang saya pernah saya kenal, always happy, pak. Sesaria, ibu dokter yang lagi hamil (kecil) tapi sudah tiga kali ikutan KI, semoga si jabang bayi turut tertular inspirasinya. Mba Novi, bu guru untuk anak kebutuhan khusus, Anda pasti sabar bukan main. Dan teman-teman lain yang tidak tersebutkan, jangan marah, saya nge fans dengan kalian semua.

 

Kelas Inspirasi memang bikin nagih. Tapi tunggu anak-anak sekolah aja dulu yak. Cukup kehebohannya hehehehe ....

 

 

4 komentar:

  1. salut mba ikut kelas inspirasi...
    pengen ikutaaannn juga :)

    BalasHapus
  2. waduh mb mel.. itu pasang bulu matanya dari malem tau.. hahhah nggak usah di sebut juga kali itu karna males ribet pakek mascara... hahahh #modus #nglesbajai... but salutt deh sampek hafal steb bay step apa yang udah di lewatin kalok q udah pasti kalok suru cerita langsung garis besarnya... hahahh soalnya saya males ngomong berulang" kali...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe justru itu, saya malu ma diri sendiri dah dateng telat, rumah paling deket, tp dandan seadanya. Kamu total bgt. Hebat euy. Bulu mata itu detail kecil yg bikin kamu luar biasa. Oia, aq kan basicnya emang nulis, ga pinter ngomong hihihy ...

      Hapus