Kamis, 02 April 2015

KAMYStory: Insting Bersarang

Konon pada masa kehamilan ada sebuah insting yang muncul, yaitu insting bersarang alias nesting. Insting dimiliki pula oleh hewan. Saya jadi ingat kucing-kucing hamil yang suka berkeliaran di berbagai sudut rumah masa kecil saya, mencari spot terbaik untuk melahirkan. Pada saat-saat seperti itu, lemari baju adalah yang pertama yang harus diamankan. Jangan sampai lupa dikunci hehehe ... 


Insting ini tidak pernah  muncul di kehamilan pertama dan kedua, memang apa bedanya? Satu yang beda, saya di rumah sendiri. Sebelumnya kan di rumah orangtua, jadi yah secara tertulis bukan sebenar-benarnya sarang bagi saya.


Nah, di semester awal saya belum merasakan insting ini. Iya, rumah berantakan karena saya secara fisik tidak sanggup ngapa-ngapain. Semester kedua masih belum bisa ngapa-ngapain tapi saya mulai frustasi lihat rumah. Sampah dan cucian piring yang teronggok sampai pagi hingga mengundang kecoak kecil-kecil. Setrikaan menggunung, beneran kaya gunung karena nyaris mencapai atap. Serius. Saya pikir, ok i have enough. Sejak awal semester saya sudah mengiba pada suami agar dia mau mencuci piring karena saya tidak tahan baunya. Lumayan lah. Walau sekarang sudah jarang dia lakukan karena sudah keduluan sama saya. Bosen kali dia hehehe.


Lalu saya pun mengajak bicara salah satu bibi teman Malika yang kebetulan satu tower. Saya tahu setiap Sabtu dan Minggu dia libur tapi masih tetap di Kalibata City. Jadi saya tawarkan untuk ke unit saya di salah satu hari liburnya. Jobdesknya? Menyetrika yang utama, lalu menyapu dan mengepel. Bagi saya yang anti ART, ini langkah besar, bukan buat kemudian menjadi terbiasa dengan ART loh ya. Saya harus realistis sama kondisi saya dan kebersihan rumah. Ga perlu bersih-bersih amat, tapi kalau tidak ada yang menyapu dan mengepel setidaknya seminggu sekali, lantai rumah tuh bisa licin karena minyak dan mengundang serangga-serangga lain. Itu yang bikin sebal.


PR selanjutnya adalah tata ruang. Oleh karena akan ada makhluk baru penghuni unit kami, maka saya harus memikir ulang tentang susunannya. Maklum, tiap orang punya minimal ruang yang harus dimiliki dan itu perlu trik untuk mengaturnya di unit kami yang ‘gede’ banget ini. Dan karena saya pribadi yang berantakan, pe er ini jelas bukan pe er yang mudah. Lemari baju, kitchen set, dan rak yang ga seberapa ini menjadi tantangan bagi saya setiap minggunya. Ketika berhadapan dengan lemari baju, saya menghubungi teman sekaligus tetangga yang sudah diketahui tingkat neat freaknya. Via whatsapp saya foto lemari baju dan komentarnya, “kenapa ada panci di lemari baju, Amy?”


Wakaka malu deh. Jadi poin pertama dari membereskan adalah, mulai menaruh segala sesuatu di tempat yang sesuai dengan visi misinya. Misal, lemari baju ya buat tempat baju. Rak buku ya buat buku, bukan buat stok susu literan. Saya keluarkan dulu deh yang tidak berhubungan dengan tempatnya lalu menyusun hanya yang memang pantas dimasukkan ke sana.


Nah kemudian poin kedua adalah klasifikasi. Misal, mana baju kasual mana baju formal. Mana botol bumbu, mana kotak kontainer makanan, mana panci. Mana buku bacaan, mana buku aktivitas. Semua ini menghabiskan waktu hingga berbulan-bulan. Merapikan satu baris rak saja bisa satu hari sendiri dan kemudian ngos-ngosan hingga beberapa hari mendatang. Hasilnya, lumayaaan.


Poin ketiga, mempertahankan. Nah ini yang sulit hahaha. Apalagi setelah itu baju-baju bayi mulai eksis dan semua mulai terasa nyata. Belum lagi, kami kan masih beraktivitas sebagai manusia hidup, jadi yaaah, gitu deh. Sekarang saya pusing lagi, bagaimana mengaturnya hehehehe .... cuma satu efek sampingnya, saya jadi tambah galak. Hadeeeuh ...


Moral of the story? Pindah rumah aja yuuuk :D


Tidak ada komentar:

Posting Komentar