Senin, 05 Mei 2014

Anak “Kampungan” yang Tinggal di Apartemen

Kids today? Bagi saya bukan berarti anak-anak yang menenteng gadget terbaru.

Sering sekali saya mendengar komentar orang-orang ketika melihat  Malika dan Safir antusias main di jalanan atau sangat menuntut mengajak ke taman saat berada di rumah nenek atau eyangnya, “Senang ya bisa main di luar. Kalau di apartemen ga bisa lari-lari.”


Saya sih senyum-senyum saja. Justru karena anak-anak  sering main di luar selama di apartemen makanya mereka berjiwa outdoor.




Kalau sudah ada di taman yang memang ada di setiap tower di lingkungan apartemen kami di Kalibata, itu artinya bebas bereksplorasi. Buka sandal dan merasakan setiap tekstur permukaan mulai dari semen, berbatu, rumput, berlumpur, hingga berkubang air;  mau lari, berjingkat, bergelantungan, bahkan merangkak pun boleh. Sebuah pemandangan yang sangat menggugah anak-anak kecil lain. Hehehe ....


Kalaupun terlanjur memengaruhi anak-anak lain, saya lebih sering menjawab sendiri dalam hati ketika para orangtua dan pengasuh mereka berseru, “Hei, kamu sudah mandi!” Yah, kalau dibawa ke taman jangan mandi dulu lah.


“Nanti baju kamu kotor.” Pakai Rinso, doong.


Eh, beneran pakai Rinso biar nodanya hilang. Kalaupun lupa segera mencuci usai dikotori anak-anak, noda yang samar-samar itu jadi cerita bagi saya ke anak-anak. “Tuh, lihat celana kamu sobek.  Jatuh di mana? Kenapa? Lain kali berarti kamu harus apa hayo?” atau “Nih, noda lumpur. Waktu main di mana? Bikin apa sih?” Dan seketika nuansa bermain di taman muncul kembali ketika kami kembali ke unit dalam bentuk cerita seru.


Seseru video yang diunggah Rinso Kids Project ini.






“Seberapa sering Anda melihat wajah bermain anak Anda?” Kalimat tanya yang tertulis di akhir video.


Saya menjawab sendiri. Sering. Saya menyadari tengah menciptakan syaraf-syaraf baru di otak mereka ketika melihat wajah-wajah mereka yang seolah ingin terus melebarkan senyumnya, jeritan-jeritan senangnya (yang mungkin mengganggu bagi orang lain), dan perasaan akan sebuah kebebasan. Atau ketika melihat mereka serius meniti sesuatu agar tidak jatuh. Dan wajah puas ketika berhasil melewati tantangan.


Rinso Kids Project sendiri adalah program “penyadaran” bagi orangtua untuk melihat dari sudut pandang #kidsToday. Ada empat video yang diunggah, Wajah Bermain, Menjadi Anak Kecil, Anak-anak Perkotaan, dan Anak-anak yang Sibuk. Tiga di antaranya (Wajah Bermain, Menjadi Anak Kecil, dan Anak-anak Perkotaan) sangat berhubungan dengan saya. Maklum, kedua anak saya masih usia balita dan saya tidak terobsesi dengan segala les akademis guna menciptakan bayi genius.


Dalam video Anak-anak Perkotaan, sebenarnya lebih mewakili yang saya rasakan (atau mungkin yang dirasakan anak-anak). Ketika memiliki tempat bermain di mana tidak ada yang melarang ini itu atau bisa berjalan di trotoar dengan aman dari serangan motor yang tak terkendali lajunya, sehingga Amy tidak perlu senantiasa memasang muka militer setiap kali terpaksa keluar dari komplek apartemen hanya bersama anak-anak, dan yang lebih terpenting adalah lingkungan yang aman dari tindakan kriminal dan asusila.


Sedangkan di video Menjadi Anak Kecil, saya merasa Malikalah yang tengah bicara dengan saya ketika salah satu narasumbernya berkata, “Maka dari itu, kami butuh bantuan Anda. Karena ketika kami bermain pasti akan kotor dan berantakan.” Entah kenapa kalimat itu terjemah dalam otak saya menjadi, “Jangan marah-marah, Amy.”


Ya, baiklah. Kan ada Rinso.



6 komentar:

  1. Hai salam kenal Mak, saya suka deh video-videonya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mak memez (apakah ini mamanya kevin dan titan =P). Videonya memang bagus, mak. Wake up call bgt buat aku. Hebat, si rinso niih, ga separuh2 branding 'kotor itu baik'nya

      Hapus
  2. Walaupun tinggal di apartemen, tapi seneng deh liat anak2 mengeksplorasi area outdoor dan main puas dan senang. Bukan karena semahal apa mainan anak, tapi sebahagia apa mereka main walau hanya bermain lari2an, main air, atau yang kotor2 sekalipun. hehehe

    artikelnya bagus mak

    Salam hangat,
    Zia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya mak, kalau pikiran terbuka, melihat anak2 main itu kaya melihat paman gober mandi uang, saking terlihat betapa banyak yang mereka pelajari. Tp tentu habis main ya sampai di rumah bersih2 badan, ya ga mak =) tq yah sudah meninggalkan jejak

      Hapus
  3. berarti selama ini saya salah ya...selalu membayangkan tinggal di apartmen anak-anak tidak bisa main outdoor...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe yah begitulah =) tp memang ada saja kok ortu yg ga mau bawa anaknya main, biasanya krn ga mau nemeninnya. Yg rajin itu malah para nanny, karena keluar itu artinya ketemu rekan sejawat. saya malah jd minta ke suami kalau mau punya rumah landed, rumahnya boleh kecil tp halamannya guedeeeee =D

      Hapus