Sabtu, 17 Mei 2014

My Story: Pagi di #Kaerchercleansmonas




Monas menjadi salah satu tujuan favorit ketika sudah memiliki anak-anak. Apalah yang lebih menyenangkan dari area super luas untuk berlarian dengan beragam permainan ditawarkan. Hari itu saya punya alasan lain ke Monas bersama anak-anak. Mau ikut mandiin Monas alias ikutan #Kaerchercleansmonas.

Informasi ini tiba-tiba muncul di timeline fb saya. Yang paling menarik perhatian adalah kompetisi sosial media tentang wajah Monas dalam lima tahun mendatang. Si pemilik grup, Kaercher Indonesia, menawarkan kesempatan bergelantungan bergabung dengan tim pembersih dari puncak Monas. Keren ga tuh. Saya jadi ingat menara Eiffel dijadikan spot bungee jumping.

Saya sih iseng saja tulis pendapat. Emangnya apa bayangan saya? Bayangannya adalah berharap Monas punya trek untuk pengguna beroda, entah itu kursi roda atau stroller. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa untuk masuk ke Monas kita harus lewat bawah tanah dan semuanya penuh dengan tangga. Ya jalur, ya museum, ya bagian cawan monas, cuma ke puncaknya aja yang ada liftnya. Pokoke pegel deh.

Ga puas hanya ikutan kompetisi, saya baca lebih lanjut timeline-nya. Yang mau ikutan daftar relawan bersihin Monas bisa daftar ke inboxnya. Ya daftarlah saya. Maklum ibu-ibu, butuh variasi hidup, walau ga jauh-jauh dari cerita sapu.

Dan tanggal 15 Mei pun tiba. Berdasarkan info di fb, kami diharapkan berkumpul pukul 8 pagi. Yah anak-anak juga baru bangun jam 7an. Saya juga baru tidur jam 2 karena iseng bikin cupcake monas dulu. Jadilah mereka ga pakai mandi dulu, toh mau main ini. Yang penting sudah pipis n ganti popok buat yg bungsu. Karena baru berangkat jelang jam 8, kami pilih taksi ketimbang kereta. Beda jauh ongkosnya, tapi yah nyaman dikit buat anak-anak yang masih ngegantung mimpinya.

Setibanya di sana, Monas tidak seramai biasanya. Mungkin karena sudah tahu area Monas tutup sejak 5 Mei lalu untuk pembersihan. Area taman sekitar Monas sih masih dibuka. Saya bersyukur ga perlu lewat jalur bawah tanah. Bisa langsung. Setelah daftar, dapat kaos, si cupcake saya kasih ke panitia, trus ternyata anak-anak boleh masuk. Saya pikir ga boleh, kan ceritanya kita mau bersih-bersih....

Rupanya 22 tahun yang lalu sudah ada #Kaerchercleansmonas. Berbeda dengan yang mungkin dilakukan oleh dinas di Jakarta, pembersihan Monas ini memang dilakukan secara keseluruhan from top to toe. Ini merupakan program CSR Kaercher dalam komitmennya membersihkan bangunan monumen di seluruh dunia. Hmmm ... Menarik.

Acara #Kaerchercleansmonas dibuka pukul 9. Jakarta panas banget. Terutama Monas. Beneran deh, jarang ketemu panas kaya gitu. Pakai pawang kali ya (soalnya di kalibata mendung). Anak-anak mencair. Meluluhkan seluruh energi dengan cepat. Setelah melihat tari topeng betawi dan dance, mereka pun mulai rewel. Akhirnya saya pindahkan lokasi mereka ke taman di luar Monas. Lebih tepatnya di dekat Patung Diponegoro. Banyak pohon tinggi di sana dan banyak yang jual minuman. Harusnya mereka bisa nyaman di sana. Termasuk bapaknya =P. Soalnya kan ga lucu saya sapu-sapu sambil gendong bocah.

Tapi rupanya hari itu lebih ke kepentingan publikasi ketimbang aksi bersih-bersih itu sendiri. Wong dah bersih, mau nyapu di mana lagi? Lagian ga termasuk bagian luar Monas. Jadi saya melengganglah sendiri dengan sarung tangan karet dan kantung plastik sampah mengelilingi Monas. Sempat bertanya pada panitia di mana spot sampah yang tepat, saya disuruh ke foodcourt. Ah, tapi semua orang dari berbagai komunitas bersih-bersih Jakarta kumpul di sana. Ya sudah, saya keliling saja. Jalan aja dulu, kalo ga ada sampah ya alhamdulillah. Namanya juga iseng-iseng. Dan memang, di dalam monas aja tempat sampahnya sedikit, apalagi di luar sana.

Lalu saya menemukan tempat sampah di sisi lain Monas. Sisi yang sepi. Saya buka tutupnya, banyak sampah. Tapi kan sudah masuk tempat sampah? Ah, sama aja kaya OB di Kalibata City, dari tempat sampah kecil dikumpulkan lalu dibawa ke tempat sampah yang lebih besar. Satu tempat sampah saja, kantong saya sudah penuh. Dan rupanya si tempat sampah yang keren dari stainless itu, bolong di tengahnya. Ember sampahnya sudah jebol. Jadi, tepatlah saya pungutin sampah di sini.

Hanya ada dua tempat sampah dan keduanya saya bersihkan. Saya sempat takut ketika ada petugas menghampiri saya untuk membantu. I mean gue kan sendiri, nih sisi sepi pulak, mau kabur kemenong? Alhamdulillah keadaan aman terkendali. Kantung sampah saya penuh.

Tadinya mau foto di booth foto di sana sambil tenteng kantung sampah, tapi yah namanya juga ibu-ibu, pengen cepet-cepet selesai saja. Lagian niatnya kan emang mau bersih-bersih bukan mau main-main. Sudah difoto juga sama suami. Usai menyerahkan kantung sampah, lepas sarung tangan, dan cuci tangan, saya memanfaatkan kupon makan, minum, n snacknya. Air putih botol dan bakso jadi pilihan saya. Untuk cendol, bawa buat anak-anak saja. Kasihan kalau inget mereka yang kuyup kaya habis diguyur hujan dadakan.

Saya memang tidak mengikuti acara hingga tuntas walau tidak terik lagi. Maksudnya biar anak-anak bisa makan siang di rumah saja. Tuh kan, alasannya ibu-ibu banget. Jadi walau saya tidak menang apa-apa, saya sudah menuntaskan niat. Iya ga.

Sambil bawa cendol, saya pun menghampiri bocah-bocab yang dah sibuk main tanah dan batu-batu pura-pura jadi tukang jual telur di bawah pohon beringin. Yeah, anak gue gitu loh. Ga afdol kalau ga belepotan tanah. Karena cuaca sudah mulai adem, baru deh mereka ceria dan mau makan. Usai makan kerak telor, kita pun pulang. Dan kaki saya masih pegal hingga sekarang #kurangolahraga hehehe ...

Keep clean, Jakarta.

2 komentar:

  1. wah ga ajak2 neeh mak,
    aku ketinggalan info :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Weleh .. Ga papa mak, msh ada lagi 22 thn mendatang =P

      Hapus