Jumat, 02 Mei 2014

Hari Pendidikan Nasional, Kelas Inspirasi, dan Ibu Rumah Tangga

Rupanya hari ini adalah hari pendidikan nasional, yeay ... Selamat untuk anak-anak Indonesia di mana pun kalian berada. Bicara soal Hardiknas, saya jadi ingat kegiatan Kelas Inspirasi yang saya lakukan beberapa waktu lalu. Kelas Inspirasi adalah sebuah program pengenalan karier atau lazim disebut cita-cita. Bagaimana sebuah cita-cita terbentuk, diusahakan, lalu tercapai untuk kemudian bermanfaat.

 Di luar negeri sana biasa disebut "career day". Hari ketika orangtua murid memperkenalkan bidang kerja mereka. Saya ingat adegan terakhir film Night at the Museum, ketika si tokoh ayah (Ben Stiller) dengan bangga maju ke depan kelas bersama anaknya dan berkata, "Saya adalah seorang penjaga malam di museum sejarah nasional."

Adegan ini menjadi menarik karena sebelumnya si ayah tidak punya pekerjaan tetap. Sedangkan si anak terlihat sangat membanggakan kekasih ibunya sebagai  ahli saham. Sebuah karier yang bahkan bagi si ayah tidak lazim diucapkan oleh anak SD. saya bahkan sempat geli saat di salah satu sesi Kelas Inspirasi ada yang menyahut ingin menjadi pengusaha saham. Rupanya baru saja ketemu dengan seorang analis saham =).

Toh, memiliki karier dan kehidupan mapan adalah pilihan yang terlihat menjanjikan ketimbang berpindah satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Terlebih untuk para lelaki, para ayah, para suami. Bagaimana dengan kaum perempuan?

Dalam satu film yang salah satunya dibintangi Julia Robert yang berperan sebagai dosen sekolah wanita, diceritakan  Pada masa itu, cita-cita para wanita adalah menjadi ibu rumah tangga. Menikahi pemuda baik (dalam artian kaya dan sukses) dan menjadi ibu-ibu cantik dengan anak-anak yang manis. Mereka yang ingin berkarier dianggap melenceng atau tidak laku.

Lain halnya saat menonton Carrie Diaries. Dengan latar belakang era Madonna, pemikiran seperti di atas dianggap kuno dan mengekang ekspresi wanita. Mereka yang menjadi ibu rumah tangga adalah mereka yang tidak punya selera fashion, membosankan, dan munafik.

Sedangkan di zaman sekarang jika merujuk tayangan Oprah, banyak orang (dan wanita) terpaksa bekerja bahkan dengan dua atau tiga pekerjaan sekaligus dalam sehari oleh karena dia adalah orang tua tunggal. Uang adalah kebutuhan paling utama. Tidak bekerja tidak ada uang. Tidak ada uang, tidak ada rumah.

Memang gambaran di atas lebih menggambarkan masyarakat Amerika, tidak bisa dijadikan acuan bagi negara kita. Indonesia bahkan sangat nyaman bagi sebagian masyarakat walau tingkat tunjangan hidupnya tidak lengkap seperti di Eropa. Seperti para orangtua murid di tempat saya melakukan Kelas Inspirasi. Mayoritas muridnya adalah warga perkampungan padat yang selalu terkena banjir. Menurut hasil bincang-bincang dengan guru, orangtua murid-murid itu justru banyak yang tidak bekerja karena anaknya sudah mendapat tunjangan sekolah. SD negeri memang memiliki program gratis dari pemerintah. "ah anak sudah bisa disekolahin ini ..." kebanjiran dianggap berkah karena bisa mendapat sembako gratis. Di lain pihak, ada wanita yang bahkan niat banget jadi TKW dengan segala pemberitaan negatif yang ada. Demi uang. Demi kesejahteraan.

Antara ironis dan dilema.

Dilemanya adalah betapa saya ingin masuk ke kelas dan mengatakan, "saya adalah ibu rumah tangga. Saya lah guru pertama bagi anak-anak saya. Sayalah mentor anak-anak seumur hidup saya. Sayalah supervisor mereka. Sayalah yang bertanggungjawab untuk manajerial urusan umum (kebersihan, konsumsi makanan, kurir), keuangan, disiplin, keamanan, dll.  Saya juga termasuk pilihan karier. Tapi mungkin saya tidak akan mendengar ada anak perempuan yang bercita-cita menjadi ibu rumah tangga. Biasanya cita-cita itu muncul belakangan.

Hmm .... Saya rasa apa pun pilihan kita, mari  samakan visi misi bahwa yang dibutuhkan bangsa ini bukan hanya  pintar melainkan generasi bermoral dan moral sejatinya diajarkan di rumah, oleh kedua orangtua mereka. Para ibu-ibu di rumah atau di luar rumah, tetaplah bersinar di hati anak-anak, agar mereka tidak tersesat.

1 komentar:

  1. Yup betul, menjadi ibu RT biasanya pilihan terakhir. Ada yg karena terpaksa, ada yg karena kesadaran diri. Tapi guru2 rasa2nya tak pernah mendiskusikan ibu rumah tangga sbg pilihan masa depan murid2nya :)

    BalasHapus