Rabu, 06 Agustus 2014

Amy's Story: Mentil, Pascasapih

Saya kira napas lega itu akan benar-benar terhembus saat akhirnya Safir tidak menyusu selama 24 jam. Melakukan proses sapih ke anak yang 24 jam di hadapan itu ternyata tidak mudah. Awalnya dengan dalih sudah besar, proses menyusu itu diberi jarak. "Bambanya (nyusunya) nanti kalau malam" lalu "kalau ada ayah, ga bamba"--ayahnya selalu pulang saat anak-anak sudah tertidur jadi ini hanya berlaku saat akhir pekan. Hingga akhirnya proses 'bamba' itu tidak ada sama sekali.




Safir pun bukannya tanpa proses adaptasi. Saat hendak tidur siang karena hanya boleh 'bamba' saat malam, dia pun mencari cara. Tidur di dada hingga posisi andalan adalah memposisikan bibir saya tepat di pipi atasnya. Jadilah saya tidur dengan seonggok kepala keras nan berat (kepala Safir memang lebih besar dari Malika).




Setelah akhirnya seharian tidak menyusu, saya menantikan gelagat aneh. Saat proses sapih Malika memang lebih mudah. Hanya satu dua kali dia terbangun di tengah malam hanya untuk melihat puting sekejap dan kemudian tidur lagi. Sedangkan Safir? hmm ...




Sejak awal menyusu, Safir memang saya larang mentil. Tangannya tidak boleh sambil gerepe-gerepe puting lain. Jujur saja, badan saya cenderung bereaksi galak kalau digerepe-gerepe, apalagi sama ayahnya anak-anak :p. Jadi, saya sun saja tangannya. Eh, rupanya dia anggap itu pengganti aktivitas mentil. Dan sekarang saya menghadapi bocah yang ga bisa lihat Amynya duduk sama tinggi atau tidur-tiduran. Bawaannya mau pegang bibir. Dipencet-pencet kaya adonan klepon. Kalau ketemu komeda di sekitar bibir, dia akan serius mengoreknya. Terasa kulit bibir kering? Dia akan cabut semua hingga mulus a.k.a bibir saya perih semua. Kebayang kan pas puasa kemarin.




Dan bagi saya yang tangki cintanya bukan sentuhan, rasanya gatal seluruh kepala ketika harus lip service selama satu jam karena anaknya tidak kunjung bisa tidur. Hadooooh.




Pernah suatu malam saya marah. "Udah, jangan pegang-pegang lagi kenapa sih?" Safir nangisnya sedih banget (mungkin juga aksi manipulatif), "terus pegang apa, dong?" tanyanya sambil terus menangis. Aksi manipulatif berhasil. Ya suds, pegang pipi aja. Iya, pegang pipi, lama-lama merosot ke bibir juga.




Saat tertidur pun dia ternyata suka cari pegangan. Oleh karena biasanya saya sudah kabur dari sisinya, kakaknya kena ulah pula. Kalau sama ayahnya ga asik karena ada jenggot.




Tahu sih, kalau dia sudah mulai pegang-pegang artinya dia lagi bosan atau sedang ga enak hati. Cuma ya bete aja, lagi masak ditodong lip service. Emang gue cewe apaan?




Ah, sudahlah. setidaknya proses toilet trainingnya lumayan lancar dalam dua bulan ini. Guess, ga bisa dipaksakan semua berjalan baik, kan?




Meanwhile, harus berpikir cara lain untuk mengalihkan ketertarikannya itu. Semoga Amy yang malas ini diberi petunjuk

2 komentar:

  1. Sama nih, Mak. Saya juga lagi nyari cara supaya Maira berhenti mentil :/

    BalasHapus