Minggu, 31 Agustus 2014

Mama, Inspirasiku untuk Air Sehat dan Hemat


Walau tidak pernah benar-benar mengklaim diri sebagai keluarga pencinta lingkungan, banyak sekali hal yang dilakukan mama dalam rangka berhemat tetapi sekaligus memelihara lingkungan. Mama saya mungkin bingung dengan cara yang tidak menggunakan kantung plastik saat berbelanja. Toh saya belajar menyimpan plastik kresek itu dari mama. Jika mama lebih mengagumi kain yang bersih yang wangi akibat dicuci dengan entah berapa sendok deterjen, sedangkan saya tidak, toh mama lebih memilih menggunakan bubuk pembersih kamar mandi jadul ketimbang menggunakan merk lain yang secara kimia lebih dahsyat kemampuannya—dan lebih dahsyat pula polusinya.

Sudah bukan rahasia lagi kalau air merupakan bagian utama dalam kehidupan sehari-hari, terutama keluarga saya. Keluarga kami pencinta air putih, tidak mengkonsumsi soda, dan pengguna setia pompa air padahal letak rumah saya di tengah kota, alias di Tebet. Walau kami menggunakan air galon, namun kami tidak anti meminum air hasil pompa air kami. Maklum air putih di sebuah teko besar, cepat habisnya. Saya bahkan dulu pergi kuliah sambil membawa air putih dengan kemasan air mineral 1,5 liter. Waktu itu saya belum tahu kalau botol besar itu tidak boleh digunakan lebih dari 2 kali.

Alasan lain, kadar bersihnya sama. Pernah suatu kali ada pengujian materi air minum, jika dibandingkan air tanah dan air galon di rumah saya, hasilnya sama. Jadi, walaupun ibu saya perawat tidak menjadikan dirinya menjadi seorang hygiene freak dan terpatri pada merk tertentu.

Oleh karenanya mama sangat kekeuh memertahankan lahan hijau yang tidak seberapa di rumah. “Itu buat cadangan air.” Maklum, kami pernah mengalami masa kemarau yang sangat panjang sehingga memengaruhi volume air yang mampu disedot oleh mesin pompa. Pikir praktis, kalau tanah tidak sering diberi air bagaimana dia mampu menyimpan air cadangan? Padahal tanah memiliki gudang air yang luar biasa luasnya.

Hal inipun turut dia terapkan di kontrakan miliknya di pinggiran Jakarta. Mentang-mentang saudagar kontrakan, tidak membuat mama serta merta mengoptimalkan setiap senti tanah yang ada untuk menambah pintu kontrakan. Dia sadar, dalam jangka waktu tertentu, air tanah itu akan habis jika tanah tidak diberi ruang untuk mengisapnya. Dan itu hanya akan menambah masalah lain di kontrakan.

Mama pun berkomitmen menghemat air dengan banyak aksinya di rumah. Ketika hujan datang, mama akan bersegera menaruh ember besar di atas kucuran air yang kebetulan jatuh di teras kami. Jika banyak orang mengira telah melakukan aksi pintar dengan membuat saluran air sedemikian rupa hingga langsung masuk ke got, tahukah kalian bahwa hal itu justru menghalangi tanah menyerap air hujan? Bagi mama, air hujan adalah sumber air gratisan untuk menyiram tanaman di hari berikutnya.

Jika setiap kali ada hajatan dan harus menggunakan air mineral kemasan gelas, mama suka sedih melihat perilaku orang yang tidak menghabiskan minumannya. Bagi orang minang, menghabiskan makanan dan minuman yang disajikan itu adalah bentuk penghormatan pada tuan rumah. Di lain pihak, kasarnya “Hei, air itu dibeli.” Akhirnya setiap kali kami merapikan sisa hajatan, setiap air minum yang tersisa itu kami siram ke tanaman.

Saat mencuci beras, mama akan menampung air cuciannya untuk kemudian lagi-lagi dia siramkan ke tanamannya.  Pokoknya tidak pernah merasa rugi menyirami tanaman deh.

Komitmen ini pulalah yang kadang membuat dirinya pusing ketika saya dan keluarga menginap. Kebetulan anak-anak saya ini suka main air. Siapa sih ya nggak suka? Jadi sesi mandi adalah sesi di mana semua kran di kamar mandi menyala. Yah namanya juga mandi bareng, masing-masing pegang kran. Atau jika kami menggunakan kolam tiup untuk wahana mandi. Wah lebih banyak lagi air yang digunakan. Pada saat itu, kalkulator di otaknya bergerak cepat. Mau marah, tapi ketawa para cucu bikin ga tega hehehe ....

Saya bukannya tidak mengajari anak untuk berhemat air, tapi kita ini kan tinggal di kota. Tidak bisa setiap saat mandi di laut atau di sungai, tapi sangat suka main air. Nah, biasanya saya kasih jatah ke anak-anak. Kalau setiap hari mandi air macam begitu kan, mabok bapaknya bayar uang air. Apalagi kami tinggal di apartemen. Nah, seringnya, jadwal ke rumah nenek adalah jadwal main air alias akhir pekan.” Ya sudahlah, ma, relakan. Kan ga setiap hari.” Kata saya setengah menggoda.

Banyak hal yang mama lakukan yang belum bisa saya lakukan di rumah saya sendiri. Saya kan ga bisa menadahi air hujan dan memang tidak ada tanah milik saya sendiri. Yang bisa saya lakukan sebagai warisan mama saya adalah menanamkan nilai air bagi kehidupan pada anak-anak. Bahwa air dapat memancing berbagai keriaan dan kreativitas tetapi di satu sisi juga harus dijaga dan dihemat penggunaannya. Demi lingkungan yang sehat dan ramah. Demi masa depanmu juga, Nak.

 

11 komentar:

  1. Balasan
    1. Wehehehe alhamdulillah ... Susah tp ngejar standar beliau ...

      Hapus
  2. mama keren, jadi pengingat harus habiskan air gelasnya, benar itu dibeli dan itu air, kadang saya suka gak habis minumnya mak, makasih udah diingetin

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya sama-sama, aku juga suka lupa. lupa taruhnya di mana hehehe .... jadilah buka lagi.

      Hapus
  3. kalau abis pengajian, hajatan, atau apa gitu.. suka sebel liat sampah bekas minum, apalagi masih ada isinya. Kalo keinjek atau tumpah kan lantai jadi kotor... Mama nya keren. Air sekarang gak ada yang gratis (kecuali air sumur :D)

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh utk nyari air sumurnya aja kudu ongkos hehehe ... iya apalagi kalau hajatan yang melibatkan banyak anak-anak, ketendang sana sini. pe er banget memang ngerjainnya :)

      Hapus
  4. aku juga suka gemes liat makan dan minuman yg tdk dihabiskan....:(

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh iya sisa makanan. karena aku divisi cuci piring suka elus dada sambil ucap
      "ini kan buncis yang kupotong semalaman hiks ..." tapi yah gitu deeeh. tx for visiting.

      Hapus
  5. Mandi bareng main air emang asik ya, Mak. Aku aja suka apalagi anak-anak. Hihihi. Sukses ya lombanya :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. asik emang, kalau lagi begini ingin tinggal di dekat air terjun hehehe ... tq dah bw ke sini. sukses juga lombanya ...

      Hapus
  6. Wahh...jarang-jarang ada yg kepikiran kayak begitu yaa...:)

    BalasHapus