Selasa, 28 Januari 2014

Demi Foto

Sejak membuat situs www.koekieku.com sebagai corong suara perbakulan kue, saya memiliki komitmen tambahan selain menyelesaikan orderan cupcake, cake, atau cake pops. Komitmen lain itu adalah, foto.

Tentu, atas nama meng-update situs saya harus senantiasa mem-posting foto orderan terbaru. Dengan kualitas bagus. Rupanya memang butuh sebuah komitmen untuk mewujudkannya.

Kamera Saku atau Kamera HP
Pada awal tahun, awal keseriusan saya menjajakan diri sebagai penerima order cupcake, cake, dan cake pop,
saya menggunakan kamera saku.

 Alasannya sederhana, kamera saku memiliki lebih banyak fitur mode. Namun karena kemudian tekanan untuk segera mempublikasikan ke sosial media sangat besar, sedangkan jika menggunakan kamera saku berarti saya masih harus menyalakan laptop dan mencolokkan modem di jadwal berbeda, saya kemudian beralih menggunakan kamera handphone.

Handphone suami saya lebih tepatnya. HP miliknya lebih tajam cahaya ketimbang milik saya. Tapi, di HP-nya tidak ada fitur edit foto dan tidak ada cukup memori untuk menambah aplikasi edit foto. Walhasil usai memotret dengan HP milik suami, foto terpilih saya kirim via whatsapp ke HP saya. Lalu saya edit dan berbagi ke beberapa sosial media seperti twitter, facebook, dan flickr. Syukur alhamdulillah si windows phone ini akhirnya punya cara untuk temenan sama instagram. Jadi ga terlalu kalah langkah lah gue.

Dan belum berakhir di situ, saya masih harua mengirimkan lagi foto edit ke HP suami karena situs www.koekieku.com tidak bisa melakukan unggah foto dari HP saya. (I'm starting to hate this cellphone). Barulah kemudian dibagi ke google+ dan sekali lagi via twitter dengan tautan langsung ke situs www.koekieku.com. Lumayan bisa menambah jumlah klik hingga seratus untuk satu kali unggah foto.

Namun kemudian ada masalah lain. Aplikasi edit fotonya mengalami update sehingga meningkatkan kualitas foto. Which is good tapi berdampak dengan jumlah kilobyte yang dihasilkannya. Situs www.koekieku.com hanya mampu menampung foto dengan ukuran maksimal 200 kb. Yang akhirnya membuat saya harus kembali ke laptop guna melakukan resize.

Lalu beberapa bulan lalu suami membeli kamera semi pro. Sejak memiliki kamera tersebut dia bersemangat bangun subuh untuk memotret hasil cupcake saya sebelum anak-anak bangun. Dan mau tidak mau harus menggunakan laptop untuk membuka file-nya. Oleh karena tidak bisa unggah di laptop saya transfer via email.

Pilihan Modem
Salah satu alasan saya malas harus melakukan transfer serta edit foto ke laptop adalah koneksi internet.

Awalnya saya menggunakan modem S, tetapi karena saya tinggal di Kalibata City yang dipenuhi menara-menara apartemen mungil, modem tersebut kalah taji sehingga tidak punya cukup sinyal untuk membuka situs www.koekieku.com. Lalu saya ganti dengan modem E. Berhasil. Saya bisa leluasa unggah foto. Rasanya sesuatu berjalan lebih cepat dari bulan-bulan sebelumnya.

Baru sebentar saya menikmati kemudahan ini, saya harus berhadapan dengan program susupan yang dengan dalih proteksi memblokir situs www.koekieku.com. Walau sudah di uninstall tapi rupanya program itu telah menularkan imunisasi yang tidak perlu bagi laptop saya.

Laptop saya baru saja melakukan general check up, belum dicoba lagi sih untuk koneksi internetnya karena modem E ini nyebelin pas isi ulangnya. Akhirnya main ke warnet saja, cuma susah dapat waktunya. Kudu sendiri soalnya.

Hadeeuh ... Sebenarnya kedua masalah itu bisa terselesaikan dengan membeli tablet entah merek S atau A, tetapi mengingat  saya baru serius meng-eksplor dunia kue dalam satu tahun ini, saya banyak melakukan belanja yang beberapa di antaranya masuk kategori salah beli. Oleh sebab itu saya menahan diri, semurah apa pun tablet yang ditawarkan di luar sana. Mungkin karena pernah bekerja di perusahaan yang low budget, jadi saya terbiasa dengan pola rempong asal tidak beli elektronik baru. =]

Cahaya
Cahaya menjadi pencarian penting bagi saya. Tinggal di apartemen kecil dan menghias kue saat dini hari ketika anak-anak tidur, saya tidak mau menyalakan lampu putih karena khawatir biasnya mencapai kamar tempat anak-anak tidur. Awalnya, saya memotret di lorong apartemen. Yup. Pada jam menjelang subuh tentu tidak ada orang yang lalu lalang. Jadi, di ambang pintu saya letakkan kain putih untuk menutupi pola lantai dan kemudian menaruh 'mahakarya' saya dan memotret cepat.


Ketika saya memutuskan membeli kotak studio kecil, saya juga membeli lampu darurat. Selain untuk fungsi darurat kala mati lampu, saya bisa gunakan untuk memotret tanpa harus mengganggu tidur anak saya. Hanya saja pekerjaan ini butuh dua orang, dan pada saat itulah suami dibangunkan.

Jika saya terlambat menyelesaikan hiasan dan suami sudah kadung ke kantor sebelum sempat memotret maka pilihan saya adalah menunggu matahari cukup tinggi hingga menerangi kamar tidur saya. Satu-satu jendela yang kami miliki memang terletak di kamar tidur utama dan di atas tempat tidur. Dan untuk bisa memotret dengan baik itu artinya saya harus membuat anak-anak saya menggedor-gedor pintu kamar. Dikunciin hehehe.

Gagal Foto
Yang paling mencemaskan adalah ketika gagal foto. Dengan berbagai peristiwa, ada beberapa situasi yang membuat saya benar-benar tidak sempat memotret hasil cupcake, cake, atau cake pops hingga sudah berpindah tangan.
Biasanya saya minta penerima atau pengorder memotret cupcake, cake, atau cake pops nya. Mau gaya selfie juga boleh. Dan setelah itu dibagi ke akun saya. Cara ini berhasil dengan baik.

Lalu datanglah hari itu. Saya tidak sempat memotret hiasan cupcake minions superhero. Sekali lagi, saya minta pengorder memotretnya. Tapi rupanya, karena itu hiasan 2d, dan orang-orang pada umumnya memotret dari samping, saya tidak mendapatkan foto yang sesuai.

Terbayang-bayang diri saya tengah duduk sendiri di gelapnya malam, berusaha membentuk figur superhero tersebut satu per satu. Permintaan ini termasuk spesifik, siapa yang bisa jamin saya akan segera mendapatkan orderan serupa?

Akhirnya karena galau, saya segera bangkit begitu melihat anak-anak pulas di tidur siangnya. Saya keluarkan kotak fondant dan mulai menggiling. Dengan kecepatan penuh, saya berhasil membuat lagi lima topping minions superhero. Lumayan, daripada ga ada.

Keesokan subuh saya segera memotret topping tersebut dan melakukan edit foto karena menggabungkan dengan foto yang berulangtahun demi memberi sentuhan humanis. Dan akhirnya setelah hampir seminggu berlalu, saya bisa mempublikasikannya di situs dan sosial media.

Fiuuuh ... (elap keringat).

Saya senang semangat saya tidak turun karena harus ribet di sana-sini demi foto. Mengingat saya adalah orang yang moody, setidaknya saya harus merasa bangga (tepuk bahu sendiri) karena tidak menyerah dan akan tetap berusaha memperbaiki hasil foto. Mungkin sudah saatnya belajar menggunakan kamera suami =).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar