Selasa, 10 November 2015

Rossi Memang Jawara

Biar kekinian mau nulis tentang Rossi juga aaah ^_^ Saya bukan penggemar Rossi, tapi juga bukan hater. Bicara tentang Valentino Rossi membuat saya melayangkan kenangan kembali ke masa-masa SMU dulu. Saat saya mulai gandrung-gandrungnya nonton GP motor. Tahun 1997, tahun yang sama juga tengah kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan. Tahun terakhir Sentul menyelenggarakan GP Internasional dan saya datang ke sana. Masa Mick Doohan merajai kelas 500 cc dan Valentino Rossi merajai kelas 125 cc. Sedangkan idola saya saat itu, Tetsuya Harada, bersaing dengan dua pembalap lain seperti Max Biaggi. Persaingan mereka bertiga paling seru di antara dua kelas lain. Namun, di musim selanjutnya Rossi masuk kelas 250 cc dan memorakporandakan pertengkaran tiga pembalap itu dengan mudahnya. Ya, si bocah ABG dengan baju hijau menyala dan gambar cicak di helmnya.



1. Rossi Sayang Penggemar
Salah satu keunggulan Rossi adalah cara dia meraih dan memelihara penggemar. Sejak awal, dia dikenal sebagai pembalap yang sering memberikan aksi tambahan pasca finish lap. Dia membawa aura pemain sepak bola usai mencetak gol ke sirkuit balap. Dia sengaja berhenti di depan kerumunan paling banyak dan memanggil kerumunan yang biasanya akan memberikan bendera. Waktu di Sentul itu, ada lebih dari 5 orang turun dari pagar setinggi dua meter lebih.


Dan ketika insiden di Sepang beberapa minggu lalu, adalah penggemar yang solid itu yang terus memberikan dukungan. Dan penggemarlah yang memutuskan bahwa tahun ini Rossi adalah juara di hati orang-orang.



2. Rossi Memang Jagoan
Sebagai anak muda yang tak perlu berlama-lama di satu kelas dan menjadi juara dunia, Rossi memang menunjukkan kalau dia memang jagoan. Jika pertandingan kemarin dia disebut telah melewati 21 pembalap, dia sebenarnya juga sudah pernah begitu dulu. Yah, memang ga sampai 21, tapi dia dapat podium. Waktu itu dia start di nomor belasan (maafkan ingatan yang pendek ini), dan pelan-pelan melewati pembalap demi pembalap. Kamera dan komentator pun lebih senang menyoroti aksi Rossi di belakang ketimbang persaingan dua motor di depan. Barisan depan baru terekam kamera ketika sudah ada Rossi yang merangsek. Sepanjang balapan, saya ga berhenti bilang sendiri, "anjrit niy orang, jago betulan."


Rossi juga membuktikan bahwa apa pun motornya, yang membedakan adalah yang menaikinya. Dia pernah juara dengan motor Repsol Honda yang pernah dipakai Mick Doohan, pernah juga dengan Aprilia- si Tetsuya Harada aja ga pernah jadi juara dunia pakai Aprilia. Yang paling mengejutkan adalah ketika dia memutuskan masuk tim Yamaha. Padahal tim Yamaha itu punya tiga pembalap yang entah kenapa selalu gak pernah mencapai finish. Jatuh melulu. Yah, namanya juga Rossi, keluar dari zona nyaman itu memang hobinya.


Kalau ga salah, Pernah pula Rossi balapan dengan kondisi jari patah. Dan hasil akhirnya ga main-main loh, pembalap lain kayanya ga bisa leha-leha balapan kalau Rossi masih ada di motornya. Kayanya kalau soal motor dia itu insane.



3. Rossi Rawan Insiden
Saat insiden Marques dan Rossi kejadian, saya jadi ingat insiden serupa di F1. Siapa ya yang waktu itu kena penalti karena menghalang-halangi? Ralf Schumaker kayanya. Bedanya, ini Rossi yang kena penalti.


Saya sih ga lihat rekamannya juga. Namun, kalau Rossi bilang kakinya terpeleset, saya percaya. Walau bukan penggemar. Sering saya lihat karena Rossi selalu menyalip di bagian terdalam dia harus lebih miring ketimbang pembalap lain sehingga dia sering harus sedikit mengangkat lututnya agar tidak bersentuhan dengan pembalap di sebelahnya. Ini penglihatan saya loh ya, soalnya dia sering kakinya terlepas gitu terus motornya jadi goyang-goyang sebentar sebelum berubah haluan. Jadi yah memang dari dulu dia rawan insiden.  Kalaupun Rossi memang menendang, ya biarin aja hahahaha ... Kok satu tim malah menghalang-halangi?



4. Rossi Selalu Muda
Ada meme yang berkeliaran soal Rossi yang batal jadi juara dunia, salah satunya menuliskan "3 pembalap muda Spanyol vs 1 Pembalap tua Itali" But the fact is, Valentino Rossi never gets old once he rides his bike. Mau dia botak, mau gondrong, Rossi ya Rossi. Gairahnya ga pernah surut sama sekali and it shows. Makanya siapa pun senang lihat dia balapan. Ga ada lo, ga rame. Bukan rame kontroversi loh tapi  emang kelihatan banget jagonya. So, tak heran-mengutip status salah seorang kawan-Lorenzo Juara, Rossi Jawara.

Respect for Rossi.

Dari saya yang bukan penggemar ^.^


4 komentar: