Kamis, 08 Oktober 2015

KAMYStory: 5 Hal Sebelum Menitipkan Anak

Konteksnya adalah menitipkan dalam kegiatan sekolah, seperti jemput atau pergi acara sekolah tertentu. Alhamdulillah dikelilingi orang-orang baik yang kemudian menawarkan bantuan turut menjemput anak saya di TK. Alasannya sih karena kasihan sama si bayi yang harus panas-panasan. Dan setelah beberapa bulan menggunakan metode nitip anak ke orangtua temannya, ada beberapa bulan yang menjadi catatan saya:



1. Trial. Pertamanya tentu harus percobaan dulu. Saya dan dua anak saya yang lain masih ikut nimbrung di mobil ortu teman anak saya yang memang masih tetangga beda tower di Kalibata City. Pengenalan tempatlah istilahnya. Pendekatan anak saya juga dengan si mamah ini.


2. Evaluasi. Setelah trial beberapa kali, barulah saya tanyakan ke anak. Kira-kira mau dan berani ga dia ikut bareng tapi tanpa saya menemani. Saya cukup tunggu di lobi tower. Ada baiknya juga si mamah waktu juga ikut bertanya langsung ke anak. Begitu ok, berarti sudah siap.


3. Wejangan. Semacam perbekalan terakhir untuk anak sih. Jangan sampai dia jadi macam kuda lepas dari kandang. Penting ditekankan terkait perilaku di dalam mobil, karena si mamah ini kan membawa anak-anak yang lain (semoga berkah Allah selalu bersamamu, mam) dan kalau semuanya bergajulan di mobil bisa senewen nyetirnya. Selain perilaku di mobil, juga terkait dengan dirinya sendiri. Misal perlengkapan sekolah. Maklum ga ada ibunya berarti mau ga mau harus tanggungjawab sendiri ingat barang. Kerudung anak saya beberapa kali tertinggal, berulangkali saya ingatkan agar lebih baik tidak dilepas sebelum ketemu saya-soalnya nasihat untuk memasukkan semua barang ke dalam tas agak sulit dipatuhi. Memang it tooks a village to raise a child, tp sebisa mungkin ga sering-sering ngerepotin orang lainlah. Alhamdulillah lagi, walau tinggal di lingkup apartemen, masih pada guyub ibu-ibunya. Mau terbirit-birit antar tas anak saya yang tertinggal di masjid. (maap yaaak).


4. Rencana Cadangan. Walau sudah diberi kemudahan tidak harus jemput anak, saya tidak serta merta buat kegiatan lain saat anak sekolah-aji mumpung gitu ceritanya. Namun, kalau mendadak si mamah ga bisa jemput, dan saya pun tak bisa datang, maka perlu rencana cadangan alias ortu titipan cadangan (apaan siy sebutannya?). Ini harus dikomunikasikan ke kedua belah pihak, baik ke ortu dan ke anaknya plus gurunya. Jadi si anak ga kaya anak hilang gitu. Sementara ini sih saya masih bisa jemput kalau ada  keadaan istimewa hehehe ...


5. Uang. Nah ini yang baru kepikir. Jadi ceritanya si anak ikut lomba agak jauh dari sekolahnya. Si ayah ga bisa nungguin hingga selesai. Saya pikir yah sudslah pulang bareng sajalah sama kawan-kawannya seperti biasa. Kebetulan formasinya sama. Eh ternyata dalam sebuah kegiatan ada yang lain sedikit. Walau anak saya sudah dibekali macam-macam, tapi ada aja yang jualan suvenir. Paling sering sih foto ya. Yang dititipin kan kasihan juga liat si anak ga ada bapaknya ini ga bisa punya foto, jadi dibeliin deh. Terus belum lagi kalau pulangnya naik angkot, kudu ngongkosin anak saya juga dooong.


Bukannya mau menghalangi perbuatan baik orang sih, tapi kayanya lain kali untuk kegiatan di luar sekolah anak saya itu dibekali uang juga deh. Biar kalau perlu beli sesuatu bisa minta tolong ke ortu kawannya tapi sekalian kasih uangnya. Perihal diterima atau ga, ya terserah merekalah.


Yah, mungkin daftarnya akan bertambah karena kalau dipikir-pikir ga bisa seenaknya juga nitipin anak. Kalau anak kita nyebelin nanti malah jadi berabe hehehe ....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar