Kamis, 15 Oktober 2015

KAMYStory: Anak, Hewan, dan Hak Asasi Binatang



Dalam rangka hari Hak Asasi Binatang, iseng mau ngomongin soal membina hubungan antara anak dan binatang.  Idenya sederhana, tetapi begitu mengetahui apa hubungannya dengan agama, ternyata tidak sesederhana itu.

Walau kami tinggal di apartemen yang notabene tidak boleh memelihara binatang seperti anjing, kucing, burung, dan lain-lain, tetapi masa kecil saya dikelilingi puluhan kucing. Oleh karena itu saya merasa tetap perlu bagi anak untuk tidak hanya mengenal hewan tetapi juga paham cara memperlakukannya.

Peduli Binatang




Berdasarkan usia, anak-anak awalnya dikenalkan dengan berbagai jenis hewan. Memberakan hewan darat, laut, air tawar, burung, dll. Masa-masa itu kayanya senang banget bisa ke Seaworld dan Kebun Binatang Ragunan. Lalu setelah itu belajar memahami perilaku hewan. Bahwa hewan itu hidup dan bukan boneka yang bisa diperlakukan sembarangan. Bagaimana cara menyentuh hewan, adab saat bertemu dengan hewan dan sebagainya. Saat ke Kebun Binatang, saya sengaja membawa aneka buah agar anak-anak dapat menyuapi langsung binatang-binatang yang ada di sana.

Saat ketemu kucing di jalan tidak boleh diteriaki karena nanti bisa tertabrak mobil atau motor karena ngibrit ga jelas. Ikan di kolam tidak boleh dipegang-pegang apalagi dikeluarkan sering-sering, nanti stres. Dan terlebih lagi, memelihara binatang itu adalah tanggungjawab.


Suatu hari, si bocah cowo dapat dua ikan dari sekolahnya. Saya jadi puyeng sendiri. Ga punya mangkuk kaca, ga dikasih makanannya pulak. Lagian mau ditaruh di mana. Akhirnya terpaksa ditaruh di kontainer plastik. Dan benar saja, tak lama, matilah dua ikan itu. Safir yang sedih menuntut dibelikan ikan lagi. Akhirnya saya jelaskan, bahwa si ikan itu juga kasihan nasibnya karena tidak diperlihara dengan baik. Setiap binatang yang mati di tangan kita karena kita abai, itu mendatangkan hal yang tidak baik dalam hidup (saya memang menghindari membicarakan dosa dan pahala). Makanya jangan memaksakan diri memelihara sesuatu apalagi jika rumahnya masih seiprit. Eh dilalah, bapaknya beliin lagi ikan saat di rumah (alm) mertua. Anaknya ribut minta dibawa pulang, saya bersikeras tidak boleh dibawa. Akhirnya dititip di rumah (alm) mertua yang sebenarnya saya juga tidak setuju karena itu artinya melimpahkan tanggungjawab pada orang lain. Kayanya urusan perbinatangan ini masih harus ditatar dulu nih suami istri biar satu suara.

Seperti ketika tiba-tiba bapaknya bawa umang warna warni hasil ke pasar kaget. Anaknya sih senang karena ada binatang lucu, sayanya cemberut. Gimana ga cemberut, walau bukan vegan, saya penyayang binatang dan sadar soal keselamatan binatang. Membeli umang warna warni itu ada beberapa kesalahan, pertama binatang itu dipisahkan jauh dari habitat aslinya. Kedua, itu kasihan amat binatangnya celeng saat proses dicat cangkangnya. Membelinya berarti semakin mendorong penjualnya mengambil umang lebih banyak. Benar saja, beberapa hari kemudian matilah si umang.
Memang sih, maksud si bapak ingin mengulang kenangan masa kecil, saya pun dulu juga mengalaminya. Tapi kan ...

Kan Cuma Main-main, Amy
Saya membelikan anak-anak banyak mainan berbentuk binatang, sekalian dalam rangka mengenalkan jenis binatang dalam versi 3 dimensi. Nah, saat bermain kan biasa deh jadi main makan-makanan dan akhirnya berbagai binatang pun nyangsang di piring saya.

Anak: “Ini amy, makan kura-kuranya.”
Saya: “Kura-kura, ga boleh dimakan karena dia hidup di dua dunia. Darat dan air.”
A: “Sebentar ya aku sembelih dulu anjingnya.”
S: “Anjing haram dimakan juga. Najis pulak. ”
A: “Najis itu apa?”
S: “Jadi kalau kita kena liurnya, kita harus cuci tangan tujuh kali dan salah satunya dengan tanah.”
A: “trus yang boleh apa dong?”
S: “Ya binatang ternak. Ayam, sapi, kerbau, kambing, kelinci, ikan ... semua yang di laut boleh dimakan.”
A: “Oh, kalau begitu, makan hiu saja nih. Jeeeng!”
S: “Hiu ga boleh dimakan, kasihan. Menyiksa binatang. Tahu ga, yang bisa dimakan dari hiu itu Cuma siripnya. Jadi nelayan akan tangkap hiu, lalu langsung dipotong siripnya trus dibuang lagi ke laut hidup-hidup. Akhirnya hiunya mati pelan-pelan.”
A: “ .... ya udah deh, makan singa aja.”
S: “Singa juga ga boleh dimakan, karena binatang buas.”
A: “Kan Cuma main-main, Amy ....”
S: “Oh hohoho iya deh, maaf yaa ... mana sini singanya?”
Hihihi ada yang putus asa rupanya. Yah agak nyebelin kayanya si amy nih diajak main. Maksud hati sih belajar sambil bermain.

Menyayangi Hewan Kurban


Nah, ini agak spesial momennya. Kenapa? Karena seolah-olah saya menegasikan pernyataan saya tentang sayang binatang. Malika bahkan sempat tidak mau makan ikan goreng yang masih utuh bentuknya. Kasihan, katanya.

“Binatang-binatang ternak dan ikan dan semua binatang yang boleh dimakan dalam Islam itu memang disediakan Allah untuk kita makan agar kita bisa beraktivitas.”
“Tapi kan kasihan ...”
“Ya, makanya, semua ada caranya. Misalnya, hewan ternak itu disembelih.”
“Kaya waktu kurban, ya?”
“Iya, hewan kurban juga mentang-mentang mau disembelih juga ga boleh disakiti. Justru harus disayang-sayang, diberi makan yang cukup, tempat yang nyaman. Biar kita merasakan yang dirasakan Nabi Ibrahim saat hendak menyembelih anaknya, Nabi Ismail. Kalau kita benar caranya, insya Allah proses itu tidak akan menyakitkan bagi para hewan.”

Biasanya setelah shalat Idul Adha adalah waktunya bagi anak-anak melihat binatang kurban dari dekat. Maklum ya anak kota banget, lihat binatang kelihatan banget noraknya hehehe ... Semangat deh, mereka memberi makan. Kalau tidak ada daun yang available, dan ibunya suka lupa bawa pisang, jadi yah dielus-elus saja. Ibunya sambil melirik judes pada anak-anak yang sembarangan mainin batang pohon atau tali kekang ke hewan kurban ^^’ hadeeeuh ....

Idul Adha kemarin bahkan anak-anak melihat lebih dekat proses penyembelihan sapi. Waktu kecil sih saya ada masa-masanya lah, masa semangat lihat pemotongan hewan kurban, masa-masa linu melihat pemotongan, hingga akhirnya biasa saja dan banyak berdoa agar para sapi itu bisa disembelih dengan benar agar tidak menyakitkan. Lalu berterimakasih padanya. Seperti salah satu adegan perburuan di film Avatar itulah.


Yah, sedang mencoba menyesuaikan sesuai porsi yang sudah diatur dalam agama saja sih. Mudah-mudahan tidak melenceng. selamat hari hak asasi binatang, semuanya. Yuk, kita sayang-sayang binatang ^.^

2 komentar:

  1. aku penyayang binatang banget dan nurun ke anakku mak. sejak kecil sama kucing dia suka banget, sekarang ini dirumah kami punya 5 kucing, kemarin anakku dikasih ikan 2 dan entah kapan tetiba udah beranak pinak tuh ikan... deeeuuuuhhhh.... antara seneng liatnya tapi nambah kerjaan euy hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha jangan2 itu yg dirasakan mama saya dulu hihihihy

      Hapus