Rabu, 30 April 2014

Kelas Inspirasi Jakarta #3 (part 1): Anak-anak Muda Itu ....


Akhirnya ikutan Kelas Inspirasi juga. Setelah tahu informasi ini dari teman yang mengikuti Kelas Inspirasi di Bandung beberapa tahun lalu, saya memang sudah lama ingin ikut. Hanya saja, ingatan tentang ini baru muncul lagi setelah (lagi-lagi) ada teman di Bandung yang ikut ambil bagian di Kelas Inspirasi. Dan ketika akhirnya saya menaiki Metro Mini 640 untuk briefing Kelas Inspirasi di LIPI, saya bertanya dalam hati, eh ini beneran ya?

 


Sebenarnya bukan lazim saya mengikuti sesuatu yang tidak ada barengannya. Namun, kali ini saya bahkan tidak memikirkan akan bertemu dengan siapa nanti. Pokoknya anak-anak sudah aman sama ayahnya. Itu sudah lebih dari cukup.

 

Dalam gambaran awal, saya membayangkan akan bertemu beberapa puluh orang yang sudah matang usianya. Namun, saya banyak salahnya. Ketika hendak masuk, saat mencari-cari ruangan pertemuan, saya melihat banyak orang mengerubungi sebuah papan tulis putih. Oh, mungkin itu data kelompok. Saya memang kesulitan mengaksesnya lewat ponsel, jadi sepertinya papan tulis itu adalah pos pertama yang harus saya datangi. Saya terkejut melihat daftar namanya seperti melihat daftar lulus SNMPTN (zaman saya dulu sih namanya UMPTN). Banyak sekali barisan namanya. Puluhan kelompok. Saya mencari nama keren saya dengan saksama. Eh, ga ketemu. Cari lagi. Lalu saya curiga dengan kaki-kaki yang terlihat di balik papan tulis. Seriously? Sampai belakang juga ada? Dan akhirnya saya menemukan nama saya di kelompok 41.

 

Saya akhirnya menuju ruangan temu sambil mengingat nomor kelompok, dan jeeeeng ... banyak banget  orangnya. Kaya lagi kondangan. Malah lebih seru karena masing-masing bawa makanan sendiri-sendiri. Ah, jadi ajang Home Made Fiesta NCC. Dan belakangan baru saya tahu, peserta yang tercatat sejumlah 991 relawan. Belum termasuk panitia dan para wakil sekolah yang datang saat itu ya.

 

Saat saya tiba, sedang sesi SKJ. Saya langsung menemukan nomor kelompok saya yang ternyata tepat di depan pintu masuk. Saya salah kostum. Kaos lebar tapi pendek dan celana yang selalu bermula di panggul. Ah, ga bebas ini mau. gerak-gerak. Ya, sudahlah, agak jaim dikit jogetnya. Walau saya sebenarnya agak khawatir perut ga seksi ini bakal terlihat. Tapi karena ga seksi, mungkin bisa mengurangi kadar dosanya?

 

Selain memuji keberanian saya datang sendirian, saya kagum dengan pemandangan di sekitar saya. Banyak sekali anak-anak muda. Beneran deh, walau saya berJIWA muda, kok saya malah merasa tua berada di sekitar para relawan dan panitia. Memang sih, ada yang bapak-bapak dan ibu-ibu, tapi kalau melihat para mas-mas dan mbak-mbak yang saya yakini baru ketemu usia dua puluh tahunan, saya jadi minder. Umur segitu, gue dah apa ya?

 

Ini seperti yang saya rasakan ketika melihat lomba cover dance kpop di Kalibata City. Saya pikir akan melihat pertunjukan joget alay-alay yang lemes-lemes, eh tapi ga loh. Atau ketika ada performance grup beatbox yang dari kaos kupluknya bisa ketebak masih SMU, saya pikir masih ada alternatif untuk para remaja ini untuk membuat kreasi yang positif. Sedikit harapan lah buat saya yang ibu-ibu ini.

 

OK, back to briefing Kelas Inspirasi. Again, selain relawannya saya juga terpaksa bengong-bengong ketika ada sharing dari salah satu Pengajar Muda. Salah satu program Indonesia Mengajar yang mengirim relawan untuk mengajar di pedalaman selama satu tahun. Walau status masih melajang, raihan yang sudah dia capai bagi saya sudah banyak sekali. Ke mana aja gue selama ini?

 

Atau ketika seorang lulusan psikolog yang dalam kalimatnya saat hendak mengajak kita olahraga tepuk tangan, “Berhasil untuk 1500 orang di Afganistan!” Wait, dia sudah ke Afganistan segala buat ngajarin cara presentasi yang fun? Ah, kamu keren.

 

Ya, sekeren salah satu blogger make up yang baru saya lihat beberapa waktu lalu. Masih kenyes-kenyes begitu.

 

Usai empat jam briefing dari jam 1300-1700, saya mengantungi satu informasi. SDN 1 Balimester Jatinegara. Alhamdulillah, dekat rumah. Aku kan datang.

Saya pulang dengan satu pikiran. Malika, Safir, semoga program ini masih ada saat kau remaja nanti, Amy akan pastikan kalian juga berpartisipasi.

Eh, itu pemaksaan ya. Hmm ... amy akan pastikan kalian mendapat informasi yang cukup sebagai wadah kalian berbagi. Karena hidup akan terasa hampa jika tidak berbagi terhadap orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar