Minggu, 09 Februari 2014

Bukan K Wave Debutan

Sejak akhir Januari hingga pertengahan Februari nanti, setiap akhir pekan Kalibata City Square jadi meeting point buat para alay Kpop karena mengusung Lunar New Year, Seollal Love. Imlek dan valentine rasa Korea. Halah. Yang paling ramai sih kompetisi cover dance-nya. Saya sampai minder mau berdiri di dekat panggung. Maklum, setelan emak-emak kelar masak terus bawa dua bocah ngecek kegiatan di mal. Sedangkan yang datang, pakai gaya koreah semua. Baju ala korea (eh baju saya juga belinya di ebay korea), rambut warna warni (rambutku juga pink, eh tapi ketutupan jilbab), fans boyband tertentu (bok, foto TOP Bigbang bertebaran di hape saya), lha terus kenapa gue minder yak.

Entahlah, mungkin sedang membayangkan seandainya saya lebih dulu mengenal kpop. Eh, rupanya pernyataan dibantah lagi, saya bukan debutan kalau soal kpop, kok. (berantem sendiri di kepala).

Korea mulai bangkit usai perang Korea alias perang saudara yang berkepanjangan sekitar tahun '60 an. Akhir tahun '80-an dimulailah masa kebangkitan Korea. Saya sendiri mengenal produk Korea sejak saya duduk di bangku SD. Saat itu saya masih duduk di bangku kelas lima atau enam. Teman-teman saya sibuk menyebar koleksi kertas surat. Kertas surat yang paling keren adalah jika ada tulisan 'made in Japan'. Yup, kero keropi, hello kitty, seven ups, dll, jadi koleksi wajib di kantung plastik mereka.

Tapi saya bukan termasuk di dalam kategori mereka. Saya bukan anak yang diberi uang saku, atau setelah akhirnya diberi pun, uang itu tidak terlalu cukup untuk pergaulan. Dan karena alasan itu, saya pun lebih memilih kertas surat bertuliskan 'made in korea'.

Sebagai penikmat ilustrasi, saya merasa sama senangnya melihat goresan tinta di kertas surat itu. Saya tidak merasa kalah keren dengan keropi bersaudara yang original milik teman-teman saya karena ilustrasi si made in korea itu memang bagus walau karakternya tidak populer. Dan lagi aksaranya terlihat lucu dengan adanya lingkaran-lingkaran, berbeda dengan aksara Jepang yang semua berbentuk kotak sedangkan mandarin terlalu tajam ujungnya.

(1993-1996) Lalu ketika masuk bangku SMP, saya diberi hadiah buku harian. Melihat bagian belakangnya, lagi-lagi made in korea. Itu buku harian resmi saya yang pertama. Biasanya saya menggunakan hibah buku agenda dari papa. Dan seiring kebiasaan saya menulis di buku harian, saya pun juga senantiasa memilih buku-buku tulis made in korea sebagai buku harian saya hingga saya kuliah. Misinya, agar terlihat berbeda dengan harga murah =D.

(1996-1999) Saat SMA adalah masa-masa jayanya J pop. Dan di antara gencarnya berita tentang Britney di industri musik dan anime Jepang, saya menikmati berita kecil yang muncul di artikel Animonster. Tentang gadis muda berbakat, yang tariannya tidak kalah dengan Britney. Yup, BoA.

Saya bahkan mencari kaset kompilasi yang ada lagu BoA di dalamnya. Waktu itu dia sudah mengeluarkan single versi Jepang. Tak lama Rain muncul dan entah kenapa setiap tahun namanya selalu muncul sebagai salah satu most influenced people.

Di masa SMA itu pula transisi saya menyukai dorama ke k-drama. Dan yang membuat saya berpaling adalah, the one and only, Won Bin. Saya tidak tahan menonton Endless Love karena terlalu menguras air mata. Tipikal film korea. Maka dari itu ketika ada berita rilis film kolaborasi Jepang dan Korea yang dibintangi Won Bin dengan tajuk Friends, saya senang sekali. Rasanya saya selalu ingin mengulang adegan di bawah hujan salju itu.

Daftar komik yang dibeli kakak-kakak saya juga jadi beragam. Berawal dari Ragnarok, saya jadi tergiur mencari komik Korea yang benar-benar epik. Goretan kasar memang jadi ciri khas komik Korea saat itu. Dan setelah lama mencari (saya biasanya hanya modal pinjam punya abang atau kakak, jika saya mau membelinya itu berarti diniatkan untuk koleksi), akhirnya saya menemukan komik Tarian Langit saat pesta buku Gramedia. Dan serinya lengkap. Fiuuih.

(1999-200) Saat kuliah, saya sejenak melupakan entertainment Korea dan lebih menikmati drama Taiwan paling legendaris, Meteor Garden. Namun yang menarik adalah di kampus saya justru sedang kedatangan banyak mahasiswa Korea alih-alih mahasiswa Jepang. Saya suka saja melihat gaya mereka. Dari cara mereka melipat ujung celana jins (hanya satu lipatan besar) hingga faktor tindik yang tidak memengaruhi faktor imut-imut. Sayang, waktu itu saya menolak mengurus aplikasi beasiswa ke Korea yang saat itu gencar ditawarkan di kampus dengan alasan tidak matching dengan studi saya saat ini. Saya kan bukan pemburu beasiswa =D.

(2004-2011) Saat bekerja, fokus negara saya bergeser ke Amerika atau Inggris. Eropa pun jarang saya lirik. Dengan kakak-kakak yang sudah menikah dan meninggalkan rumah induk, saya praktis tidak mendapatkan lagi asupan informasi gratisan tentang negara-negara Timur Jauh. Toh, saya masih diberi kesempatan berurusan dengan orang Korea. Well, bukan saya yang berurusan langsung sih, tapi penerbit tempat saya bekerja memutuskan mengisahkan tentang pianis berjari empat asal Korea, Hee Ah Lee. Kami bahkan mengadakan mini show. Istimewanya? Ada puisi saya di buku memoar Hee Ah lee karya Kurnia Efendi itu. =D

(2010-sekarang) Saat cuti melahirkan Malika, saya jadi ada waktu nonton Indosiar dari siang sampai sore. Nonton drama Korea. Mengejar ketertinggalan. Mulai meng-update diri lagi. Setelah galau pilih idola akhirnya mantap pilih TOP Bigbang. Bahkan sempat nonton konser Bigbang 2012 lalu. Walau sekarang rasanya aneh saja karena mesem-mesem lihat music video dan di seberang sana ada suami yang berkerut dahinya plus manyun

Dan setelah tulis panjang-panjang, pertanyaannya adalah ... Siapa yang nanya, neng?

Wakakak ... Ini hanya tulisan menghibur diri. Walau belum pernah mampir ke Korea, belum pernah nyobain jadi stalker fans yang ngejar nonton konsernya di mana pun (bo, biayanya kudu dikali empat buat bayarin anak-anak), biarpun saya bukan yang jadi penonton setia kontes cover dance tadi siang, tapi yaaah ... Saya sudah lama temenan sama Korea. Again, sapa yang tanya, buuuu?

6 komentar:

  1. Ya ampun makkkk, sejarahmu kece lo, saia juga emak2 Kpoers yang ingat umur kok, covok ga pake stylist mereka, punya waktu ga ka mall utu secara ada anak dan suami, tapi soal update dari news, drama dan film mah saya update bingit, dan yang membuat terpikat memang Endless Love dan All about Eve, apa demikian ini adalah fans debutan? Hahaha...gapapalah,kan butuhnya kita cuma hiburan hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakak ... Iya neh qt masuk generasi legend kpopers =D liat aja wonbin yg makin keceh aja, rain baru aja rilis single 30 something yg dah mateeeeng bgt ... But again, itulah hiburan, ga usah saling sikut =P

      Hapus
  2. saya juga baru suka korea (artisnya) akhir2 ini... berarti saya debutan dong.. hehehe biarin ah.. saya suka sama YongHwa CNBlue hehehehe.... wajahnya sulit untuk dideskripsikan gabungan antara cute dan macho.. :) (suami suka pura2 lupa tanya itu siapa, padahal jeles mungkin... :))

    BalasHapus
  3. ga papa x debutan. Yg debutan itu malah kadang lbh fasih sebutin boyband korea. Dan iya tuw, di sana bisa aja ketemu orang yg cute tp macho, coba klo di sini ... Cute jadinya alay =D tq fpr stopping by, mak

    BalasHapus
  4. eh nemu ini hahaha
    ampir mirip cerita kita mba walopun gw berawal dari taiwan, jepang, lalu menambatkan hati pada korea *jailah*

    BalasHapus