Rabu, 12 Februari 2014

Shirley Temple, Kenangan dan Inspirasi

Saya sedikit berkerut dahi ketika melihat posting page fb Taylor Swift. Secarik kertas bertuliskan, "There is nothing greater than love. Nothing. -Shirley Temple"

Kenapa dia tiba-tiba bicara tentang Shirley Temple? Rupanya, hari ini  Shirley Temple meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Suka lupa menyebut ini jika ada artis yang meninggal dunia.

Saya terkejut. Bukannya dia sudah lama wafat? Eh, rupanya saya salah. Saya ingat terakhir kali melihat update-nya di koran ketika saya SD atau SMP, di sana disebutkan dia sudah menjadi nenek dan menjadi perwakilan PBB. Tentu saja setelah dua puluh tahun berlalu, wajar jika saya pikir Shirley Temple sudah meninggal sejak lama.

Film-film Shirley Temple menghiasi masa SD saya. Dulu televisi swasta masih gandrung menayangkan film-film musikal klasik. Itu adalah masa-masa awal saya meyakini bahwa film musikal bisa nyata terjadi. Yang saya maksud di sini adalah keadaan bernyanyi dan menari kapan pun, di mana pun. Saya bernyanyi saat menyapu, mencuci, menulis, berjalan kaki. Dan kebanyakan dari mereka adalah lagu karangan sendiri.
Bisa dikatakan seri film Shirley Temple merupakan salah satu cikal bakal saya ingin menjadi penulis lagu (dulu sih tepatnya ingin menjadi penyanyi yang menciptakan lagu sendiri).

Dan satu yang paling melekat di saya adalah koleksi baby doll yang dikenakannya. Stoking dan sepatu pantofel klasik berwarna cerah. Bahkan sampai sekarang saya masih kepengen jas winter selutut dengan kancing besar. Hanya untuk dipakaikan ke Malika. Saya suka celana dalam pendek putih berenda yang dikenakannya dan sering tersingkap saat menari. Semuanya ingin diaplikasikan ke Malika. (iyalah, masa saya yang pakai) Dan semua koleksi busana Shirley Temple saat itu, bagi saya ... Endless. Corak dan rendanya .... Masih terbayang-bayang.

Sayang Malika tidak memiliki rambut bergulung seperti Amynya. Jika iya, mungkin saya akan lebih gila lagi mencari baju ala Shirley Temple.

Film-film Shirley seperti Little Colonel dan Wet Willie Wenka memang tipikal. Biasanya melibatkan hidup kaya dan miskin dan selalu berakhir bahagia dan kaya raya, juga kisah anak piatu yang punya ayah keren, gadis lincah yang kadang usil tapi baik luar biasa ... Anak idaman deh.

Shirley Temple artis cilik yang karir aktingnya hanya mampu menampung wajah imutnya. Walau sempat menyelamatkan industri perfilman Hollywood yang nyaris bangkrut kala itu, hollywood tak mampu mengangkat pamornya lagi ketika muka imut chibi-chibi itu beranjak besar.

Tapi dia tak patah arang. Tidak tenggelam dalam keputusasaan. Hingga beritanya pun tidak ramai karena tidak terlibat skandal apa pun. Menikah dua kali lalu setelah itu muncul sebagai politikus. Pernah menderita kanker payudara dan kemudian menjadi juru bicara sesama survivor.

Dan kini dia sudah tiada, meninggalkan karya yang mungkin banyak anak Indonesia tidak tahu. Sosok anak imut yang tidak sok imut, tidak serba princess ga jelas =P bye bye Temple Black ...

4 komentar:

  1. Wahhhh,,, turut berduka cita juga saya Mak... sayangnya saya nggak tahu siapa itu Shirley Temple, karyanya juga nggak tahu.*duh
    Akan lebih baik kalau postingannya ditambahin fotonya dia Mak, mungkin saya pernah tahu, cuma nggak hapal aja sama wajahnya. :)

    BalasHapus
  2. kok ga ada fotonya mak? shirley yang mana tu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu krn postingnya pake hape. Lumia ku ga bs upload foto, entah knp ... =/ nanti coba pake hape suami, cuma sinyal tel****** nya sekarat klo di lantai 10 =P

      Hapus
  3. Selama ini g pernah berhasil upload foto dr hp. Td akhirnya bisa,via url dan baru tahu kalo harus url imagenya =P semoga jd ingat =D

    BalasHapus