Sabtu, 06 Desember 2014

Festival Pembaca Indonesia, Akhirnya ke Museum Nasional

Akhirnya ... Oh akhirnyaaa ... Setelah beberapa kali gagal ke Museum Nasional dan melewatkan berbagai acara keren di sana, hari ini dengan tekad bulat akhirnya berhasil. Tumben. Iya, soalnya seharusnya saya liburan ke puncak sama teman-teman, eh gagal. Dan kedua, karena suami ke luar kota jadi ga butuh banyak kepala buat mewujudkannya. Yang penting dah dititipin duit hihihihiy ....

Acaranya lihat dari facebook, tumben teman saya ngeshare hehehe. Soalnya ada workshop foto buat para traveller blogger. Begitu saya baca posternya, ada pojok anak. Yes. Lumayan deh buat alasan bawa anak-anak ke situasi baru.

Dari hari Jumat anak-anak sudah di-briefing kalau mau ke Museum Nasional. "Ada festival, ya?" "Ada panggung?" "Ada tempat main, ga?" dan masih sederet pertanyaan lagi dari si sulung. Saya sendiri sudah lupa apa isi Museum Nasional atau dulu saya lebih tahu dengan nama museum Gajah.

Begitu keluar dari taksi,  beli tiket dulu. Saya cuma dikenakan satu tiket dewasa seharga Rp5000,- bocah-bocah ga dihitung. Mahalan taksinya hahaha ....

Begitu masuk, anak-anak langsung menghambur ke arah dalam yang membawanya ke sebuah taman di tengah-tengah gedung tersebut. Sebelum menapaki taman, anak-anak dah sibuk dengan banyak sekali patung di lobi belakang. Patung dewa dewi dari masa kerajaan ratusan tahun silam jadi sesuatu yang baru buat mereka. Pada bagian ini memang lebih banyak patung dewa dewi, sayang keterangan tidak lengkap sehingga saya kesulitan menjelaskan alasan kenapa dewa ini menginjak orang, kenapa dewa itu injak kerbau, kenapa ada kerbau di balik patung dewa itu, dll.

Sampai di taman, anak-anak lebih bersemangat lagi sehingga beberapa kali harus saya ingatkan untuk tidak injak rumput dan manjat-manjat. Pada taman yang disebut taman patung oleh Malika itu lebih banyak patung hewan, lingga, prasasti, bagian dari wadah air untuk pemandian raja atau ratu dan sejenisnya. Banyak pula patung yang tidak terdefinisikan. Sebenarnya di sekitar itu ada beberapa ruang koleksi tapi saya bawa ransel bocah dan dianggap terlalu besar, jadi ga boleh masuk. Bagi pengunjung museum sih memang sejatinya menitipkan tas di samping konter pembelian tiket masuk tapi karena saya mau ikut ke acara Festival Pembaca Indonesia, jadi boleh dibawa. Makanya, saya sadar diri saja.

Menuju ruang baru Museum Nasional tempat Festival Pembaca Indonesia digelar, masih ada ruang koleksi. Di sini koleksinya mungkin lebih maju dari masa kehinduan atau beda aliran sama sekali. Diambil dari berbagai daerah di Indonesia. Itu juga hanya lihat bagian depan karena bagian lebih dalam sudah ada satpam. Malah ada yang dijaga tentara juga loh. Maklum, pernah ada peninggalan yang terbuat dari emas yang hilang di sana. Tapi Malika memang lebih suka lihat patung-patung yang tidak masuk lemari kaca, biar bisa dipegang-pegang kali ya.

Keluar dari situ ketemu komputer interaktif yang memberikan berbagai informasi tentang patung-patung yang ada di Museum Nasional. Harusnya sih ini wahana yang menyenangkan tapi karena hanya ada 10 item dan suka hang, jadi kuciwa akhirnya =). Lumayanlah, akhirnya yang ditanyain anak-anak ada yang bisa dijelaskan di sini. Ada game-nya juga loh.

Tiba juga di tempat Festival Pembaca Indonesia. Saya sih sudah incar Pojok Anak. Sudah saya duga stannya tidak penuh pun banyak, jadi bisa saya perhatikan sambil jalan. Di Pojok Anak itu sendiri sudah ada beberapa panitia yang siap menyambut anak-anak dengan kegiatan membaca, mewarnai, melipat kertas, dan merangkai puzzle. Inginnya siy, si pojok ini bisa lebih besar lagi dan dibuat beberapa bagian sesuai kegiatan, terus tiap anak dikasih semacam passport buat dicap. Jadi kerumunannya mobile, ga macet. Next time lah ya. Panitianya juga hangat, Safir setelah beberapa lama jadi berani cerita-cerita dengan kakak Citra, salah satu panitia. Kami diberitahu akan ada dongeng pada pukul 12 siang, tapi sayang sudah lapar hehehe .... Dan di sana ga buka stan makan. Mau jajan di luar, keder di pinggir jalan, nanti bocah2 pada ngibrit, gue keselek bakso.

Stan komunitas pencinta buku ini juga lumayan bervariasi. Catatan dari saya sih, stannya mungkin bisa lebih interaktif. Dihias kek sedemikian rupa. Ga sekadar pajang buku. Ada namanya komunitas Indonesia Hogwarts, kan kebayangnya penuh kostum ala Harry Potter, stan foto-ah ini mah keseringan foto di kondangan hehehe ... Game yang berhadiah pin sesuai tema atau rekruitmen member dengan promo kegiatan. Sayangnya ga begitu. Datar aja. Yang jualan buku juga lagi jenuh habis Book Fair kayanya, terlihat lelah hehehe ...

Yang rame malah sesi talkshow dan workshop. Untuk hari Sabtu ini workshop menulis resensi buku dan foto untuk traveller blogger. Lebih condong ke blogger. Sedangkan jadwal workshop Minggu, 7 Desember, Serunya Dongeng dari Buku, Bermain Kata dengan Tema Kuliner, Penulisan Kisah Remaja, Penulisan Karakter Komik. Untuk talkshownya ada Sejarah di Pulau Kiddo dan Erstwhile: Inspirasi Museum Nasional untuk Dunia. Oh iya, selain itu ada nonton bareng film-film yang diangkat dari novel. Untuk hari Minggu ada Catching Fire bareng Indo Hunger Games dan Breakfast at Tiffany's.

Nah, yang mau datang hari Minggu, jangan lupa keliling museumnya yaaa ....

Senin, 01 Desember 2014

Jelang Final Olimpiade Cerdas

"Indonesia Tambah Pinter di Oktober". Itulah slogan bulanan Rajawali Televisi dan menandakan dimulainya seri pertama Olimpiade Indonesia Cerdas. Kami (baca: saya dan dua anak balita) sudah mengikuti sejak pertama, walau dipertengahan sempat absen karena anak-anak jadi ngejogrok kelamaan di depan televisi dan baru main lagi jam setengah 9 malam. Kebayang dong baru mau tidur jam berapa ^^'.
Malam ini sudah babak final, jadi izinkan saya bernostalgia sedikit.
1. Acara
Acara ini dari episode ke episode terlihat berusaha membenahi diri untuk menjadi semakin baik. Cerdas cermat modern ini juga disesuaikan dengan rasa modern.
Penggunaan tablet bagi pembawa acara dan layar sentuh juga sistem barcode untuk babak kotak katik. Dalam setiap episode memang ada tiga babak besar, yaitu pertanyaan rebutan, kotak katik, dan apalagi ya lah lupa, jadi semacam menyusun tiga kotak benar dari 25 kotak yang tersusun.  

Pesertanya terdiri dari dua, yaitu pemain dan suporter. Pemain terdiri dari tiga orang sedangkan suporter kayanya 15 orang. Suporter ini bertugas melakukan yel-yel utama, lalu teriakan semangat ketika setiap kali benar atau salah menjawab. Pada akhir acara akan ada yang namanya suporter terbaik. Nah biasanya yang menang suporter terbaik adalah tim yang tidak lolos ke babak selanjutnya.

Memang, dari tiga tim yang bertanding hanya dua tim dengan nilai tertinggi yang lanjut ke babak kompetisi selanjutnya. Untuk musim pertama ini, pesertanya masih di wilayah Jabodetabek. 

Hadiah pun berkembang. Kini suporter terbaik mendapat uang satu juta rupiah. Lalu bagi penonton di rumah ada kuis via twitter.

Bobot pertanyaan pun kian sulit tiap babaknya. Pada babak pertama, saya masih sering ikutan jawab. Begitu sudah babak penyisihan kedua, mulai keder. Malika dan Safir terpaksa menerima kenyataan bahwa Amynya tidak selalu benar. Hahaha ...

Oh iya dengan kenyataan bahwa MAN Insan Cendikia masum final bersamaan dengan SMAN 28 dan SMAN 1 Depok, saya mengubah pandangan saya terhadap institusi madrasah.  Maklum, pada zaman saya madrasah lebih sering jadi 'buangan' bagi mereka yang tidak masuk negeri. Jadi yaaah gitu deeeh. Tapi melibat anak-anak Insan Cendikia ini, saya salut banget. Kaya anak pesantren pinternya =D

Oh iya, melihat para pemain ini saya jadi punya semacam catatan. Adalah lazim menempatkan orang-orang pintar sebagai wakil, nah seringkali orang yang pintar bangetnya ada satu, jadilah dominan menjawab sedangkan kiri kanannya jadi hiasan. Yang repot adalah ketika si orang pintar banget over confidence lalu salah jawab berkali-kali hingga down, si pendamping itu tidak bisa berbuat apa-apa.

Atau ada juga yang sifatnya spesialisasi. Jadi ketika ditanya, "kenapa ga tahu kalau alpukat itu mengandung vit. C?" dijawabnya, "saya ga menguasai biologi." Hadooooh ...
Strategi juga perlu di sini. Lama berkutat di pertanyaan yang sama dan salah melulu itu selain buang waktu juga buang nilai.

2. Pembawa Acara
Pembawa acaranya adalah ibu Nirina Zubir. Eks VJ MTV ini didapuk jadi pembawa acara acara cerdas cermat versi 2014. Awalnya sempat ragu, kok kayanya profilnya ga pas, harusnya jadi presenter acara parenting, dsb. Namun seiring berjalannya waktu, Nirina ini semacam pelepas ketegangan, biar tetap ceria pesertanya. Apalagi kalau sudah memberi ide untuk 'punishment' di sesi ask friends.

Toh pada awal kemunculannya ada saja yang ingin saya kritik. Ya basket lah, ya underwear kekecilan lah-jd nyiplak di short dress yang ketat >.< Sekarang sih setidaknya dah 'pas' walau tidak bisa dibilang syar'i.

Dengan sedikitnya waktu, Nirina juga masih harus beradaptasi kala membacakan pertanyaan. Maklum, kalau sudah soal MIPA, masih suka keserimpet. Kadang sih saya pikir suka ada pertanyaan yang terlalu panjang.

3. Juri
Ya, ada juri. Apa sih kegunaan juri ini? Apa ya, sebagai pemberi kebijakan. Walau sebenarnya sempat agak tricky juga, antara kasih 'clue' atau bikin bingung peserta. Yang pasti di akhir pertandingan setiap tim mendapatkan umpan balik dari para juri. Juri utamanya adalah Ira Kusno yang ditemani bergantian antara Erwin Parengkuan, Shahnaz Haque, dan Alya Rohali.

Kalau mau berpendapat, awalnya saya pikir ibu Ira ini rada lebay. Macam guru galak gitulah. Seiring berjalan waktu saya harus belajar menerima dirinya apa adanya hehehe ...

Ya gimana dong, mungkin dia orangnya memang perfeksionis bin ambisius. Sehingga pernah memberi kritik pada yel-yel suatu sekolah yang menggunakan kalimat: menang kalah sama saja. Lalu ditanggapi oleh Ira, "itu bukan mental juara. Seharusnya, kita harus menang! Makanya kalian kalah."

Atau ketika ada peserta yang tidak bisa jawab, dia akan kritik, "harusnya kamu bisa jawab ini!"

Pernah juga dia lebih keras lagi, ketika satu tim diberi pertanyaan berupa video Slank menyanyikan "Juwita Malam" nah pertanyaannya adalah, siapakah penciptanya?

Saat itu keadaan sedang tegang dan dalam ketegangan itu si jubir tim menjawab, "bukan saya". Doeeeeng!!!!

Mba Ira pun bereaksi, "ini etalase orang cerdas. Kalau tidak tahu lebih baik diam." beuuuh ....

Untung timnya masuk final, hahahaha ....

Ya suds, nanti malam jangan lupa nonton yaaa. Jam 19.00 di Rajawali Televisi or rtv. Habis nonton ini terus lihat lanjutan acaranya yang isinya kuis selebritis berasa koslet deh otaknya. Hahaha ....