Minggu, 27 Desember 2015

Kepada: Suami; Subjek: Pengajuan OPPO R7s; Dari: Istri


Dear Suami, 
Ingatkah kamu, delapan tahun yang lalu, persis di malam tahun baru, kamu bilang tak mampu membelikan cincin berlian tapi ingin menghabiskan hidup bersamaku? 

Setelah tujuh tahun menikah, memang belum ada berliannya. Aku pun tak meminta, karena ada yang lebih penting, aku perlu ponsel baru. Dan karena hanya kamulah si pencari nafkah, maka selain berdoa aku pun mengajukan pembelian ponsel yang pas untuk aku.  


Aku tak mau merepotkanmu, jadi aku sudah punya nominasinya, salah satunya adalah seri terbaru OPPO R7s


Sejak aku menemukan ponsel OPPO di sebuah ATM, tak kunjung lupa saat-saat menyentuhnya sebelum kembali ke pemiliknya. Dan ketika beberapa minggu lalu OPPO mengeluarkan seri terbarunya, aku jadi teringat lagi. 


Baiklah, kamu tentu tak mau membelikan sesuatu berdasarkan alasan emosional, kan? Tenang, aku sudah merangkum 7 alasan memilih OPPO R7s untuk ibu-ibu rumahan seperti saya. 



1. Kamera
Suami, kamu tentu ingat kalau aku suka menerima pesanan kue atau cupcake. Biasanya, aku akan menyelesaikan pesanan sebelum subuh agar bisa kamu foto usai shalat. Ingatkah kamu ketika kamu enggan melakukannya karena waktu itu hanya bermodalkan kamera saku digital. Sekarang memang sudah ada kamera yang bagus, sesuai kesukaanmu, tapi belakangan pekerjaanmu semakin menyibukkanmu  Jadi tak tega memintamu melakukan ini itu sedangkan anak-anak pun berebut perhatianmu. 


Dengan kamera belakang 13 mp dan kamera depan 8 mp milik R7s, hasil gambarnya tak perlu diragukan. Filter warena-warni yang dimilikinya membuatku tak perlu selihai dirimu untuk mendapatkan hasil gambar yang memukau. Aku mungkin tak perlu lagi menggotong hasil kue atau cupcake ke lorong apartemen karena pencahayaan di rumah tidak memadai karena kemampuan mengambil gambar HDnya sangat mumpuni. 


2. Kapasitas
Kamu juga tahu kan, ponselku merangkap alternatif bermain anak-anak saat akhir pekan. Namun memiliki anak lebih dari satu dan punya kesukaan dan kemahiran yang berbeda, aku menempatkan berbagai macam permainan edukasi tapi hasilnya? Ponselku jadi sering hang dan akhirnya anak-anak jadi senewen. 

Oppo R7s dilekngkapi prosesor delapan inti dan memiliki kapasitas sebesar RAM 4GB. Tak hanya itu OPPO R7s  bisa ditambahkan microSD hingga 128 GB. Mengunduh jadi secepat kilat, dengan kemampuan multitasking yang hebat, sudah pasti instagramku bisa aktif lagi. Bisa menggunakan jasa ojek atau taksi online lagi. Katalog kue dan cupcake-ku bisa tersimpan lebih banyak di sini. Dan ngeblog pakai smartphone ini ga perlu pakai ribet lagi. 


3. Kecepatan
Bisa jadi kamu sedang sengit karena melihatku sering memegang ponsel. Kamu khawatir aku akan lebih tenggelam dengan ponselku ketimbang bermain dengan anak-anak. Tahukah kamu, itu karena semua yang berjalan lambaaat di ponselku. Jika tidak aku pantengin, niscaya aku harus mengulang lagi dari awal. 


Kecepatan yang beberapa kali lebih baik ini membuatku bisa lebih cepat menuntaskan urusan. Urusan rumah tangga dan anak jadi lebih terukur. Tak khawatir dengan ponsel yang hang jika tidak sering-sering ditengok karena takut ngacir entah ke mana lamannya. 

4. Desain
Ingat ketika aku menorehkan gincu di bibir, lalu anak kita bertanya, "kok Amy sekarang seperti wanita?" 
Itu karena aku tak pernah berdandan, tak sempatlah. Biarlah ponselku yang berdandan, agar lebih mudah mencarinya di antara lipatan popok dan tidak tertukar dengan milikmu. 


 Pilihan warna Rose gold dan Gold terlihat cantik dan memberi kesan beludru metalic. Pasti akan terlihat mencolok di dalam tas. Aku sih suka yang GOLD ^_~. 



5. Hemat Baterai
Iya, aku tahu, biaya IPL naik lagi, belum lagi TDL. Makanya aku perlu ponsel yang hemat baterai dan tak perlu waktu lama untuk dicharge. Aku tak ingin ponselku menjadi bebanmu. Dan baterai OPPO ini dilengkapi baterai besar 3070mAh dan memiliki fasilitas VOOC Flash Charge. Hanya perlu di-charge 5 menit, smartphone ini bisa digunakan selama dua jam waktu bicara. 


6. Layar Lebih Lebar
Aku pun suka kasihan ketika anak-anak saling beradu kepala saat menonton youtube dari ponselku sekarang. Mereka toh sudah semakin besar. Belum lagi jika si bayi ikut-ikutan. 

Layar tepi lengkung 5,5 inci membuat Oppo R7s sulit ditolak hehehe ... Pun tidak tebal karena menggunakan bezel layar ultra tipis 2,2 mm, sehingga tetap nyaman digenggam.


7. Hemat Ponsel
Tak perlu lagi dua ponsel, hanya perlu satu smartphone karena dengan kecepatan 4G, SIM ganda, dan perluasan slot kartu microSD, akan mengurangi keluhan aku soal kekurangan ponsel A dan ponsel B. Senang, kaaaan ^^

Jadi, suami, tahun akan segera berganti ... Semoga rezeki suami semakin dilancarkan. jangan lupa ya traktir istri, ga perlu traktir makan (lihat perut ^^') belikan smartphone yang ini saja yaa .... 


xoxo
Istri



Kamis, 24 Desember 2015

KAMYStory: Perjalanan untuk Melepaskan

"Saat cinta itu ternyata bertepuk sebelah tangan, aku justru semakin mencintainya. Setiap waktu cinta itu terus kupupuk, kubiarkan berkembang hingga begitu menyesakkan dada dan nyeri di setiap nadi, lalu kemudian ... Aku muak dan berhenti."


Urusan jatuh cinta semasa remaja memang pelik. Apalagi jika masih labil. Salah satu rapor buruk saya dalam percintaan adalah, sulit move on. Masih mending move on diputusin pacar, lah ini move on dari ditolak cowo alias bertepuk sebelah tangan. Udahan ditolak, masiiiih aja stalking. Bertahun-tahun pula.


Urusan ga move on ini bermula saat saya SMA dan menggebet salah satu adik kelas saya. Saya menghabiskan waktu mengikuti kemanapun dia bergerak. Dari masuk sekolah, jam istirahat, jam nongrong, ekskul ... Pokoknya dibuntuti terus. Telepon tiap malam, walau anaknya ga pernah di rumah dan malah jadi ngobrol sama ibunya. Membelikan hadiah ulangtahun. Mencari tahu letak rumahnya sendiri. Macam-macamlah. Bahkan hingga saya kuliah, saya masih sering ke sekolah. Bahkan hingga si gebetan itu pindah kota, saya bela-belain menyisihkan 80% upah menerjemahkan saya untuk bayar wartel atau beli kartu telepon pintar. Awalnya saya pikir karena saya belum pernah ada kesempatan untuk PDKT, tapi ketika dia bilang punya girlfriend, saya baru sadar telah bertepuk sebelah tangan.


Apakah saya berhenti? Tidak saudara-saudara, saya bahkan semakin nekat. Mengemban misi ingin membuat si gebetan jatuh cinta dalam perjalanan satu hari. Aish, film drama banget lah. Padahal saya ini anak rumahan, tak pernah keluar kota sendirian. Ke Bekasi saja ga pernah sendiri. Ini mau ke Jawa Tengah.


Oleh karena masih perlu ongkos dari orangtua, saya katakan hendak ke rumah salah satu teman kuliah saya di Semarang. Berangkatlah saya dan kawan bersama ke Semarang dan menginap satu malam. Selanjutnya? Saya naik kereta ke kota si dia berada, sendirian. Itu pun bilang ke orangtua akan menginap di rumah saudara, jadi yah ga sendiri-sendiri amat.


Setibanya di sana langsung menjalankan aksi. Akhirnya bisa jalan bareng tapi ada yang aneh. Dia sudah seirama dengan kota itu. Kota yang sudah sepi pada jam 6 malam. Kota yang dinamikanya jauh lebih lambat dari Jakarta. Langkah tergesa saya bagaikan pitch yang aneh. Sungguh keadaan yang canggung. Walau akhirnya saya mengajaknya ikut pulang ke Jakarta bareng naik kereta (orangtuanya masih di Jakarta), rasa aneh itu kian menggelitik.


Pada kereta itu, di perjalanan 8 jam itu, tanpa alasan apa pun perasaan itu hilang sedikit demi sedikit tergilas roda kereta dan hilang sama sekali begitu saya turun dari taksi di depan rumah saya. Akhirnya saya melepaskan. Dia bukan untuk saya, jalan kami berbeda. 


Menariknya aksi hampir serupa saya lakukan pada 2014 lalu. Hanya saja alasannya agak konyol, saya ingin move on dari perasaan nge-fans dengan TOP BIGBANG dan karenanya saya nekat menggesek kartu kredit untuk membeli tiket konser YG Family di ... Singapura. Perjalanan sehari semalam. Meninggalkan dua bocah sama bapaknya demi si istri tidak bayangin cowok ganteng itu terus. Bahaya bos ^.^ Yang kemudian mengejutkan adalah, saya akhirnya berangkat dalam keadaan hamil 7 minggu.


Ke Singapura, sendiri, dan hanya bawa uang Rp500000,- (uang darurat sih Rp1000000,-). Saya hanya meyakinkan diri bahwa kalaupun saya mudah tersesat, pasti akan mudah pula mencari jalan kembali karena kota itu begitu teratur. Dan memang, salah turun di MRT dan nyasar sewaktu mencari hostel kawan saya adalah pengalaman bahwa kalau di Singapura jangan harap bisa ketemu jalan yang benar dari modal bertanya pada orang lain. Lihat peta, bu, petaaa .. Dan walau kaki sakit karena salah beli sepatu tapi teteup harus jalan kaki karena ga ada ojek untuk nyari si hostel. Perjalanan yang panjang dan melelahkan dan jadwal makan malam yang meleset jauh. Belum berhenti di situ, ketika akhirnya hendak kembali ke bandara, jadwal MRTnya habis, padahal tinggal dua stasiun lagi. Eeaaa ... Syukurlah saya bersama kawan.


Dan formula lama itu masih berhasil. Walaupun perih tapi berjalanlah sesuai petunjuk yang diberikan-Nya. Pasti sampai di tujuan yang sejati. Dan tujuan sejati itu adalah kembali ke rumah. (sambil elus perut waktu itu)


Yah, Setidaknya ga nangis bombay lagi ketika BIGBANG ke Jakarta atau ketika kawan saya itu dapat tiket gratis menyaksikan BIGBANG di MAMA Award di Hongkong. Saya sudah melepaskan .... Tak mungkinlah saya bisa nge dubsmash bareng TOP BIGBANG seperti si gadis shampo saat bersama Seungri BIGBANG. ^.^ Jalur kehidupan kami sudah kadung berbeda.


Semoga saya tak perlu melakukan perjalanan sendirian lagi. Ya, saat itu yang saya rasakan adalah tak enak jalan-jalan sendirian, terpaksa selfie terus hehehe bosen. Kemanapun saya melangkah, saya lebih tertarik ke tempat yang banyak anak-anaknya. Ah, saya memang sudah emak-emak.


Walau ada kalanya saya ingin pergi mencari sunyi, sungguh tak perlu waktu lama. Beri saya 24 jam, saya pasti sudah tak tahu harus berbuat apa.


Melakukan perjalanan sejatinya seperti mencari jawaban yang sebenarnya sudah ada namun tertutupi oleh penyangkalan. Dalam Islam pun dianjurkan untuk melakukan perjalanan bahkan kalau perlu hijrah, karena petunjuk Yang Mahakuasa tidak hanya berada di satu tempat, melainkan berserakan di mana-mana. Tak sedikit buku yang menuliskan catatan perjalanan yang menginspirasi, yang paling populer sekarang ini tentu Eat, Pray, and Love. Itu pula yang dilakukan Olie Salsabila dalam bukunya Passport to Happiness. Sebuah rangkuman empat tahun kehidupan dan mengunjungi 11 kota di seluruh dunia. Bukan sekadar travelling melainkan mencari jawaban dari persoalan hidup.


Kebahagiaan letaknya di hati, dan biarkan perjalanan membantumu membuka mata hati itu dengan rintangan dengan kegalauan, kita selalu dipaksa mencari jalan keluar karena seringkali sesuatu terjadi di luar kehendak kita.


Kini saya hanya ingin merajut kenangan bersama anak-anak di mana pun dan ke mana pun kami kan berada. Membuat cerita kami sendiri dan menitipkannya pada awan-awan yang berarak hingga suatu hari ketika anak-anak terbang mencari kisah baru, cerita-cerita itu akan selalu mengingatkan mereka akan kami, keluarga mereka, rumah mereka.

Tulisan ini diikutkan dalam GA Passport to Happiness oleh @GagasMedia

Sumber Foto Cover Buku: www.salsabeela.com

Rabu, 23 Desember 2015

RABUku: Liburan dengan Odong-odong Dongeng

Pada tahun 2015 ini, timeline FB saya ramai dengan promosi seri Odong-odong Dongeng. Karena itu kerjaan kawan-kawan saya di Noura Books, saya malah penasaran karena tumben-tumbennya mereka merilis sesuatu terkait dengan dongeng anak-anak.


Begitu kloter kedua terbitnya seri-seri terbaru Odong-odong Dongeng, barulah saya beli tiga seri pertamanya. Maksudnya buat masing-masing anak, tapi karena yang kecil masih bayi ya keburu dibuat kado ulang tahun temannya anak-anak.


Secara fisik, buku 20 halaman ini pantes banget kalau dijadikan kado ulangtahun karena boardbook jadi ga mudah keriting dan ga mudah rusak. Setidaknya dua buku yang dipegang anak-anak kondisinya masih sangat bagus, mengingat buku-buku lain cepat sekali berubah bentuk.


Seri Odong-odong Dongeng adalah perjalanan Pakumis (Pak Kumis?) dan Topemon (topeng monyet?) dalam odong-odongnya, berkeliling sambil bercerita. Mirip kaum gypsi dengan karavannya ya? Eh tapi kalau ini mah generasi Winnetou yang tahu hehehe ...


Setiap seri, Pakumis dan Topemon kebanyakan menyuguhkan  cerita fabel, dongeng yang umum, tidak terkait daerah tertentu.  Bahkan judul Tikus & Singa juga diangkat pada seri televisi "Pada Zaman Dahulu".


Lalu apa yang menjadi pembeda dengan buku cerita lain? Ada di paruh kedua buku itu. Begitu cerita usai, Pakumis mengajak pembaca untuk berandai-andai. Bagaimana seandainya jika si A tidak ke B? Bagaimana jika si B bilang ke si A? Sebagai pemancing, pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Pakumis, nah di akhir cerita pertanyaan tersebut dibiarkan mengambang. Silahkan jawab sendiri.


Awalnya anak-anak saya bingung ketika saya melakukan pertanyaan terbuka seperti itu. Memang momennya pun salah. Saya membacakannya sebagai cerita sebelum tidur, momen yang biasanya tidak melibatkan banyak reaksi. Sedangkan Odong-odong Dongeng itu akan sangat bermanfaat sebagai alat bantu mendongeng bagi siapa saja. Pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti, "Siapa yang mau jadi singa? Siapa yang mau jadi tikus?" tentu membuat anak-anak bersemangat untuk fokus pada cerita. Sedangkan pertanyaan di akhir, si penikmat buku ditantang menyebarkan khayalannya sesuka hati. Hal ini akan menciptakan percakapan seru antara yang membacakan dengan yang dibacakan (yang kalau dibaca pas mau tidur, ga bakal jadi-jadi tidurnya hahaha ... ).


Cara menyuguhkan cerita Odong-odong Dongeng pun bisa Anda kreasikan sendiri. Bisa dengan wayang atau boneka kaos kaki, pasti jadi lebih seru. Apalagi kalau dikerjakan bersama dengan anak-anak. Lumayan kan buat pengisi waktu liburan. Bayangkan jika punya serinya lengkap, wah bisa ada bermacam-macam kreasi. Judulnya ada; Tikus & Singa, Kancil & Buaya, Kura-kura & Kelinci, Semut & Belalang, Keledai & Kuda, dan Domba & Serigala. Wah banyak rupanya yang belum saya beli ^^'


Iput & Oyas sebagai kreator Odong-odong Dongeng pun aktif menularkan virus mendongeng ini di sekolah-sekolah. Hayooo siapa yang mau didatangi odong-odong istimewa?

Senin, 21 Desember 2015

Tidur Lelap untuk Bayi Pintar dan Ibu Sehat

Jangan pernah meremehkan pentingnya tidur yang lelap. Deepak Chopra menjelaskan dalam sebuah wawancara baru-baru ini bahwa saat seseorang tidur lelap, racun-racun dalam tubuh akan keluar. Sebaliknya saat seseorang tidak mengalami tidur yang berkualitas akan rentan terkena obesitas, peradangan, gangguan usus, bahkan Alzheimer. Nah, loh!


Padahal untuk ibu-ibu punya bayi seperti saya bisa tidur lelap bin pulas apalagi lama itu adalah peristiwa langka. Tahu dong kenapa, karena si bayi sebentar-sebentar bangun dan nangis. Saking langkanya kalau ditanya mau hadiah apa di Hari Ibu mendatang, tak sedikit yang bilang, "saya cuma mau tidur."


Nah, dalam rangka inilah produsen pospak pertama dan nomor satu di dunia, Pampers, mengadakan temu blogger ibu-ibu di Hotel Double Tree by Hilton Cikini pada Sabtu lalu. Dokter  Dr. dr. Soedjatmiko SpA (k), Msi, hadir sebagai pembicara pertama menjelaskan bahwa tidur adalah proses stimulasi. Bayi akan terganggu tidurnya dikarenakan dua hal, suara dan lingkungan. Suara meliputi bising, teriak, dan semacamnya, sedangkan lingkungan bisa dikarenakan panas, dingin, pakaian atau popok yang basah karena urin atau muntah.


Yang perlu digarisbawahi adalah sewajar apa pun bayi yang kerap terbangun, ternyata jika kondisi tidur pulas (kondisi REM dan non REM) tak kunjung bisa diraih bayi hingga usia dua tahun maka si anak akan mengalami gangguan dalam perkembangan emosi, fisik, hingga kognitif. Tuh, bahaya kan?


Siapa pun juga tak tega melihat bayi yang tidak nyaman tidurnya. Begitu juga dengan salah satu karyawan P & G. Beliau seorang kakek yang kasihan melihat cucunya tidur gelisah dengan popok kainnya. Lalu dia pun terpikir untuk menciptakan popok sekali pakai yang nyaman dipakai. Itulah asal muasal Pampers, 59 tahun yang lalu. Pionir sejati hingga kata 'pampers' menjadi jamak digunakan secara internasional alih-alih 'diapers'.


Artika Sari Devi selaku brand ambassador Pampers pun berbagi pengalamannya terkait membuat anak bisa tidur dengan nyenyak. Menurutnya ritual-ritual yang harus dijaga adalah memastikan anak kenyang, tirai ditutup dan penerangan diredupkan, dan jangan lupa membacakan cerita (eh sama dengan saya dong). Memastikan pakaian dan spreinya bersih terutama pospak sebagai bahan yang paling dekat dengan kulit bayi.


Ibu dari Abby dan Zoey ini menyebutkan bahwa anak pertamanya sempat mengalami dermatitis atopik. Yaitu sebuah keadaan si bayi mengalami biang keringat parah dan tidak bisa disembuhkan karena faktor keturunan. Time will heal, katanya ... Sehingga ketika Artika beralih ke Pampers terasa banget perbedaan kualitas tidur anaknya. Dilalah pas anak kedua tidak ada masalah sama sekali, jadi santai banget ....


Wah, jangan-jangan sama dengan #babyMeutia niy. Biang keringatnya parah banget dan walau dia termasuk bayi anteng walau gatal, saya curiga dia semakin sering bangun bukan hanya karena lapar tapi juga karena biang keringatnya merambah ke bokong. Sebagai pengguna pospak di saat anak tidur, makanya berusaha pilih pospak yqng bisa tetap nyaman digunakan dalam waktu lama. Nah, Dia mungkin bisa garuk-garuk kepalanya, tapi bokongnya? Pe er banget ^^' jadi kasihan.


Padahal aneh juga saya pikir, sudah pakai AC kok bokongnya malah keringetan? Ternyata, pospak yang saya pakai tidak se-breathable seperti Pampers. Butiran gel Pampers tidak hanya mengunci basahan lebih cepat, juga terbukti 99,9% kering. Eh ini ga cuma iklan. Pada even Pampers Baby Active ini ada pembuktiannya secara langsung. Saya kalau ga lihat sendiri juga suudzonnya ah itu pasti trik kamera. Eh ternyata beneran. Tak hanya itu, Pampers juga tidak menghalangi kulit bokong untuk bernapas. Demonstrasinya menarik deh, ada air hangat dituang ke Pampers, lalu dibalik dan ditutup gelas kosong, hasilnya? Berembun. Magic. Hehehe se-magic dokter Soedjatmiko yang sempat-sempatnya melakukan aksi sulap saat pembahasan materi.


So, it was a fun event. Baby Meutia ga rewel, digemesin sama Artika, difotoin sama ibu-ibu yang lain malah, pulangnya bawa Pampers sekantung. Alhamdulillah. Kado buat bayi, kado buat ibunya juga hehehe yuk bobo dulu ah. ^.^ Siapa tahu bisa foto Meutia lagi bobo cantik #pakaiPampers. Tanggal 22 Desember 2015 nanti bagi yang memiliki bayivberusia 0-36 bulan bisa upload foto si kecil dan testimoni ibu dengan hashtag #pakaiPampers ke wall fanpage Pampers Indonesia. Menangkan kesempatan untum si kecil jadi model di majalah Mother & Baby bersama Brand Ambassador Pampers Indonesia, Artika Sari Devi. Asyiik ^.^https://mobile.facebook.com/PampersIndonesia?fc=f&showPageSuggestions&_rdr

Rabu, 16 Desember 2015

Terbang dan Berbahagialah, Ma

"Mama mau ikut pengajian. Mau datang ke arisan ..." ujar mama lirih di dapur sambil mencuci piring. Deru air yang mengucur dari keran menyambut tetes-tetes airmatanya yang sudah tak tertahankan lagi. Saya yang di sampingnya hanya terdiam. Tak ada jawaban.
 
Mamaku lelah mengurusi anakku.
 
Jika hanya terpaku pada kalimat di atas, mungkin tersimpulkan bahwa mama tak suka dengan anak-anak. Namun keheningan membawa saya jauh ke masa lalu. Jauh sekali ke masa mama kecil.
 
Mama adalah anak tertua dari sepuluh bersaudara. Terlahir dalam tradisi minang, jelas ada begitu banyak tumpuan di pundaknya sejak dini. Terlahir prematur, mama baru bisa berjalan saat berusia empat tahun. Pada umur sekecil itu pun dia sudah punya beberapa adik. Dia ingat saat masih kecil disuruh amaknya duduk di pojok sambil selonjoran lalu ditaruhlah adik bayi di kakinya. Karena usianya terlalu kecil untuk menggendong.
 
Mama, hampir seumur hidupnya berpikir dan bertindak untuk keselamatan orangtua dan adik-adiknya. Mama berjuang mati-matian untuk menaikkan derajat keluarga yang hidup dalam kemiskinan, karena beliau sendiri mengalami betapa pahitnya hidup serba kekurangan. Merantau dari perkampungan di Sumatra Barat ke Jakarta di usia 16 tahun, lalu dari Jakarta terbang ke Belanda dan hidup di sana selama lebih dari 10 tahun. 
 
Merantau hingga ke negeri Belanda pun demi satu misi, mengubah hidup. Menjauhi segala aksi gaul demi menjaga diri agar bisa tetap sehat jasmani dan rohani karena ada keluarga di kampung yang menantikan rezeki halalnya. Belasan tahun di luar negeri, mama mungkin bisa dikatakan yang paling kuper, statusnya masih diselamatkan dengan jabatannya sebagai kepala kelompok para perawat Indonesia di Belanda. Mama adalah tipe orang yang berprestasi tapi tidak gaul.
 
Saya ingat suatu kali mama ditugaskan ke Bali, lalu pada akhir pekan mama diajak rekannya hangout di Lombok. Refreshing. Mama menolak. Dalam pikirannya, "bagaimana jika saat menyeberang saya tenggelam? Tenggelam saat hendak bersenang-senang padahal pergi ke Bali untuk bekerja." Saya bahkan tidak terpikir ke situ.
 
Puluhan tahun mama tidak punya teman. Yang ada hanya, anak buah. Hingga akhirnya beliau pensiun. Mulailah dia memasuki komunitas di sekitar lingkungan, arisan RT, arisan RW, pengajian si A, pengajian si B ... sempat berjalan lancar hingga saya kemudian melahirkan anak pertama dan masih bekerja, dan tanpa ART.
 
Sejak percakapan itu, hari demi hari berlalu dengan kegalauan saya. Di satu sisi, saya paham 'kelelahan' mama mengurus anak kecil. Dia butuh memiliki kehidupannya sendiri. Setelah sekian lama ... Dan akhirnya Tuhan menjawab kegundahan mama. Papa mengalami kecelakaan mobil dan mama sebagai perawat pensiunan fokus mengurusi papa sehingga tak bisa memegang anak saya. Saya pun selama sebulan hanya bekerja separuh hari, hingga kemudian saya memutuskan untuk mengundurkan diri. Allah memberikan kejutan kecil di peristiwa itu, kehamilan kedua saya. Semua mungkin memang sudah takdirnya. Dan 40 hari usai melahirkan, saya pun pindah rumah.
 
Jika saat kita menikah seolah orangtua tengah melepas kita untuk terbang, saya merasa saat pindah rumah sayalah yang melepas ibu saya untuk terbang menikmati kehidupannya sendiri. Saya bahkan tak henti-hentinya terpukau bagaimana urusan arisan dan pengajian itu membawanya ke mana-mana di seluruh Indonesia. Bahkan sempat mampir ke Eropa. Pada satu foto yang diambil baru-baru ini, senyum mama begitu merekah. Bahagia. It's about time, mom. You deserve it.  Just fly freely and be happy.

RABUku: Harta Karun di Obral Buku

Barang obral tidak selamanya tidak pantas dikonsumsi, bagi dunia perbukuan, banyak sekali alasan buku bagus bisa masuk daftar buku yang diobral. Status halus dari kata lain, ga laku. Makanya, terkadang saya sangat menantikan judul-judul baru di kolom obralan di berbagai toko buku online. Emang kenapa sih buku bagus bisa ga laku?

Salah Desain Sampul
Don’t judge the book by its cover? Di Indonesia, sampul adalah yang utama. Buku dengan tampak punggung doang? Ucapkan selamat tinggal. Pada floor alias lantai toko buku untuk buku-buku baru terdapat sekian puluh judul. Nah, kiranya apakah yang akan membuat calon pembeli berhenti lalu mengambil sebuah buku? Sampulnya. Perlu desain sampul yang outstanding untuk terlihat mencolok-colok di mata pengunjung. Kenapa? Karena kebanyakan pengunjung toko belum tahu mau beli apa di toko buku. Dan buku-buku bagus dengan  sampul yang tidak tepat akan menjadikan dia kawanan obral buku. Dan ketika hal itu terjadi, saya merasa tengah mendapat harta karun.

Salah Finishing Kemasan
Inilah akibat mouth to mouth marketing. Buku bagus tapi cepat bredel itu cepat banget nyebar ke calon pembeli. Niscaya buku yang mungkin melejit di penjualan awal bisa langsung ngedrop penjualannya walaupun di cetakan kedua sudah memperbaiki kualitas kemasan. Too late, bung. Buat saya? Kalau untuk buku anak-anak yaaah ga papalah hehehe ... nanti di-scan or difoto saja biar jadi e-book pribadi.

Salah atau Kehilangan Momen
Buku bagus yang keluar di saat yang tidak tepat juga bisa masuk ke daftar obral dalam waktu singkat. Bukannya apa-apa, tentu tahulah dominasi toko buku di Indonesia, kalau ga bisa buat awal yang baik, melorot sudah jatah penampakannya di toko buku. Dari floor, ke rak dgn tampak depan. Lalu tahu-tahu ada di data komputer tapi ga ada di rak, nah ini yang bikin nyesek. Dan ga semua buku dapat kesempatan kedua untuk semacam re-launch di momen yang lebih baik. Akhirnya, ke manakah buku itu pergi? Ke obralan.

Tema Tidak Populer
Saya termasuk pengggemar buku dengan penggemar spesifik. Setiap penerbitan buku memiliki minimal oplah saat dicetak, nah banyak juga saking spesifiknya, itu buku lammaaaaa banget habisnya. Padahal bukunya bagus sangat. Jadi saya biasanya menambahkan kuota sabar saya. Sabaaaar bentar lagi obraaal.


oplah terlalu Banyak
Nah ini biasa terjadi pada buku bagus yang dipromosikan laku tapi ternyata cetaknya terlalu banyak serinya, sering terjadi pda seri cerita atau aktivitas anak-anak. Akhirnya ada judul-judul yang tidak terserap sama banyak, nah itu dia harta karun saya.

So, siapa yang mau hunting obralan bukuuuu? Akhir tahun banyak yang obral buku loh, tapi jangan sampai akhir bulan banget, kan mau tutup buku juga mereka ^.^



Jumat, 11 Desember 2015

JJS: Nyaman di Hotel Tibera Bandung




Kunjungan ke Bandung di saat suami juga sedang bertugas di sana selama beberapa hari beberapa bulan lalu memang bukan yang pertama kalinya. Hanya saja saya waktu itu baru dua minggu usai melahirkan. Dan karena suami masih bekerja selama kami di sana, hotel yang dia pilih pun yang berdekatan dengan lokasi kerjanya. Tidak hanya letaknya yang menjadi pertimbangan,  harga pun harus bersahabat karena kami biasanya pakai kamar yang paling besar (pertimbangan bawa dua balita dan satu bayi, dan istri yang gampang komplen hehehe), jadi ga mungkin pakai hotel budget yang space-nya juga budget banget hehehe ... Untuk ukuran Deluxe seperti yang saya pesan ini sekarang sedang promo Rp400000/malam loh.


Hotel Tibera terletak di jalan Taman Cibeunying Selatan No. 7, Bandung Wetan.  Posisinya dikelilingi oleh banyak rumah makan dengan tema old fashioned. Maklum masih daerah cagar budaya. Dengan berjalan kaki atau naik becak, bisa mampir ke Museum Geologi dan makan di Yogurt Cisangkuy. Namun memang, jalur hotel ini tidak persis dilalui angkot, sebagai moda angkutan paling praktis di Bandung hehehe ... Cari becak pun harus jalan sekian ratus meter. Bagi yang tidak terbiasa sih mungkin terasa jauh, tetapi alhamdulillah masih didukung dengan trotoar yang mulus dan pohon-pohon besar di kiri kanan jalan. Adem di siang hari, tapi emang gelap banget kalau malam hahaha .... 


Hotel ini terdiri dari tiga lantai tanpa lift. Kami menempati kamar di lantai tiga, untung ga bawa stroller ^^. Hanya dua kamar di situ, keduanya seri deluxe, tapi hanya kamar kami yang menggunakan bathtub. Ya, bathtub cukup untuk memuaskan kesenangan anak-anak bermain air. Jadi, kami biasanya tidak wajib menyewa hotel dengan kolam renang. Toh, biasanya ada berderet tempat yang hendak dikunjungi di luar hotel.  


Namun, ada dua kolam di sini. Satu kolam ikan-ikan kecil dengan dominan rumput air, yang satunya lagi kolam koi. Pojok anak menjadi menarik ketika tengah menanti jemputan. Biasa kan, anak-anak suka tidak sabar mau ke sana dan ke sini. Sedangkan ketika suami masih harus bertemu klien atau kawan di tengah malam, ada kafe di depan hotel yang menurut suami, kopinya enak.

Dari depan pintu kamar kami sih pemandangannya rada ga enak. Alias ketemu atap. Mungkin tingkat tiga ini ekstra yang baru terpikir belakangan kali ya. Hal ini sepertinya disadari oleh pihak pengelola karena ada pojok duduk-duduk yang nuansanya lebih manis. 

Makan pagi disediakan di lantai dua. Ruangannya tidak besar tapi apik. Secara keseluruhan saya memang suka dengan dekorasi yang mereka pilih. Not too much, sweet, light ... semacam itulah. Maklum, bawa anak-anak pecicilan, jadi kalau banyak perintilan tuh malah bikin senewen. 

Kesimpulannya? It's a nice hotel untuk mereka yang suka sesuatu yang asri, tidak ramai, tapi masih di tengah kota Bandung. Hotel Tibera juga menyediakan opsi long staying jadi mungkin bisa kaya kontrakan yang bagus banget kali ya ... Kalau tertarik bisa di-book via applikasi jalan-jalan kesukaan kalian atau telepon langsung ke (022) 7100236. So, mau kemana akhir pekan nanti? 

Rabu, 09 Desember 2015

RABUku: Emak-emak Belajar Hidup dari Rumi


Menyebut tokoh tasawuf ini kebayangnya bacaan beraaat banget. Namun, saat menerima buku ini .. Rasanya sayang kalau ga dibaca. Bukunya dikemas cantik dari luar sampai ke dalam.


Saat Festival Pembaca Indonesia akhir pekan lalu, ada talkshow buku ini. Saya semangat ingin pergi karena selain sudah lama ga main di komunitas buku, juga karena ingin bertemu mantan bos saya yang sekaligus penyusun buku ini, Pak Haidar Bagir.


Dan sebagai non pemburu tanda tangan, saya sudah sodorkan buku sebelum acara dimulai. Maklum bawa tiga anak, ga yakin bisa stay hingga akhir apalagi acaranya jelang makan siang.



Bertempat di tower 2 Synthesis Square Gatot Subroto, acara dimulai pukul 11.30 dengan dibuka oleh pengamat sastra Maman Muhiyaman. Dalam pembukaannya itu pak Maman berpendapat bahwa puisi-puisi Rumi yang dipilih dan diterjemahkan oleh Pak Haidar ini bukanlah puisi yang menganut paham "semakin rumit bahasanya, semakin tidak dimengerti, semakin bagus". Puisi-puisi Rumi begitu ringan hingga berbicara tanpa hijab. Seperti hati Rumi langsung bicarapada pembacanya. Memang karya Rumi umumnya mampu menggedor hati pembacanya.


Hal ini diamini oleh Pak Haidar. Kumpulan puisi ini berasal dari kumpulan cuitan Pak Haidar di twitter. Ditulis setiap jam 9 malam dan dinamakan "Rumi Night". Sesi ini diklaim sebagai sesi yang paling sering di retweet di akun beliau.  Seperti halnya siaran radio di atas jam 9 malam tentu bisa ditebak puisi macam apa yang dipilih. Puisi yang menggedor-gedor hati. Hati yang galau, hati yang kecewa, hati yang angkuh, hati yang minder ....


Sebagai seorang fast reader tentu tidak bisa menganut percepatan yang sama saat menikmati puisi. dalam tiga hari, saya pun belum tuntas membacanya. Bukan karena tidak paham, karena pak Haidar dengan terpaksa memberikan kesimpulan di setiap puisi Rumi. Kenapa terpaksa? Karena beliau tidak ingin membatasi persepsi pembaca dalam memahami puisi Rumi, tetapi karena banyak yang bertanya jadilah turut ditambahkan walau dengan font kecil dan warnanya terkadang saruh dengan latar belakang.


Oia kembali ke saya. Puisi-puisi itu lama tuntasnya saya baca karena di setiap usai membaca satu atau dua puisi, saya berhenti. Sesuatu memang telah menggedor hati saya. Hal buruk yang saya lakukan, ingin rasanya segera diperbaiki. Oleh sebab itu, saya menutup buku dan akan kemudian dilanjutkan setelah usaha perbaikan itu dimulai. Karena puisi-puisi Rumi mendorong kita memperbaiki diri, jadi kalau sekaligus dibaca akan overwhelmed.


Bahasanya? Tenang. Karena diambil untuk disiarkan lewat twitter maka Pak Haidar mau tak mau menerjemahkan dengan kalimat seefisien mungkin dan sesingkat mungkin jika tidak terpaksa membuatnya dalam dua kali cuit. Sehingga yang terjadi adalah penafsiran puisi Rumi yang mudah dipahami. Asal mau berpikiran terbuka, tidak merumitkan diri sendiri.


Seperti yang diduga sebelumnya, saya tak bisa hadir hingga usai. Saat pak Haidar tengah membicarakan destinasi tasawuf di Turki, saya harus undur diri. Anak-anak yang lapar bisa menimbulkan kekacauan hehehe ... Sampai berjumpa lagi, pak Haidar.


Jadi jika dikira emak-emak cuma tahan baca majalah atau novel-novel percintaan yang enteng, berarti harus coba baca kumpulan puisi ini. Sensasinya, rasakan sendiri ^.^

RABUku: Glenn Fredly 20. 13 Lagu, 12 Penulis

Lagu-lagu Glenn Fredly ternyata banyak mengisi masa lalu saya terutama di saat patah hati >.< Setiap single yang keluar, saya langsung menamakannya sesuai dengan nama-nama para gebetan gagal. Ya, setiap lagu memiliki ceritanya sendiri. Lalu bagaimana jadinya ketika lagu-lagu itu benar-benar menjelma menjadi sebuah fiksi yang utuh?


Itulah cara Glenn Fredly menandai 20 tahun kiprahnya di dunia musik. 12 penulis muda berbakat digandeng untuk menginterpertasi 13 lagu Glenn Fredly. Hasilnya? Nah, harus beli bukunya dong buat menilainya hehehe ...


Hal yang mendorong saya membeli buku ini adalah karena dua di antara penulisnya adalah kawan saya semasa di FIB UI, duet mau Gita Romadhona dan Widyawati Oktavia. Keduanya sudah pernah menelurkan karya sendiri tapi belum sempat saya beli. Nah dengan beli buku ini saya sekali tepuk dapat dua nyamuk hehehe setidaknya untuk prolog sebelum membeli karya mereka yang lebih utuh. Selain dua gadis kece ini, masih ada Bernard Batubara, Anggun Prameswari, Sefryana Khairil, Adimas Immanuel, Mita M. Supardi, Jia Effendi, Kireina Enno, Alexander Thian, Robin Wijaya, dan Moammar Emka.


Saya sendiri rupanya bukan tipe pembaca kumpulan cerita pendek. Mungkin karena sebelumnya baru menuntaskan satu buku kumpulan cerpen, jadi rasanya pendek sekali napasnya. Beberapa tulisan menggunakan metode penulisan yang serupa, dengan kalimat-kalimat indah di depan, terkadang terlalu panjang. Jadi ketika masuk ke cerita lain, beberapa kali kaya "here we go again ..."  Terkadang lirik lagunya tersebut dalam fiksinya, ada juga yang tidak. Sepertinya memang tidak semudah membuat story board video klip ya ... Saya jadi ingin buat fiksi dari lagu ... Don't Speak-nya No Doubt hehehe ....


Tapi tenang, tidak semuanya tentang patah hati kook. Saya malah menantikan fiksi dari lagu Glenn yang berduet dengan Dewi Perssik, sayangnya tak ada. Lagu-lagu andalan Glenn Fredly banyak siih. Yang masuk adalah lagu Akhir Cerita Cinta, Lini Masa, Nyali Terakhir, Habis, Selamat Pagi Dunia, Jejak Langkah, Cinta dan Rahasia, Kasih Putih, Sabda Rindu, Pengakuan Lelaki, Di Sisa Hati  Renjana. Hayoo yang mana lagu Glenn Fredly yang kamu banget?


Menurut saya konsep ini menarik dan cocok dibuat serialnya hehehe. Kira-kira kumpulan lagu siapa lagi yang cocok dibuat fiksinya ya?

Senin, 07 Desember 2015

Deg-deg Serr Ikutan Liga Blogger Indonesia


Pada dasarnya saya orangnya minder, tapi suka lomba. Bagi saya, lomba bukan sekadar mengalahkan lawan, melainkan mengalahkan penyakit dalam diri sendiri. Makanya rasanya lebih deg-deg serr ketika jemari ini mendaftarkan blog ini sebagai pendaftar di Liga Blogger Indonesia atau LBI. Ada sisi diri yang lain yang komentar, "ealah nambahin kerjaan aja. Udahan ibu rumah tangga, ga pakai ART, anak tiga, ada yang bayi pulak. Macam orang kurang tugas saja, bah!"
Liga Blogger Indonesia adalah kontes bagi para blogger yang akan dimulai sejak Januari 2016. Well, sebenarnya sejak bulan ini sudah diadakan babak kualifikasi untuk menyaring peserta yang tahun ini mencapai 85 orang. Dari setiap grup hanya akan terpilih 10 orang yang akan lanjut ke kompetisi yang sebenarnya.
As I was saying, utamanya adalah berlomba mengalahkan penyakit dalam diri sendiri, tapi bukan berarti saya berpikir "menang syukur, kalah juga ga papa. Woles." Jika saya tidak memberikan performa terbaik dalam kompetisi ini, maka perlombaan dalam diri itu bisa-bisa berlangsung terlalu singkat. Jika saya tidak berada dalam kelompok orang-orang terpilih, saya tidak akan terpacu meningkatkan kualitas tulisan saya. Dan terlebih penyakit saya akan segera kambuh.
Emang sakit apa sih, bu?
Saya berstatus ibu beranak tiga tanpa ART tidak serta merta memastikan bahwa rapor urusan rumah tangga saya bagus semua. Oh, tidaaak. Saya punya masalah-masalah mendasar dan si masalah mendasar ini harus ditertibkan. Salah satunya dengan ikutan Liga Blogger Indonesia.
1.       Manajemen Waktu
Tidak semua wanita hebat dalam melakukan multitask, mereka suka melakukannya tetapi belum tentu jago menyelesaikannya. Salah satunya saya. Menambah tantangan dengan ikutan LBI adalah cara saya memaksa diri untuk mengatur waktu dengan lebih baik. Jika saya lolos, kompetisi ini berlangsung selama tiga bulan loh. Jangan dianggap remeh urusan tulis-menulis ini. Bisa sangat melelahkan. Naaaah, saya harus pintar memanjemen waktu biar badan tetap sehat, akal tetap jernih saat berhadapan dengan anak-anak dan urusan rumah tangga.
2.       Disiplin
Mudah menyerah adalah satu penyakit saya. Penyakit yang membuat saya sulit mewujudkan teori 7 habitsnya Stephen R. Covey. Disiplin dan konsistensi saya mudah buyar. Terutama jika terkena halangan yang bernama "keteteran".  Dalam seminggu membuat tiga posting blog dan salah satunya adalah tema yang ditentukan oleh panitia adalah tujuan saya. Bukan sekadar posting, tetapi postingan yang bagus, inspiratif, dan bermanfaat. Ganbatteeee!!!!
3.       Kreativitas
Dan postingan yang bagus itu perlu kreativitas. Saya harus tinggalkan sifat "yang penting lulus" semasa kuliah. I must do it. And do it best!!!
Jadi wajarlah jika saya deg-degan, karena tantangan ini diharapkan akan mengubah banyak hal dalam diri saya. Seharusnya sih ke arah yang lebih baik hehehe ... bagaimana tidak? Melihat daftar pesertanya saya jadi merasa selama ini masih melihat permukaan dunia blog. Saya harus menahan napas dan menyelam untuk menyaksikan betapa ada lebih banyak hal yang terjadi di dunia para blogger ini. just keep swimming, just keep swimming ... 
Hadiahnya? Eh serius saya malah ga tahu ada hadiahnya wakakakak ... 

Kamis, 03 Desember 2015

KAMYStory: Membaca Komik bersama Malika

Menjelang Festival Pembaca Indonesia akhir pekan nanti, saya masih mau berbagi soal pengalaman membaca bersama Malika. Kali ini tentang komik. Membacakan komik pada anak memang harus menunggu usia yang tepat. Memahami urutan baca dan urutan balon kata memerlukan latihan yang cukup lama. Setidaknya untuk Malika baru ketika usianya jelang lima tahun dia paham konteks sebuah komik.


1. Urutan Baca
Perkenalan sebelum membaca komik adalah membacakan cartoon strip, apa ya ini bahasa Indonesianya? Banyak ada di majalah. Strip kartun dengan penomoran akan sangat membantu anak mengikuti alur. Tentu saja saat dibacakan si nomor harus juga diucap. Karena kalau tidak, saya baca yang mana, anaknya liat yang mana, dan akhirnya jadi bertanya hal yang belum dibacakan atau yang sudah dibacakan. Dan ternyata penomoran ini tidak digunakan oleh semua majalah anak. Kelihatannya sepele tapi sebenarnya memiliki dampak yang besar.


2. Teknis
Yang agak tricky dengan Malika adalah ketika dia sudah paham alur, dia jadi mulai tanya-tanya yang sifatnya teknis. Rasanya ingin buka kuliah umum tentang kesusatraan dan perkomikan. Ya kotak naratorlah ditanyain. Ya teknik gambarlah ditanyain, kenapa ada muka si itu keluar kotak, teknik pemilihan sudut pandanglah dan lain sebagainya. Jadi memang pilih komiknya ga bisa yang terlalu kompleks dulu. Mulai dari yang paling sederhana. Paling top emang BOBO tapi yang versi lama ya, karena dalam satu majalah ada berbagai jenis penyajian komik yang bisa dipelajari.


3. Kecepatan
Komik memiliki kecepatan yang berbeda dengan buku cerita yang sarat narasi. Dialog yang bertubi-tubi menantang anak-anak mencaritahu dengan cepat siapakah yang dimaksud Amynya sebagai pembaca. Karena seringnya saya tidak menunjuk balon kata satu per satu. Jadi pada komik baru ada namanya sesi perkenalan. Untuk memberi waktu bagi Malika menghapal siapa yang ngomong apa. Dan sesi ini sungguh melelahkan karena saya ga bisa langsung laju membaca melainkan banyak berhenti, beberapa kali harus mundur sesi dan lain sebagainya.

Tadinya saya mau bedakan dari suara tapi, aih suka lupa euy ... Akhirnya keder sendiri.


Ada beberapa pengalaman bahwa penikmat komik biasanya tidak akan tahan dengan buku novel, nah semoga sih Malika ga begitu hehehe ... Kan ibunya ga gitu, walau termasuk fast reader. Saya ga tahu siy, soalnya Malika termasuk anak yang suka dengan reka adegan dan suka menghapal dialog, jadi soal komik mungkin cocok. Tetapi di lain sisi, dia juga suka jadi ensiklopedia berjalan jadi dia menikmati buku-buku informatif. Sedangkan untuk cerita pendek di majalah belum terlalu tertarik karena gambarnya sedikit, yah mungkin karena belum bisa baca juga. Padahal kalau didongengin bebas juga ga masalah. Yah setidaknya dia masih punya ketertarikan yang besar dan luas terkait dengan buku. Semoga menjadikanmu orang yang membawa berkah yaaaa ...