Akhirnya ... Oh akhirnyaaa ... Setelah beberapa kali gagal ke Museum Nasional dan melewatkan berbagai acara keren di sana, hari ini dengan tekad bulat akhirnya berhasil. Tumben. Iya, soalnya seharusnya saya liburan ke puncak sama teman-teman, eh gagal. Dan kedua, karena suami ke luar kota jadi ga butuh banyak kepala buat mewujudkannya. Yang penting dah dititipin duit hihihihiy ....
Acaranya lihat dari facebook, tumben teman saya ngeshare hehehe. Soalnya ada workshop foto buat para traveller blogger. Begitu saya baca posternya, ada pojok anak. Yes. Lumayan deh buat alasan bawa anak-anak ke situasi baru.
Dari hari Jumat anak-anak sudah di-briefing kalau mau ke Museum Nasional. "Ada festival, ya?" "Ada panggung?" "Ada tempat main, ga?" dan masih sederet pertanyaan lagi dari si sulung. Saya sendiri sudah lupa apa isi Museum Nasional atau dulu saya lebih tahu dengan nama museum Gajah.
Begitu keluar dari taksi, beli tiket dulu. Saya cuma dikenakan satu tiket dewasa seharga Rp5000,- bocah-bocah ga dihitung. Mahalan taksinya hahaha ....
Begitu masuk, anak-anak langsung menghambur ke arah dalam yang membawanya ke sebuah taman di tengah-tengah gedung tersebut. Sebelum menapaki taman, anak-anak dah sibuk dengan banyak sekali patung di lobi belakang. Patung dewa dewi dari masa kerajaan ratusan tahun silam jadi sesuatu yang baru buat mereka. Pada bagian ini memang lebih banyak patung dewa dewi, sayang keterangan tidak lengkap sehingga saya kesulitan menjelaskan alasan kenapa dewa ini menginjak orang, kenapa dewa itu injak kerbau, kenapa ada kerbau di balik patung dewa itu, dll.
Sampai di taman, anak-anak lebih bersemangat lagi sehingga beberapa kali harus saya ingatkan untuk tidak injak rumput dan manjat-manjat. Pada taman yang disebut taman patung oleh Malika itu lebih banyak patung hewan, lingga, prasasti, bagian dari wadah air untuk pemandian raja atau ratu dan sejenisnya. Banyak pula patung yang tidak terdefinisikan. Sebenarnya di sekitar itu ada beberapa ruang koleksi tapi saya bawa ransel bocah dan dianggap terlalu besar, jadi ga boleh masuk. Bagi pengunjung museum sih memang sejatinya menitipkan tas di samping konter pembelian tiket masuk tapi karena saya mau ikut ke acara Festival Pembaca Indonesia, jadi boleh dibawa. Makanya, saya sadar diri saja.
Menuju ruang baru Museum Nasional tempat Festival Pembaca Indonesia digelar, masih ada ruang koleksi. Di sini koleksinya mungkin lebih maju dari masa kehinduan atau beda aliran sama sekali. Diambil dari berbagai daerah di Indonesia. Itu juga hanya lihat bagian depan karena bagian lebih dalam sudah ada satpam. Malah ada yang dijaga tentara juga loh. Maklum, pernah ada peninggalan yang terbuat dari emas yang hilang di sana. Tapi Malika memang lebih suka lihat patung-patung yang tidak masuk lemari kaca, biar bisa dipegang-pegang kali ya.
Keluar dari situ ketemu komputer interaktif yang memberikan berbagai informasi tentang patung-patung yang ada di Museum Nasional. Harusnya sih ini wahana yang menyenangkan tapi karena hanya ada 10 item dan suka hang, jadi kuciwa akhirnya =). Lumayanlah, akhirnya yang ditanyain anak-anak ada yang bisa dijelaskan di sini. Ada game-nya juga loh.
Tiba juga di tempat Festival Pembaca Indonesia. Saya sih sudah incar Pojok Anak. Sudah saya duga stannya tidak penuh pun banyak, jadi bisa saya perhatikan sambil jalan. Di Pojok Anak itu sendiri sudah ada beberapa panitia yang siap menyambut anak-anak dengan kegiatan membaca, mewarnai, melipat kertas, dan merangkai puzzle. Inginnya siy, si pojok ini bisa lebih besar lagi dan dibuat beberapa bagian sesuai kegiatan, terus tiap anak dikasih semacam passport buat dicap. Jadi kerumunannya mobile, ga macet. Next time lah ya. Panitianya juga hangat, Safir setelah beberapa lama jadi berani cerita-cerita dengan kakak Citra, salah satu panitia. Kami diberitahu akan ada dongeng pada pukul 12 siang, tapi sayang sudah lapar hehehe .... Dan di sana ga buka stan makan. Mau jajan di luar, keder di pinggir jalan, nanti bocah2 pada ngibrit, gue keselek bakso.
Stan komunitas pencinta buku ini juga lumayan bervariasi. Catatan dari saya sih, stannya mungkin bisa lebih interaktif. Dihias kek sedemikian rupa. Ga sekadar pajang buku. Ada namanya komunitas Indonesia Hogwarts, kan kebayangnya penuh kostum ala Harry Potter, stan foto-ah ini mah keseringan foto di kondangan hehehe ... Game yang berhadiah pin sesuai tema atau rekruitmen member dengan promo kegiatan. Sayangnya ga begitu. Datar aja. Yang jualan buku juga lagi jenuh habis Book Fair kayanya, terlihat lelah hehehe ...
Yang rame malah sesi talkshow dan workshop. Untuk hari Sabtu ini workshop menulis resensi buku dan foto untuk traveller blogger. Lebih condong ke blogger. Sedangkan jadwal workshop Minggu, 7 Desember, Serunya Dongeng dari Buku, Bermain Kata dengan Tema Kuliner, Penulisan Kisah Remaja, Penulisan Karakter Komik. Untuk talkshownya ada Sejarah di Pulau Kiddo dan Erstwhile: Inspirasi Museum Nasional untuk Dunia. Oh iya, selain itu ada nonton bareng film-film yang diangkat dari novel. Untuk hari Minggu ada Catching Fire bareng Indo Hunger Games dan Breakfast at Tiffany's.
Nah, yang mau datang hari Minggu, jangan lupa keliling museumnya yaaa ....
ndak ada potonya Mak? #eh :D
BalasHapus