Semua berawal sejak kepulangan saya dari Semarang. Saat itu
saya dilanda lelah luar biasa, malas luar biasa, rumah jungkir balik, rasanya
tangan tak kunjung sampai membereskan rumah yang seringnya lebih kecil dari
ukuran kamar deluxe sebuah hotel. Belum lagi malas itu usai, saya merasa
kembung. Saya pikir, oh mungkin ini efek mau datang bulan. Namun setelah lewat
jadwal datang bulan, kembung itu selalu ada, dan si bulan ga datang-datang.
Saya bicarakan ini ke mama saya, apa pendapatnya
saudara-saudara? “Menurut ilmu yang pernah mama pelajari, kembung berkepanjangan
itu adalah tanda-tanda kanker usus.” JEENG JEEENG.
Segeralah saya dijadwalkan untuk bertemu dokter penyakit
dalam langganan sekaligus favorit mama. Rasanya malas sekali ketemu dokter ini.
Bukannya apa-apa, jadwal praktiknya jelang magrib dan dia bahkan masih harus
bertatap muka dengan pasiennya hingga dini hari. Untung ganteng dokternya.
Nah selagi menunggu hari ke dokter, saya berkaca, kayanya
ada yang aneh dengan perut ini. Bentuknya berubah. Mancung. Oh, no.
Dalam curiga yang penuh ketidakpercayaan, saya belilah test
pack. Ah, kayanya baru kemarin beli testpack. Baru kemarin bersorak sorai Safir
lepas ASI. Baru kemarin menghapus popok dalam daftar belanjaan. Pokoknya semua
baru kemarin deh.
Dan ternyata benar. Tak perlu menunggu dua menit, tongkat
itu sudah menunjukkan dua garis bahkan saat masih dalam keadaan tercelup.
Are you kidding me, God?
Well, ga benar-benar saya ucapkan sih, tapi karena Tuhan
Mahamengetahui saya yakin Dia pun tahu niatan lidah saya.
Sebelum berkomentar tentang niatan saya itu, biar saya
ceritakan dahulu apa pasal saya ingin bertanya seperti itu.
Pertama, I don’t consider myself as a good mom. Maka dari
itu, walau saya sudah punya rancangan nama untuk empat anak, saya memutuskan
belakangan bahwa dua anak itu cukup. Because I’m not good enough. Masih ibu
yang galak. Kebayang dong ditambah satu lagi. Ini tuh kaya lagi mumet kerja
overload di kantor terus masih dikasih lagi kerjaan sama bos yang berlalu
sambil senyum-senyum.
Awalnya saya mengingatkan diri bahwa di luar sana ada
pasangan yang bahkan menanti anak pertama pun masih waiting list, so sudah
sewajarnya saya bersyukur. Namun belakangan saya ralat, ini Tuhan yang
memutuskan. Bukankah saya diajarkan untuk percaya bahwa apa pun keputusan-Nya
adalah yang terbaik? Yang diberi, belum diberi, tidak diberi, dan diambil oleh-Nya
adalah yang terbaik. Nah, pe er manusialah untuk mencari tahu sisi terbaiknya.
Kedua, how did it happen? Sejak saya terakhir datang bulan
belum ada investasi. Investasi terakhir justru ketika beberapa hari sebelum
datang bulan. Dan itu pun harusnya tidak ada investasi, ah ribetlah mau
ngomongnya di sini, vulgar sangat hahahaha ....
Lanjut cerita, Senin malam itu saya membatalkan jadwal ke
dokter penyakit dalam di hari Selasa dan tertawa geli dengan dugaan awal mama
(walau kemudian teringat ada orang-orang yang menderita kanker di luar sana and
it’s not funny), lalu menjadwal kunjungan ke dokter kandungan di hari Kamis.
Agak terburu-buru karena saya sudah ada rencana nonton konser Korea di
Singapura sendirian. Yup, you can say that again. Makanya saya perlu semacam
konfirmasi untuk mempersiapkan diri.
Jadwal hari Kamis diundur menjadi Jumat malam, padahal Sabtu
subuh sudah harus cabut. Alamaaak.
Hasil dari dokter loud and clear, sudah ada kantung, usia 7
minggu. Dihitung-hitung, berarti ketika saya datang bulan, ovarium saya yang
satu lagi sudah mengalami pembuahan. Dan itu semua akibat investasi tidak
langsung alias ejakulasi di luar. Jadi para pelaku seks di luar sana, inilah
bukti ketika Anda tidak menggunakan pengaman dan ejakulasi di luar, tidak
berarti Anda akan terbebas dari yang namanya pembuahan. Hanya butuh satu sel
sperma, tuan-tuan.
Oh iya, dokternya pun dokter yang menangani Malika dan Safir,
dr Botefilia, jadi yaaah agak malu-malu gimanaa gitu ketemu dokternya sambil bawa dua krucil.
So here I am, still pregnant (alhamdulillah), memasuki 17
minggu, hasil USG sudah menunjukkan SATU kepala, dua tangan, dua kaki, semoga
memang isinya satu janin. Please don’t surprise me more, God. Masih mual-mual
dan pusing berkepanjangan, dan malas yang berkelanjutan (tapi sudah mulai
membaik dengan bukti postingan ini), masih ga tahu bagaimana saya akan
mengatasi semua ini, sepertinya saya akan butuh banyak doa dan berdoa.
Selamat ya mak. Semoga lancar, emak dan anaknya sehat semua :))
BalasHapusAmiiin. Tks doanyaaa =D
Hapus