Jumat, 31 Juli 2015

JJS: Perjalanan Pertama Penuh Tantangan dan Kenangan ke Jawa Tengah

Setiap hari adalah liburan bagi anak-anak kami, maklum masih belum rutin sekolah. Namun, mereka selalu menantikan saat-saat ayahnya turut libur agar bisa bepergian yang jauh alias yang pakai taksi. Perjalanan jauh pertama mereka menjadi motivasi bagi saya untuk menambah daftar tujuan wisata setiap tahunnya. Efeknya ituloh yang luar biasa.

Saat pertama kali diajak mudik sama mertua, saya agak cemas. Ya karena bawa dua anak masih balita. Tapi saya pun tak kuasa menolak, sejak menikah saya tidak pernah mudik sedangkan di kampung mertua ada makam bapak mertua.

Sebenarnya masalahnya di saya, saya ini termasuk rewel di perjalanan. Mabuk darat dan mudah kesal apalagi jika bepergian dengan orang yang ga biasa ngurusin saya. Sindrom bungsu kayanya hehehe .... Ibu mertua saya pun sudah tua, khawatirnya saya jadi ngambeg-ngambegan karena ga sependapat sama beliau. Tahu kan, di perjalanan jauh pasti ada aja.

Pelan-pelan saya persiapkan segala sesuatunya. Pengennya ga bawa banyak tentengan karena kan anak-anak termasuk dalam kategori ‘tentengan’. Makanan dan baju adalah keharusan. Persiapan kalau-kalau ada yang muntah di mobil dan persiapan kalau macet di entah di mana dan anak-anak (termasuk ibunya) rese kalau lapar hehehehe.

Tantangan dimulai sejak malam pertama. Memang rencananya kami akan berangkat setelah si ayah pulang kantor ealah mau libur panjang juga macetlah jalanan Jakarta, saya dan anak-anak sudah bete nunggunya.

Sudah datang si ayah, mobil sewaannya belum datang. Nah selama nunggu ini, si anak kedua langsung muntah-muntah. Dikasih air muntah, disusuin muntah. Si ayah sempat mau cancel perjalanan, tapi saya mendelik. “Ayo berangkat sekarang juga!”

Bahkan ketika mobil sewaan akhirnya datang jam 11 malam dan kami sedang di lift, anak kedua ini masih muntah. Lucunya, begitu menyentuh mobil, dia langsung tidur. Tidur sepulas-pulasnya. ^^
Ketika akhirnya lepas dari Jakarta dan ketemu Pantura ealah lagi perbaikan jalan jelang bulan puasa. Muacetnyaaaa ... sekarang giliran si sulung. Dia ga bisa tidur karena mobilnya diam saja, akhirnya saya pangku dan mulai mengarang cerita seperti ritual sebelum tidur kami. Cerita habis, anaknya merem.

Syukur alhamdulillah juga trek Pantura itu lurus aja, secara mabuk darat tapi ga bisa minum antimo karena harus tetap sadar saat mengawasi anak-anak. Dan karena jadi ibu-ibu pula, saya harus merasakan duduk di mobil memangku dua bocah yang tertidur selama berjam-jam. Kesemutan sangat.

Setelah akhirnya  lepas dari jalur yang muacetnya bukan main itu dan sudah mendekati Purworejo, eh kami salah jalan. Dan terpaksalah kami melewati jalur yang dua kali lipat lebih jauh dan keadaan jalannya rusak banget itu. Benar-benar perjalanan yang terasa lama. Saya sibuk mengondisikan diri saya untuk tetap tenang biar anak-anak ga ikutan rungsing.




yang habis muntah-muntah baru bangun


Akhirnya kami tiba di Purworejo. Di sana kami bertemu dengan adiknya ibu dan beberapa saudara lain. Ibaratnya saya dikenalkanlah di kampung sebagai menantu. Sedangkan anak-anak senang banget lihat ayam, kambing, bebek bertebaran. Hehehe anak kota amat yak. Dan dua malam di sana, satu harinya hujan lebat. Baju yang dicuci tak kunjung kering. Syukurnya kami masih sempat ke alun-alun Purworejo yang menurut pengakuan ibu mertua malah belum pernah ke sana. Lhaaa ... si ibu ^^
Beduk terbesar itu masih ada di masjid, anak-anak mah senang main di menaranya sembari menunggu saya shalat.

Menariknya, di alun-alun Purworejo kami bertemu dengan teman saya sewaktu masih kerja dulu. Dia juga sedang liburan ke Purworejo bersama keluarga. Jadi deh kami menghabiskan sore sambil mengelilingi dua pohon besar yang ada di tengah-tengah alun. Pohonnya ada namanya, saya pikir nama laki-laki dan perempuan eh ternyata nama laki-laki dua-duanya ^^ ya pantaslah mitosnya bukan mitos percintaan. Konon jika mengelilingi setiap pohon berlawanan arah jarum jam sebanyak tiga kali, usahanya bisa sukses.


Usai dari Purworejo kami menuju Borobudur. Panas terik menyambut kami di sana. Para pedagang pun semakin giat menawarkan topi dan kacamata. Bahkan ada jasa gendong anak. Maklum ga mungkin pakai stroller kalau ke Borobudur. Eh ternyata oh ternyata, baru saja naik separuh, hujan jatuh aja gitu. Lebat pulak. Lama juga. Basahlah kita walau pakai payung. Tadinya kami bertahan di tengah Borobudur tapi karena sudah kadung basah, kami cari jalan lain menuju puncak. Sampai di puncak, blas hujan berhenti. Eeaaa ... mau difoto pada lepek begini. Keep smiling ajalah pokoknya.
Setelah turun dan berganti baju, waktunya keliling Borobudur naik delman. Wah si sulung tak henti-hentinya menyanyikan lagu Naik Delman. Eyangnya jadi senang ^^


kuyup di  Borobudur

Setelah dari Borobudur, kami menuju Semarang. Semarang adalah kota tempat tinggal adik laki-laki ibu. Tadinya sih mau sambil wisata rumah ibadah eh lagi-lagi hujaaaaan deraaaas ... Jadi deh di rumah Pak Lek saja, wong Cuma semalam ini dan Pak Lek sedang sendirian juga. Beruntung rumah Pak Leknya besar dan banyak mainan cucu-cucunya jadi ga mati gaya hehehe ....


Dari Semarang kembali ke Jakarta dengan jalur yang lebih menyiksa lagi. Delapan belas jam! Ah sudahlah yang penting anak-anak ga rewel.

Selama di perjalanan yang panjang itu saya berkhayal, bagaimana nanti ceritanya jika anak-anak ikut mudik bersama nenek dan ampunek (orangtua saya)? Bertualang di jalur Sumatera karena orangtua saya perpaduan Padang – Aceh. Belum lagi adik-adik ibu saya banyak yang tinggal di Riau. Pekanbaru pasti sudah wajib.

Ada apa ya di Pekanbaru? Ada wisata alam ga ya? Kan anak-anaknya pecicilan, butuh ruang luas dan butuh yang ga ada di kota. Oh, kami bisa ketemu candi lagi. Candi Muara Takus yang konon merupakan bangunan bata terbesar di Sumatera. Air terjun Guruh Gemurai juga bisa jadi tujuan selanjutnya. Maklum di sini lihatnya malah air mancur, sintetik hehehe .... Kalau sudah ke Pekanbaru, yah sekalian mampir ke Batam. Main ke pulau kitaaa .... Anak-anak belum pernah tuh menyeberangi pulau. Lagian kalau ke Batam mah tinggal mampir ke Mak Linasasmita Dia tahu semua tentang Batam. Aman lah ...

Banyak tujuan terbentang usai mudik pertama ini. Sepertinya saya belum kapok karena perjalanan adalah pembelajaran yang bagus untuk anak-anak. Apalagi seminggu usai mudik bersama ini, ibu sakit. Dua minggu kemudian, ibu masuk RS. Suami sempat menunjukkan rekaman naik delman di Borobudur saat menungguinya. Memang momen itu yang sering ibu ceritakan pada orang-orang setibanya di Jakarta. Sebulan kemudian, ibu meninggal dunia. Meninggalkan kenangan yang masih melekat erat dalam ingatan si sulung walau sudah dua tahun berlalu. Kenangan naik delman bersama eyang. Alfatihah. 



Minggu, 26 Juli 2015

hoMYNGGU: Yang (Agak) Baru di Kalibata City

Yah berhubung belum mampu ke Aeon Mall BSD, jadi ngelihatin Kalibata City Square dan sekitarnya deh hehehe ... Bulan Juni-Juli ini ada beberapa tenant yang setelah bertahun-tahun akhirnya tutup juga, dan ada juga tenant yang heboh ketika baru dibuka. Langung aja yaaa. Disusun berdasarkan tingkat kehebohan yaaa...

1. Heritage
Bagi yang suka ke Bandung dan kudu mampir ke Heritage, nah ada niy di Kalibata City Square. Hari pembukaannya pada awal Juli itu bikin heboh penghuni Kalibata City, padahal diskonnya cuma 10%. Maklum, mau lebaran. Tapi jadinya pas besok-besok mau ke sana, malah takut kembaran sama tetangga hahaha. Habis emang puenuuuh banget. Sekarang sih dah lowong.



2. Sevel aka 7 Eleven
Agak terlambat memang niy sevel masuk Kalcit. Bertempat di tower Gaharu, awalnya spot sevel ini ditempati oleh Superoti selama beberapa tahun. Eh mereka ga jadi bikin dapur lagi di sana dan dalam semalam berubah menjadi Sevel. Saya sampai kepengen sahur di sana tapi ga kesampean euy. Suami yang senang, rutinitas waktu masih di Tebet jadi bisa diulang lagi. Istri ga bikin kopi? No problem.

Sevel ini pun satu-satunya minimarket yang buka saat idul fitri. Jadi pagi setelah shalat ied, ada antrian deh di sana. Kayanya selama ramadhan juga penuh aja mejanya sama yang minum or makan hehehe yah cuma tiga meja gitu loh.


3. Ice Land
Biasanya kalau beli es krim cone, saya ngantri ke Lotteria. Lebih murah sedikit daripada KFC. Nah, kemarin itu kehabisan. Keliling-keliling, eh ketemu tenant es krim baru di depan Planet bookstore. Beli yang cone buat anak-anak, cukup 5rb. Tingginya kaya cone monas-nya A&W. Murah meriaaah. Ada beberapa cara penyajian di Ice Land; sundae, waffle, dan crepe.



Sundae-nya kayanya lebih sedikit dari Lotteria dan KFC, tp padat banget, jadi ga gampang mencair. Padahal saya sukanya makanin es krim yang dah mau cair hehehe ...





Sedangkan yang crepe adalah wafer berbentuk mangkok dan di dalamnya diisi es krim dan kue bronis. Enak juga hehehe ... Sayang ga ada bangku-bangku di sekitarnya. Jadi ya makannya nebeng sama foodcourt. Ga papa deh ya, cha time aja ga ada bangkunya kok.


4. Popbox
Setelah memotret pintu depan Heritage dan hendak melewati stasiun kereta anak-anak, saya berhenti mendadak. Ada kotak merah besar di tengah-tengah dengan posisi menyamping.


Bentuknya seperti mini loker dan rupanya memang iya. Menurut situsnya www.popbox.asia ini adalah layanan drop and pickup delivery. Jadi paket yang dikirim akan dimasukkan oleh kurir kemudian si penerima akan menerima SMS berikut pin untuk membuka loker. Setelah nomor pin dimasukkan di counter popbox yang dituju, lokernya akan terbuka secara otomatis.


Mungkin semacam post office box untuk publik. Menarik juga ya. Nah yang ini masih gres banget karena belum ada yang omongin di grup wa ibu-ibu kalcit hehehe ... Mesinnya sempat saya coba juga masih loading.

Ada sih update lain, seperti Gold's Gym sudah mau buka. Meccanism sekarang buka toko sendiri, ga lagi pakai stan. Toko urban & co sekarang makin besar. Dan ada tenant nge teh baru, tong Thai kalau ga salah. Kalau yang kecil-kecil saya ga hapal.

Ok segitu dulu update Kalibata City Square dan sekitarnya. Belum sekeren mal yang di pinggir sana itu siiiy ... Lumayan deh daripada lu manyun =D

Jumat, 24 Juli 2015

JJS: Live Dinosaur di PIM 2

Kayanya cukup  sering ya saya lihat papan billboard bergambar dinosaurus yang mengumumkan bahwa ada pertunjukan dinosaurus di mal-mal tertentu. Ada yang di Bekasi, ada yang di MOI, ada di mana-mana deh. Ga ada satu pun yang saya kunjungi. Maklum, kaki dan tangan masih pendek sejak kelahiran bocah ketiga, tiga bulan lalu. Eh, lebaran datang berikut dengan liburnya si ayah yang panjang banget itu. Kebetulan dalam perjalanan silaturahmi ke saudara lagi-lagi papan billboard itu muncul. Dan juga muncul dalam ingatan suami. Saya sih tadinya diam-diam saja, eh dianya yang tanya. Ya langsung saya jawab deh. “Di PIM.” Dan kemudian rajin meng-google untuk info lengkapnya.


si dino mania


“Terakhir tanggal 26 Juli. HTM Rp100000. Beli 1 gratis 1 kalau pake Citibank.” Kata saya setengah menjerit karena sambil menyusui sedangkan suami di kamar mandi.

Saya rasa begitu dia mendengar promo citibank lah yang membuat dia setuju. Maklum, suami suka malas ke daerah PIM, terlalu sama dengan rute kerja kali ya hehehe dan jauh juga sih.

Dalam sekejap rencana harian saya berubah. Yuk lihat dinosaurus di PIM. Malika sudah membawa satu tas berisi buku-buku dinosaurusnya, syukur mainan binatang-binatangnya ga dibawa.

Saya baca-baca lagi review orang lain yang sudah lebih dahulu melihatnya. Rupanya ini bukan peragaan dinosaurus yang menggunakan sensor melainkan semacam badut. Ada orang di dalamnya, kakinya pun terlihat. Pada bonus DVD dari buku Dinosaurus Malika, kami sempat melihat pertunjukan dino serupa di Australia. Curiganya niy boneka asalnya dari sana juga.
Dan ternyata memang benar (kayanya). Setelah membeli tiket untuk 4 orang yang dibayar cukup Rp200000,- , kami menonton pertunjukan di jam 13.00 sebagai pertunjukkan ketiga hari itu. 
Jadwalnya sendiri mulai pukul 10, 11, 13, 15, 17, 19, dan 20 WIB. Bertempat di lantai dasar PIM 2, sudah ada semacam kandang yang tertutup di sana. Saat masuk, kami diminta duduk mengitari panggung rendah. Kenapa harus duduk? Karena si T Rex ini ekornya panjang dan si orang kan ga mungkin minta permisi dulu kalau mau bergerak-gerak ke sana kemari. Pembawa acaranya memberi panduan awal tentang si Trex, lalu kemudian datanglah si pawang yang membuat saya yakin bahwa ini berasal dari taman Dino di Australia. Yes, logatnya.


ada yang ngumpet


ini dia pawang dan TRex nya


mau pegaang 
(struktur kulitnya keras betulan)



Jadi ada dua Trex yang akan dikeluarkan. Sebelum keluar, suara (rekaman) dino lah yang membuat takut anak-anak. Bahkan Safir sampai mundur ketika akhirnya Trex keluar, Malika agak takut sedikit. Tapi tak lama, setelah itu malah Malika mau adu menggeram sama si Trex yang tidak mau masuk kandang.

Pertunjukkan itu sendiri tak lama hanya 15 menit. Rasanya sayang banget ya? Tapi yah mending daripada harus ke Australia hehehe ... Malika cs yang sudah lebih tahu tentang wujud badut Trex itu malah jadi memperhatikan yang lain, seperti sinkronisasi suara graung dengan mulut si badut yang sering tak sama. Dan memang tak perlu lama, 15 menit itu saya yakin akan jadi seminggu penuh dengan graungan antara dua Trex kecil yang ngeyel itu. Sabar ya baby M ... :D

Ada yang masih bingung ngabisin waktu n THR lebaran? Ke PIM aja, ga rame kooook .... 

Petualangan Dino selanjutnya ke mana ya? Jungleland? 

Kamis, 23 Juli 2015

KAMYStory: Uang Beras untuk Baby M

Silaturahmi saat lebaran sudah menjadi jadwal di rumah kami. Hari pertama di rumah orangtua saya, hari kedua di rumah kakak tertua suami (mertua sudah almarhum semua), dan hari ketiga adalah hari silaturahmi keluarga mama saya. Hari ketiga ini persiapannya agak berbeda, mobil sewaan (karena saya tidak punya mobil) dan beberapa kotak kue untuk dibawa ke rumah yang dikunjungi. Mau tahu berapa rumah yang rutin kami kunjungi setiap hari ke-3 lebaran? Delapan. Yap. Berawal dari Klender, Duren Sawit, Pondok Gede, Bekasi, Ciputat, lalu terakhir di Cilandak. Jatah 12 jam mobil sewaan terpakai semua.

Namun ada yang berbeda di lebaran tahun ini, pada beberapa rumah, saya malah pamit dengan membawa sekantung beras. Saya ga minta loh. Ini namanya uang beras dari Uwo untuk baby M. Hadiah kelahiran bayi? Ga juga.


bukan habis antri beras lho ..

Uang beras adalah tradisi menghadiahi bayi yang baru lahir ketika si bayi berkunjung ke rumah sang uwo untuk pertama kali. Istilahnya pertama kali naik rumah uwo (kenapa naik? Karena kalau di minang kan pakai rumah panggung). Jadi statusnya harus antara uwo ke cucu ya. Kayanya lebih spesifik lagi ke cucu perempuan dari anak perempuan. Lazimnya di kampung malah tak hanya beras melainkan juga kelapa yang sudah tua. Nantinya kelapa itu ditanam di rumah sebagai tanda. Green living banget ga sih. Ada bayi lahir, disuruh tanam kelapa hehehe. Tapi berhubung kami tinggal di kota dan saya tinggal di rusun, yaaah agak sulit ya kudu tanam kelapa.


Uang beras ini adalah sedikit dari tradisi minang yang kadang-kadang masih suka nyelip dalam keseharian kami yang katanya tinggal di kota ini. Ini tradisi yang menyenangkan bagi saya, maklum ... lebaran, deketan sama tanggal tua ... dapat beras dua kantung itu amanlah perut buat sebulan ke depan hehehe makasih uwoooo ... (kata baby M) 

Minggu, 19 Juli 2015

Warna Warni Baju Lebaran, Rangkaian Pelangi Silaturahmi

Berbelanja baju saat lebaran seolah sudah menjadi tradisi sejak kecil. Bukannya hendak memaknai hari raya dengan berfoya-foya, tetapi kenyataannya memang orangtua saya hanya mau berbelanja baju anak-anak ketika menjelang lebaran, bukan di hari lain. Akhirnya jadi kebiasaan, kalau bukan untuk keperluan kerja, saya termasuk malas berbelanja baju.

Ketika saya beranjak remaja dan beneran menggunakan kerudung ke SMP negeri, baju lebaran tak lagi dibeli, melainkan dijahit. Tahun 90-an saat itu belum banyak menjual baju muslim untuk remaja. Momen-momen ini agak kurang menyenangkan bagi saya. Saya buta warna dan berkunjung ke toko bahan kain itu menyiksa. Otak ini serasa error. Jadi, biasanya saya minta kakak saya yang pilih motifnya, saya membedakan dari warna saja. Yah, dulu kami sempat kembar-kembaran gitu kalau lebaran. Eh semakin saya besar, saya semakin ingin berbeda. Demi menyelamatkan mata dan otak saya, biasanya saya pilih bahan polos. Tak hanya bahan yang ingin saya bedakan, tetapi juga modelnya. Pada usia SMA saya memang sedang giat bereksperimen. Maklum, masih remaja labil. Senang juga jadi yang beda sendiri di antara saudara-saudara yang berdatangan.

zaman masih lajang nih ... 


Setelah memiliki uang sendiri dan pakaian muslim semakin meluas wabahnya, saya lebih memilih membeli. Walau sebenarnya agak sulit jika menemani saya berbelanja baju lebaran karena biasanya saya sudah punya kriteria yang spesifik. Kriteria spesifik ini yang membuat saya tidak cocok jika harus beli baju seragaman sama suami. Ada terlalu banyak ego yang harus diruntuhkan #lebay. Namun, jika menengok kembali dokumentasi saat lebaran, rupanya saya banyak menggunakan warna merah dan hitam.

kembaran ungu sama suami, eh tapi anak-anaknya merah hitam juga ^^'

Umumnya orang-orang mengenakan warna putih atau warna-warna pastel sebagai WARNA KEMENANGAN. Selain sesuai dengan tema fitrah di hari raya, juga karena cuaca Jakarta yang panas ga cucok dengan warna hitam. Begini alasannya, pertama, saya menghindari baju putih. Sebagai orang minang tentu makanan lebaran sangat sarat makanan berminyak dan bersantan, daaan saya orangnya clumsy. Jadi yah kerudung putih, baju putih pasti berakhir dengan noda, walau mungkin hanya setitik. Kedua, hitam membuat saya terlihat langsing. Dari zaman masih langsing hingga langsung, saya memang lebih suka terlihat langsing hehehe ... Ketiga, kenapa merah? Ah, ga tahu deh kenapa. Padahal saya ngakunya pencinta biru loh, tapi malah jarang punya baju lebaran biru. Ya ga papa deh ya, lagipula paduan merah dan hitam itu warnanya orang minang juga hehehe ... Bahkan ketika akad nikah pun saya pakai baju hitam dan songket merah. Saya suka yang berbau melestarikan budaya seperti itu.  

sebenarnya roknya itu katanya rok bali tapi merahnya matching sama tema minang hehehe


Saudara-saudara saya pun tak kalah berwarna-warni. Saya termasuk orang yang menikmatinya, sampai hapal aliran masing-masing saudara. Senang mengetahui bahwa saudara kami memiliki selera yang berbeda-beda. Ada yang ikutin trennya sosialita, ada yang ikutin tren tanah abang, ada yang setia dengan model dari zaman dahulu kala tapi dengan modifikasi, sangat menarik. Apalagi sekarang tidak hanya baju yang menonjol, kerudung pun juga ikutan eksis. Bergo, pashmina, segiempat, campur-campur deh. Semua perbedaan itu, laksana pelangi bahkan mungkin lebih dari itu karena ada hitam dan putih. Warna warni itu saling berdampingan dengan harmoni yang indah dalam lantunan, “taqaballahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin.” Semoga kita dipertemukan lagi di ramadhan mendatang. Amin.


hayo mana arah yang betul ^^



diambil dari www.warnawarnikemenangan.com


Ngomong-ngomong, bukan hanya kita yang merayakan kemenangan. DULUX pun turut merayakan WARNA WARNI KEMENANGAN 2015. Ikuti photo competition di www.warnawarnikemenangan.com di sana kamu bisa mengupload foto sambil bereksperimen dengan warna bingkai dan stiker lucu khas lebaran. Tak hanya itu, Dulux juga mengadakan promo warna warni kemenangan. Untuk setiap pembelian seharga Rp1000000,- akan mendapatkan voucher sebesar Rp100000,- mayan banget kan? Karena saat lebaran, rumah juga ingin dapat ‘baju’ baru loh ...

Informasi lain tentang Dulux silahkan ke sini yaa ... Ada banyak info dan tips seru dan menarik tentang dekorasi rumah loh.  


Kamis, 16 Juli 2015

KAMYStory: Rindu Parcel

Sewaktu saya masih kecil, kedatangan parsel menjadi salah satu yang dinanti. Dulu papa saya bisa mendapat lebih dari 10 parsel. Bagi kami yang sama sekali tidak dibelikan jajanan oleh orangtua, isi parsel adalah bonus yang datangnya setahun sekali. Menjelang lebaran, isi parsel itu pun mulai dibooking oleh masing-masing kami, si empat bersaudara. Psst, saya bahkan dulu pernah mengendap-endap mengambil isi parsel dan memakannya diam-diam di siang hari saat masih puasa :D Dan kini, i kind miss that things. Entah momen rebutannya atau item-nya. Sekarang, ketika beberapa hari menjelang lebaran dan saya yang menjadi orang yang berbelanja isi parsel atau bingkisan atau penganan untuk di rumah saat hari raya, saya jadi bernostalgia dengan makanan-makanan tidak sehat ini hehehe ....


Yang biasa saya booking diam-diam atau paling belakangan adalah:
1.       Coklat van houten
Tadi akhirnya saya beli juga deh coklat butir Van Houten. Kangen banget mau makan ini. Kayanya Cuma pas dibeli saat hari raya hehehe ... Sekarang sudah tidak dikemas dengan kaleng lagi, padahal waktu saya kecil dulu, kaleng ini saya jadikan tempat macam-macam saya lah .. biasa, anak prakarya.

2.       Snack Double Decker
Isi parsel biasanya besar-besar, nah salah satu yang menuh-menuhin tempat adalah snack Double Decker. Biasanya kotak yang besar itu berisi dua kantung. Saya bahkan memakannya bersanding dengan nasi hehehe macam abon saja. Dan bagi saya yang suka reuse, kotak Double Decker bagian belakang selalu ada prakaryanya.

3.       Permen FOXS Kaleng
Makan permen pun waktu saya kecil Cuma ada di momen tahunan ini. Jadilah saya kalap, bisa lebih dari tiga kali sehari. Permen dengan warna warni bening ini sensasinya adalah bisa jadi tajam banget ketika sudah  kecil. Saya bahkan pernah mengemutnya sambil tidur, syukur tidak tersedak.
seperti melihat koleksi batu akik 
(foto dari nestle.co.id)



Yang biasa diambil kakak-kakak saya terlebih dahulu adalah:
1.       Soda kaleng
Soda kaleng dingin itu the best banget gregetnya. Beda dengan yang botolan. Tapi saya jarang kebagian sih. Mungkin tidak terlalu suka juga.

foto dari wikipedia


2.       Buah kaleng
Nah abang-abang saya biasanya langsung pesta buah kaleng. Karena saya tidak suka buah olahan, saya lihatin aja deh hehehe ....

3.       Springles
Berbeda dengan saya yang suka manis ala-ala coklat, abang-abang saya sukanya yang asin. Nah springles inilah surga dunianya. Kayanya ledes mulut makanin beginian.

4.       Set Cangkir
selalu ngiler lihat beginian
(foto dari teaprtyideas.com)

I love tea set. Walau tidak menggunakannya secara langsung tapi saya pernah secara tidak sopan meminta pada mama, “Ma, kalau sudah meninggal, tea setnya buat aku, ya?”
Tea set sering pula menjadi isi parsel dan melihatnya membuat saya bercita-cita memiliki kafe dengan ragam koleksi tea set yang cantik. Tapi, mimpi itu tertahan sejenak karena di unit Kalibata City ga ada ruang untuk koleksi cangkir heheheh ....



Jadi, walau saat itu saya pikir ibu saya ga asyik karena ga pernah menyediakan makanan jajanan seperti itu di rumah sama sekali, hal itu membuat saya merindukan parsel-parsel ini. Ga perlu setiap hari. Setahun sekali pun, cukup.


Anyway .... setelah dipikir-pikir, saya jadi bertanya-tanya, kakak perempuan saya ambil apa ya? Kayanya dia jarang terlihat mengitari parsel ... ah iya ... dia sedang sibuk ditatar nenek atau mama di dapur ^^’ Okelah, adikmu menyusuuuuul .... 

Rabu, 15 Juli 2015

Resolusi Lebaranku: Berkawan dengan Kartu Kredit

Kartu kredit sudah menjadi masalah tahunan saya, rasanya sulit sekali menghabiskan satu bulan tanpa menggunakan kartu kredit. Saat-saat menjelang adalah momen yang biasanya saya tidak hanya menghabiskan uang tunai tetapi juga menghabiskan limit kartu kredit. Rasanya itulah saat yang tepat untuk memberikan hadiah pada semua orang, padahal kan eike bukan sinterklas. Mungkin terlalu gembira. Dan saya sangat mendukung saran Rasulullah untuk sering-sering memberikan hadiah pada saudara. Namun, kini, sepertinya saya harus mulai mengubah momen lebaran itu dengan lebih bersahaja. Anggap saja sebuah resolusi lebaran, bahwa arti kemenangan itu tidak selalu harus dinilai dari jumlah uang yang diberikan. Seringkali sebuah pemberian akan memberi makna lebih justru bukan karena harganya melainkan karena usahanya. Oleh karena itu, lebaran kali ini saya tidak akan mengumbar angpao, melainkan sebuah bingkisan lebaran.

Apa sih bingkisan lebaran? Kurang lebih mirip isi goodiebag anak-anak ulangtahun, hanya lebih sedikit. Ya, tanpa berbagai macam makanan ringan. Toh, di setiap rumah yang menggelar open house saat lebaran pasti sudah bertebaran makanan ringan. Kelebihan menggunakan bingkisan lebaran adalah kita bisa menekan biaya per orangnya ketimbang menggunakan metode angpao. Kebetulan di keluarga saya, belum rutin memberikan angpao pada para keponakan. Tugas itu masih dipegang oleh para datuk dan nenek. Mungkin juga karena jumlah krucilnya belum banyak dan para sepupu masih banyak yang lajang. So, mau menandingin datuk dan uwo kayanya ga elok ya, lebih baik buat sesuatu yang lain.

Salah satu keuntungan menggunakan bingkisan lebaran adalah saya bisa pakai kartu kredit. Nah, masalahnya kartu kredit siapa yang lebih enak dipakai, milik suami atau saya. Citibank atau CIMB?

Itulah gunanya membuka situs www.cermati.com. Yah, saya agak telat memang mengetahui tentang situs ini. Seharusnya saya membukanya saat hendak mengajukan aplikasi kartu kredit. Tak  tanggung-tanggung, ada 268 kartu kredit yang bisa dibandingkan! Saya nganga saja saat menscroll pameran kartu kredit itu. Kelamaan nganga saya baru belakangan tahu bahwa ada cara lebih mudah ketimbang ngescroll, apalagi  saya sudah tahu hendak membandingkan kartu kredit apa. Pada sisi kiri layar sudah ada kriterianya, tinggal centrang, dan tiba-tiba waktu terlipat.

Jika dilihat dari berbagai sisi, masing-masing memiliki kelebihannya.
Keunggulan CIMB Niaga
1.       Free biaya tahunan seumur hidup. Urusannya Cuma untuk bayar tagihan saja. Simple.
2.       Denda keterlambatannya ada minimumnya, yaitu Rp25000,- dibanding Citibank hanya ada pilihan Rp150000,- atau 3% dari transaksi.

Keunggulan Citibank:
1.       Promo kartu kreditnya lebih banyak ketimbang CIMB, ada buat FunWorld lagi. Pas buat keluarga.
2.       Penarikan tunai minimumnya lebih kecil daripada CIMB yaitu Rp50.000,-

Selebihnya sama. Lalu apa yang akhirnya saya pilih?


Ehem, pinjem punya suami dulu deh. Selain karena bintang reviewnya sedikit lebih baik dari pada CIMB (3,54 vs 3,38), juga karena ada promo Citibank di Farmers Market. Setiap pembelanjaan seharga Rp600000 akan langsung mendapat potongan Rp100000,-. Berlaku hingga 16 Juli 2015. Sebagai warga Kalibata City yang tidak mudik, momen libur lebaran ini Farmers lagi banyak-banyaknya diskon, jadi ada lebih banyak yang bisa dibelanjakan plus dapat potongan langsung dari kartu kredit. Jadi saya tetap bisa belanja bingkisan lebaran dengan harga yang dua kali lebih murahnya. Serasa jadi istri solehah hehehe. Wah, belanja bulanan buat bulan depan jadi maju deeeeh ^^’ 
Lomba Blog Resolusi Lebaran

RABUku: Buku dan Blog Ternyata Bersaudara

Setelah sekian lama berkecimpung di dunia blog, baru beberapa bulan terakhir saya mencermati dengan saksama. Baru belakangan saya tergoda ‘menyetubuhi’ akun blog saya padahal saya tahu sering gaptek setiap kali mengklik ini itu. Dan bahwa setiap klik saya merindukan memanggil abang saya untuk memberikan ceramah BLOG 101.

Dan dari waktu yang singkat itu, aha moment saya adalah dengan menyimpulkan bahwa buku dan blog ternyata bersaudara.

Sedikit berawal dari setiap kali melihat update blog kawan-kawan di komunitas KEB, selain judul yang paling menarik perhatian adalah header judulnya. Bisa terdiri dari permainan pola background atau dari foto. Kreatiflah. Samar-samar saya ingat pernah ada postingan blog yang menyarankan menggunakan tool yang biasa digunakan para ilustrator. Fungsinya untuk membuat berbagai perlengkapan dalam sebuah posting blog. Kini, bahkan ada aplikasinya yang saya yakin pasti sulit saya dapatkan karena takdir gaptek saya hehehe ... Ada yang tergelitik di hati, ingin juga seperti itu, tapi ....

Dan ‘tapi’ itu terpaksa agak menyingkir setelah mengetahui persaudaraannya dengan buku.
Saya pernah bekerja di penerbitan selama tujuh tahun sebagai Editor in Chief, dan ternyata jobdesk saya itu banyak dilakukan oleh para blogger aktif di jagad. Berikut saya jabarkan persamaannya, yaa...


1.       ISI: Awalnya blog bagi saya adalah coretan sisi lain saya. Bermula di Friendster saya banyak menuliskan puisi. Yah, bukan puisi hebat. Sebenarnya lebih mendekati lirik tetapi dalam format puisi. Lebih dekat dengan curhat hehehe ... Kemudian saya mengenal multiply tempat saya menuliskan apa saja. Beneran apa saja, dari yang publik hingga pribadi sehingga beberapa kali saya mendapat kritikan terkait hal itu. Dan saya kemudian membuat salinannya di note FB. Setelah multiply digusur dan saya gagal mengimpor isinya ke blogspot karena gaptek itu, blog saya itu sempat lama diam. Hingga kemudian saya hendak mengikuti lomba blog dan tidak boleh menggunakan FB note. Jadilah melatikoekieku.blogspot.com eksis.

Terkait isi, awalnya mau lomba-lomba saja, tapi lalu ada lomba yang mensyaratkan keaktifan blog tersebut. Saya jadi mikir-mikir deh mau nulis apa. Kali ini agak lebih hati-hati. Yah, belajar dari pengalaman lah. Masih ada salah di sana sini sih. But the point is, kini saya harus lebih memerhatikan ISI karena bagaimana pun akan terbaca oleh orang lain. Jadi saya tanyakan pada diri saya terkait visi misi blog ini. Baru tahun ini saya mulai memberi tema pada hari-hari tertentu demi menjaga isi blog saya pada koridor yang sesuai dengan visi misinya.


2.       TAMPILAN: Ya, seorang editor in chief mengurusi tampilan sebuah buku dari depan banget hingga belakang banget. Dari judul hingga barcode. Tentu saja dibantu teknisnya oleh desain grafis. Ada masanya saya bahkan memilihkan fontnya. Font judul, sub judul, teks, caption, dll mata saya sampai tak bisa lagi membaca huruf-hurufnya saat memilih jenis font. Saya lupa kalimat yang mencantumkan A-Z itu “The fox bla bla bla ... “ pokoknya itulah. Belum lagi ilustrasi, konsep desain sampul, warna-warnaan—yang menurut saya sulit karena saya buta warna.

Nah di blog ini saya mau gampang saja awalnya. Ga ma terlalu iseng karena tidak ada waktu yang cukup. Lalu kemudian saya melihat blog lain (inilah pentingnya blogwalking) terutama ketika lomba, bagaimana para emak-emak kece ini mengeluarkan banyak effort untuk mendandani blognya. Saya masih terkagum-kagum dengan mereka yang rajin bikin infografis. Kok sempet-sempetnyaaaa ... (nangis di pojokan).

Tentu sesuai kepribadiannya dan kemampuannya. Kebisaan yang membuat saya iri dengan para desainer grafis dan para non gaptekkers. Dulu saya tinggal mengandalkan abang atau rekan-rekan desainer saya, sekarang? All by my selllfff (nyanyi lagu Celine Dion).

Didukung waktu yang sudah sekian banyak saya habiskan menatapi dasbor blogger saya, saya jadi merasa bersalah dengan akun saya jika tidak segera melakukan sesuatu.


3.       PUBLIKASI: Setelah aksi follow akun twitter, saya jadi bisa melihat berbagai pergerakan para blogger terhadap artikelnya. Kalau mau dibaca ya harus kasih tahu orang-orang. Dan jumlah kunjungan saya pun turut meningkat meski dari satu grup ke grup yang lain memuat banyak orang yang sama. Ini pun saya lakukan saat menjadi editor. Ketika buku selesai dikemas, adalah bagian dari tanggungjawab saya menyiapkan beberapa materi promosi. Dulu kadang saya membuat reviewnya di blog. Sekarang rekan-rekan saya di kantor terdahulu turut men-share tentang setiap apa pun yang dikeluarkan di penerbit tersebut. So I guess, memang begitu jalur hidup si buku dan si blog hehehe ...


4.       MANAJEMEN: Mungkin memang begitulah adanya. Jika dulu satu buku dikerjakan keroyokan, sekarang saya sendirian mengurusi satu postingan. Namun, tidak menutup kemungkinan loh jika suatu hari blog ini menjadi sibuk atau saya memutuskan membuat web sendiri, saya kemudian men-hire seseorang untuk isinya. Yah, jadi mungkin ini seperti ketika Pak Haidar pada awal Mizan berdiri. Kutak kutik sendiri. Lalu kemudian membuat sistem manajemen sendiri yang sesuai dengan standar yang ditetapkan sendiri pula.


Nah, banyak kan persamaannya. Ternyata saya ga benar-benar meninggalkan jobdesk ini hehehe ... Yah belum ada gajinya sih, tetapi akan segera difungsikan. Satu-satu dulu, mungkin masih dengan nuansa kegaptekan hehehe. Poin 2-4 menjadi semacam resolusi saya di blog selanjutnya. Tapi mungkin usai ramadhan, lebaran, dkk yaaa ... sekarang yang kepikiran adalah urusan kue lebaran ^^’



Senin, 13 Juli 2015

Bebas Dehidrasi dan ASI Melimpah Saat Berpuasa


Banyak kejadian kenabian yang melibatkan air di dalamnya, salah satu yang paling populer adalah air zamzam, air yang muncul ketika dijejakkan oleh malaikat Jibril di dekat bayi Ismail yang menangis. Air zam-zam itulah yang menjadi sumber berkembangnya suatu daerah gersang bin bergurun bernama Mekkah.

Air zam-zam adalah salah satu bukti kebesaran Allah Swt. sejak zaman nabi Ibrahim. Dipergunakan jutaan liter per harinya, tetapi air zam-zam tidak pernah habis. Tak hanya itu, orang yang meminumnya pun akan merasa sangat segar. Sifat yang kurang lebih sama dengan ASI. Kebayang kan bahwa seorang bayi bisa bertahan bahkan tumbuh besar hanya dengan ASI selama enam bulan pertama hidupnya. Namun tentu saja harus pula didukung dengan asupan nutrisi yang baik oleh si ibu menyusui. Tak jarang, dalam kelompok ibu-ibu sering bercanda bahwa fase menyusui di 6 bulan pertama adalah tak ubahnya sapi perah, makan banyak minum banyak demi ASI melimpah.

Lalu bagaimana ketika bulan ramadhan tiba? Islam sangat menganjurkan untuk menyusui anak hingga usia anak mencapai dua tahun. Setidaknya ada dua bulan ramadhan yang akan dilewati. Agama Islam memang tidak membebani ibu hamil dan ibu menyusui dengan kewajiban berpuasa sekiranya hal itu akan membahayakan keselamatan bayi. Namun, menurut para konsultan ASI, produksi ASI itu tergantung niat dan kepercayaan diri. Seperti ketika Rasulullah dan tentara memenangkan perang Badar, saat itu mereka semua tengah berpuasa, tapi tekad yang ikhlas karena Allahlah yang membawa mereka ke kemenangan.

Begitu pula dengan menyusui saat berpuasa. Jika niat yang kukuh dan kepercayaan diri yang tinggi, ASI tidak akan berkurang walau si ibu menjalankan ibadah puasa. Meski begitu, ada pula anjuran untuk berpuasa saat menyusui ketika si bayi sudah berusia enam bulan karena sudah ada asupan lain.

Berangkat dari pengalaman pribadi dengan dua anak sebelumnya, masing-masing memiliki problematikanya sendiri-sendiri. Anak pertama berusia menjelang 6 bulan, ketika lambungnya mulai melakukan persiapan MPASI sehingga permintaan ASI melonjak pesat. Fisik yang lelah karena puasa dan saat itu masih bekerja dan harus terjebak macet berjam-jam tanpa minum bahkan setelah waktu berbuka mengakibatkan ASI berkurang. Syukur alhamdulillah dengan beberapa hari meliburkan diri dari puasa, si sulung lulus 6 bulan full ASI. Sedangkan anak kedua lain lagi. Bukan anaknya yang kekurangan ASI, melainkan sayanya yang kekurangan nutrisi sehingga beberapa kali membatalkan puasa karena sakit. Syukurnya usianya sudah lebih dari 6 bulan. Ketika anak ketiga, saya malah baru tahu bahwa konsumsi air yang harus diminum ibu menyusui adalah tiga liter air putih. Hanya air putih. Air-air berwarna lainnya tidak termasuk dalam target tiga liter tersebut. Lagipula menurut hadits yang dianjurkan untuk berbuka setelah kurma adalah air putih karena itulah yang murni. 

Nah, berbekal pengalaman sebelumnya, saya lebih optimis berpuasa sambil menyusui anak ketiga walau usianya baru dua bulan. Pertama, saya sudah punya stok ASIP. Kedua, si bayi tidak mengalami kesulitan dalam pertumbuhannya, jadi puasa sebulan dikurangi jatah datang bulan, harusnya tidak memberatkan.

Meski begitu, tetap saja harus ada strategi agar ibu menyusui tidak dehidrasi seperti pengalaman saya sebelumnya saat berpuasa dengan mencapai target tiga liter tersebut. Itulah yang diusung AQUA dengan metode 2+4+2, 2 gelas saat berbuka, 4 gelas sejak tarawih hingga menjelang sahur, 2 gelas terakhir saat sahur. Meminum air dalam jumlah banyak sekaligus justru mengurangi optimalisasi tubuh dalam menyerap nutrisi dalam air. Akhirnya kita mengalami beser di pagi hari dan kehausan sangat ketika siang menjelang. Apalagi kalau sambil menyusui, rasanya tenggorokan kering seketika.

Alhamdulillah dengan mematuhi metode 2+4+2 ini, hingga menjelang 10 hari terakhir Ramadhan, ASIP saya nyaris utuh. Jarang sekali digunakan.

Bagi ibu menyusui, metode ini tentu harus melibatkan ayah ASI. Ayah ASI bertugas sebagai pengawas saat waktu antara tarawih hingga menjelang sahur, jatah air putih sudah terpenuhi. Bagaimana? Pastikan ada AQUA di dekat tempat tidur si ibu, sehingga mudah dijangkau setiap kali si ibu usai menyusui bayi yang masih terbangun di tengah malamnya. Sediakan selalu di meja makan, di lemari pendingin, di dapur, di ruang tamu ... dalam bentuk galon, gelas, botol 500ml, botol 1500ml, botol travelling, pokoknya segala jenis botol yang dikeluarkan AQUA, sediakan, agar istri selalu ingat untuk minum. Males kan tengah malam bangun untuk menyiapkan sahur eh ga ada air.

Tentu saja sekali lagi perlu diingatkan bahwa niat dan kepercayaan diri berperan besar pada pasokan ASI. Adalah hormon oksitosin yang memicu produksi ASI, oleh karena itu jangan membebani diri dengan banyak pemikiran. Cukup ingat metode 2+4+2. 2 gelas saat berbuka, 4 gelas sejak tarawih hingga menjelang sahur, dan 2 gelas saat sahur.  Jika dibawa santai dan menyerahkan segalanya pada Allah, in sya Allah produksi ASI akan tetap lancar dan si bayi tetap baik pertumbuhannya.

Kamis, 09 Juli 2015

KAMYStory: Kembali ke Clodi

Setelah ada artikel blog yang muncul terkait runtuhnya idealisme ketika beneran punya anak, saya jadi mikir-mikir, jangan-jangan di anak ketiga ini saya nyerah juga. Maklumlah alergi ART tapi kerjaan rumah bakal nambah berkali-kali lipat nih. Eh tapi sepertinya semesta mendukung saya kembali menggunakan clodi lebih sering ketimbang pospak.

1.       Dapat clodi lungsuran, clodi kado, dan clodi garage sale. Clodinya Malika dan Safir sudah berumur, alias sudah dipakai selama dua tahun jadi ya dipensiunkan saja. Padahal sayang juga lihatnya masih bagus alias ga sobek. Memang, daya serapnya sudah jauh menurun. Makanya awal hamil lagi ini saya rada malas memikirkan pakai clodi lagi, malas belanjanya. Tren merknya kan dah lain, ntar kudu browsing lagi mana yang lagi ‘in’ or mana yang bagus. Eh iseng-iseng belanja garage sale di teman saya, malah pilih beli clodi. Pas lahiran dapat kado clodi dari teman lain yang juga pemilik OL shop baby. Belum lagi lungsuran clodi selusin, i have more than enough. Ibarat dikasih harta karun. Stok popok buat dua tahun niy.

2.       Stres beli pospak. Saya tidak antipospak loh tapi antibeli banyak-banyak. Ketika belum lagi tiga minggu baby Meutia lahir, sudah dua renteng pospak ekonomis isi 40 yang habis. Kayanya uang belanja bulanan dari suami cepet banget habisnya (apalagi belum ada kenaikan #curcol). Leher saya langsung pegal-pegal. Teringat setahun lalu bersuka cita menghapus pospak dalam daftar belanja saya, eh ketemu lagi sama urusan popok (alhamdulillah). Belum lagi Meutia suka pup sedikit-sedikit tapi sering. Ya ampun mubazir amat. Plastik sampah jadi cepet habis, padahal lagi rajin ga belanja pakai plastik. Yah ginilah kalau kebiasaan green living, nambah sampah satu pospak aja pusing sendiri. (belagu amat yak, baru hemat plastik doang ^^’)

Akhirnya setelah satu bulan, saya mulai pakaikan clodi. Kok tunggu satu bulan? Saya nunggu si baby agak berbentuk ‘orang’ dulu, kalau baru lahir kaya masih keriput-keriput gitu, ga tega pasangnya hehehe ....

 
Emang ga cape nyucinya?
Itu pertanyaan yang biasa saya dapatkan. Ya, pakai mesin cucilah. Ogah juga gue ngucek-ngucek sendiri. Tak ada waktunya juga, saudara-saudara. Setelan mesin cucinya ga perlu pakai pengering dan programnya speedy jadi ga lama-lama di mesin cuci biar tetap terjaga kualitas clodinya. Setengah jam juga kelar. Nah, kalau pakai pospak kan lama nunggu keranjang baju bayi kotornya penuh, secara masih dipisah nyucinya dengan baju yang lain. Dan stok baju bayi kan ga banyak, kalau tunggu penuh, baru tiga hari dah kehabisan bajulah awak. Sejak pakai clodi yah lumayan deh dua hari sekali bisa nyuci dikit.

Dan sekarang hidup saya lebih tenang hahaha ... #lebay

Seberapa hemat sih?
Didukung dengan kebiasaan Meutia pup yang berubah menjadi dua hari sekali baru pup, penggunaan pospak saya menurun drastis. Sudah hampir dua bulan menggunakan clodi, saya baruuu saja membuka pospak isi 40 yang ketiga. Silahkan dihitung deh ya .... Dari yang 10 hari habis satu kantung pospak, jadi segini. 

Tapi itu baru clodi yang bertahan, yang lain-lain ...? Hmm lanjut ke pembahasan selanjutnya deh hehehe ....


Rabu, 08 Juli 2015

RABUku: Biasa Menghadiahi Buku


Setelah sekian kali ulang tahun anak-anak, saya terpaksa mengakui bahwa buku menjadi urutan ke sekian sebagai objek hadiah. Padahal kebanyakan dari para orangtua yang memberi hadiah pada anak-anak saya tidak tahu kalau saya punya link untuk mendapatkan buku-buku bagus dengan harga miring (keuntungan pernah kerja di penerbitan hehehe), jadi harusnya mereka ga takut akan memberikan buku yang sudah dimiliki anak-anak bukan?

Buku sering menjadi solusi saya ketika tiba-tiba mendapat undangan ulangtahun dari seorang anak yang agak lupa-lupa ingat sukanya apa. Tapi itu dulu, karena sejak toko buku di Kalibata City Square berubah nama menjadi planet bookstore, saya kehilangan selera beli buku di  sana. Padahal ada sekian banyak buku, ga satupun membuat saya tergugah membelinya. Terlalu banyak buku belajar walau dengan ilustrasi lucu-lucu. Minim buku cerita, kalaupun ada, tidak menarik dan membuat saya gatal ingin mengeditnya. Akhirnya terpaksa deh beliin mainan. Mainstream.

Sebenarnya saat membeli buku saya khawatir juga apakah si anak dibesarkan dalam lingkungan pencinta buku atau pencinta tablet. Maklum, biasanya masih usia balita, belum lancar membaca jadi perlu didampingi. Nah, orang dewasanya mau dampingi atau tidak? Kelamaan galau, saya yah bismillah saja. Anggap saja doa, karena saya percaya ada banyak keuntungan bagi anak dengan menumbuhkan kecintaannya terhadap buku. Bukan sekadar bisa baca loh ya, tapi cinta buku itu sudah bisa tumbuh tanpa harus memiliki kemampuan membaca. Contohnya ya anak-anak saya. Yah, yang walau karena itu, tenggorokan Amynya sering seret karena ada setumpuk buku yang mereka tuntut untuk dibacakan. Syukur si bayi belum menuntut ... ehhmmm sebenarnya sudah sih, dia bersemangat setiap kali saya bukakan buku di hadapannya.


Budaya menghadiahi buku memang beranjak dari masa kecil saya. Selain fakta bahwa ketika saya lahir ada yang menghadiahi saya buku berjudul Bhagavad Gita, yang paling saya ingat adalah ketika saya sakit di usia SD, papa saya datang siang-siang (entah dari kantor atau sedang libur) dan membawakan sepaket buku nabi-nabi. Katanya untuk dibaca sembari saya tidur-tiduran. Rasanya tuh kaya dapat barang berharga.

Lalu memiliki tiga kakak dan abang dengan hobi membaca yang tinggi juga kemudian menambah kenangan saya akan hadiah-hadiah berupa buku (selain kaset tentunya). Setiap kakak memberikan buku yang sesuai dengan visi misinya masing-masing hehehe ... Setelah memiliki uang sendiri, saya pun meneruskan kebiasaan ini pada teman-teman. Biasanya itu cara saya mengemukakan pendapat. Jadi, mau dibaca atau tidak, yang penting pesan sudah tersampaikan.

Setelah memiliki anak, saya punya banyak alasan untuk membelikan anak-anak buku. Ulang tahun, hiburan saat sakit, teman untuk jalan-jalan, kegiatan saat liburan, dan lain-lain ... Pokoknya bentar-bentar buku. Walau akhirnya sutris sendiri karena anak-anak itu belum bisa memperlakukan buku secara tepat. Malika yang saking sukanya dengan buku, dia suka mengumpulkan sesuai seri lalu ditumpuk di sekitar kasur dan bantalnya. Tak hanya itu, dia bawa ke mana-mana, keluar masuk tas. Akhirnya ya keriting lah. Sedangkan Safir justru protektif dengan bukunya. Tidak mau dibaca. Dia simpan di pojokan tempat tidurnya, akhirnya masuk kolong dan lain sebagainya, ya pretelan juga. (Huhuhuhu .... ) toh berapa kali pun saya mengancam tak mau membelikan mereka buku lagi, tak lama saya masuk rumah membawa beberapa buku baru. Sepertinya saya sulit move on hehehe .... Dan karena saya sadar bahwa kebiasaan anak-anak itu serupa dengan saya sewaktu kecil hihihiy ... Tanya saja pada kakak dan abang-abang saya.

Saat masih bekerja di penerbitan, saya lebih royal lagi terhadap buku. Saya ingat ketika sepupu saya beserta anak-anaknya yang sudah remaja datang dari Aceh. Sepupu saya ini sering memberikan buku Lima Sekawan pada abang-abang dan kakak saya sewaktu kecil, dan karenanya saya ingin melakukan hal serupa pada anak-anaknya. Dan ternyata buku-buku itu menjadi satu-satunya hadiah bagi salah satu keponakan saya itu. (ah, jadi sedih ...).


Beneran deh, yuk berikan buku sebagai hadiah pada anak-anak (anak sendiri atau teman-temannya). Buku itu memiliki makna yang lebih dari sekadar kumpulan kertas bertuliskan kata-kata. Jika kita tidak menghindarinya, buku bukan sekadar jendela dunia, melainkan sebuah kotak kenangan.  Semoga kenangan yang indah. 

Senin, 06 Juli 2015

Project D dari MADE series: Aroma Biru dan Lagu Paling Galau dari BIGBANG

Awal Juli sembari menanti waktu sahur alias ga bisa tidur, saya pun iseng menantikan rilis terbaru dari BIGBANG, yaitu project D. Kebetulan beberapa jam sebelumnya sudah ada berita yang mengingatkan tentang hal itu, terutama tentang lagu yang paling galau dari BIGBANG. Promosi album MADE kali ini agak berbeda, pihak YG Entertainment menyatakan bahwa BIGBANG tidak akan merilis dua MV melainkan hanya satu walau ada dua single yang dirilis. Dan single  If You menjadi single yang tidak akan dibuatkan MV-nya oleh karena kegalauannya. Hmm ... taktik promosi yang lucu. Setelah heboh GD naik transportasi umum yang ternyata untuk keperluan MV We Like 2 Party, saya jadi curiga bahwa kalau ada yang aneh atau berbeda itu berbau promosi. But it’s ok, karena saya pun sudah galau mencari link yang menayangkan lagunya saja.

MV yang keluar pada Juli ini bertajuk Sober. Tidak seperti project A yang menggunakan nuansa merah pada logo album MADE yang selalu tayang di akhir MV, kali ini mereka menggunakan warna biru. Tema MVnya adalah gila bersama. Ini mengingatkan saya pada pernyataan GD di talkshow Happy Together beberapa waktu lalu bahwa saat pembuatan lagu secara keseluruhan, para member BIGBANG akan mengawalinya dengan minum-minum. Yah, tradisi Korea memang, tapi mereka mau menunjukkan bahwa mereka mengerjakannya dengan perasaan senang. Jadi makin ke sini MV nya makin ditunjukkan haha hihi nya ... Nuansanya serupa dengan We Like 2 Party. Awal scene menggunakan teknik yang ada di MV nya Michael Jackson dan Janet Jackson alias Scream. Teknik lama tapi dimodifikasi. Dan sesuai logonya, dresscode nya pun biru.  Ada taksi biru yang kemudian dimasuki Taeyang dan kemudian berubah putih. Ada juga adegan Daesung main drum dengan warna kebanggaannya, pink. Eh tiba-tiba di hampir akhir lagu, ada penggalan lagunya GD, hayo apa judulnya? Lalu, saya bingung, ada apa dengan alat semprotan anti demam berdarah itu ya?

Sedangkan untuk single If You yang katanya lebih galau daripada Haru Haru ini, memicu kreativitas VIP. Jika YG memutuskan tidak membuat MV-nya maka VIP lah yang akan membuatkannya. Aih ... senanglah saya ... Lagu ini diawali oleh TOP yang ... bernyanyi. Jarang-jarang kan TOP nyanyi instead of ngerap. Dan ... emang lebih galau sih ... walau sebenarnya masih lebih galau lagunya Gummy berjudul “Sorry” feat TOP (tetep ya bok, harus ada TOP-nya hehehe).


Aah, mereka yang akan menonton konsernya 1 Agustus mendatang pasti akan bersenang-senang bersama. Untuk single yang satu ini, dengan senang hati saya mengutip salah satu komen di laman youtube resminya. “Seriously, I’m not saying this because they are my bias. But these guys never released a bad song.” 

Lihat aja deh, lelarian gituch





Ini salah satu video If You yang dibuat oleh salah satu VIP. Lumayan, sekalian nostalgia ... 



Minggu, 05 Juli 2015

hoMYNGGU: Pelarangan Gojek dan Grabjek, Tanda Tidak Siap Bersaing?



Pagi kemarin saya menemukan sesuatu yang baru di dekat pintu masuk motor di Kalibata City. Saya berharap salah lihat, sehingga saya melirik kembali, ternyata memang benar tulisannya.
“Persatuan Ojek Kalibata City melarang Gojek dan Grabjek masuk ke kawasan Kalibata City.”
What the cikibum dum dum?
Seriusan?
Ga ada cara lain apa?


Langsung sewot seketika. Walau hanya berkutat di kepala sendiri. Saya memang belum mencoba jasa Gojek yang sedang promo gila-gilaan sejak Juni lalu, tapi saya mengikuti berita perkembangannya di media massa. Alasannya sederhana, ponsel saya tidak bisa mengunduh aplikasinya. Kesian ya ... Dan jika dari pemberitaannya terlihat bahwa Gojek tidak hanya membahagiakan bagi para pengguna Gojek karena harganya, melainkan tetap menyejahterakan pengemudinya. I mean it’s a win win solution. Eh, ternyata ada yang merasa tidak win. Dalam hal ini tukang ojek biasa.


Saya merasa pernyataan di spanduk itu terasa gegabah dan tidak fair. Ini kan zamannya perdagangan bebas, kalau bersaing dengan produk lokal saja sudah sewot apalagi kena produk luar? Persaingan akan terus ada, bahkan sudah ada di antara tukang ojek itu sendiri. Dari sekian banyak tukang ojek, ada berapa sih yang benar-benar punya pelanggan tetap, bahkan setelah kedatangan Gojek? Tidak banyak. Tapi ada. Kenapa mereka ada? Ya, karena mereka istimewa.


Izinkan saya menceritakan seorang tukang ojek yang jadi langganan saya. Namanya Pak M (belum izin orangnya soalnya). Akses terpenting dari seorang tukang ojek adalah, nomor telepon. Pemasaran  dari mulut ke mulut tidak akan berjalan mulus tanpa adanya nomor telepon. Dan telepon tersebut harus punya pulsa heehe ... bagi saya yang parnoan, berkomunikasi via sms cukup menenangkan saya.
Kedua, fasilitas. Suatu kali, saya hendak meminta mengantarkan kue pesanan ke suatu tempat yang sebenarnya tidak jauh tapi saya tak punya peta untuk mengantarkannya sendiri apalagi dengan anak-anak dan jika menggunakan kurir kue harganya terlalu mahal plus saya agak buru-buru. Ketika kami bertemu di lobi, saya tanyakan jenis motornya apa, karena kuenya tidak boleh miring-miring, saya berharap dia punya motor matic. Dia bilang bisa diatur karena dia bisa menaiki berbagai jenis motor. Saya tidak tahu apakah dia memiliki sendiri motor tersebut atau menyewa, pokoknya pelanggan perlunya apa dia bakal cari.
Ketiga, apa lu minta gua ada. Pak M ini tidak hanya menyediakan jasa antar orang dan barang, tapi bisa juga untuk urusan lain seperti mengambil paspor, membantu membuatkan akte dan kartu keluarga. Di kota yang serba ribet jika harus urus sendiri ini, ada orang yang seperti itu sangat membantu.
Keempat, ikhlas alias ga ngemplang harga. Apa pun jasanya dia ga pernah kasih harga pasti, selalu diakhiri dengan ‘terserah, ibu.’ Apalagi urusan bantu bikin surat-surat di atas, ga kasih harga sama sekali. “Terserah ibu saja.” Orang yang kaya gini jadwal ngojeknya padat banget loh. Yah, macam pengemudi gojek itulah. Saya jadi teringat tukang ojek yang punya sampingan sebagai marketing burger murah meriah di daerah Perumnas Klender.
Kelima, dapat dipercaya alias amanah. Pak M ini juga dipercaya untuk antar jemput anak sekolah loh. Kita sebagai orangtua kan ga sembarangan pilih orang untuk antar jemput anak kita ke dan dari sekolah? Dan si Pak M ini punya beberapa pelanggan yang memercayakan anak-anak mereka diantar oleh beliau. Nah, ini yang ga bisa diakses oleh Gojek. Karena kita ga bisa pilih drivernya kan?

Jadi, kenapa si Persatuan Ojek itu kebakaran jenggot? Masih ada cara untuk bersaing di jalan yang sama dengan Gojek tanpa harus sikut-sikutan.

Syukurlah pengemudi Gojek tak kalah strategi. Kini mereka melepas jaket seragam saat memasuki area Kalibata City. Saya sih berharap mereka tidak dipalak preman saat menanti pelanggan di luar area Kalibata City. Dan semoga para ojek yang masih berpikiran sempit itu berbondong-bondong memperbaiki layanan dan mulai melihat pekerjaan ojek itu sebagai karier yang bisa dibangun. Ini bukan aksi tolong menolong, di mana kami para pengguna dilihat sebagai pengemis ojek yang harus terima dengan harga tinggi dan helm bau. Dinilai hanya karena kami tinggal di apartemen (yang kecil banget) atau kerja di Sudirman (padahal pegawai biasa), itu namanya diskriminasi, bung. 



Siapa yang tahu, ojek akan menjadi andalan wisata Indonesia di mata pelancong internasional dan punya reputasi positif. Jadi, ayo, bersaing sehat.  Penduduk Indonesia banyak, ga usah takut kehilangan pelanggan.