"Indonesia Tambah Pinter di Oktober". Itulah slogan bulanan Rajawali Televisi dan menandakan dimulainya seri pertama Olimpiade Indonesia Cerdas. Kami (baca: saya dan dua anak balita) sudah mengikuti sejak pertama, walau dipertengahan sempat absen karena anak-anak jadi ngejogrok kelamaan di depan televisi dan baru main lagi jam setengah 9 malam. Kebayang dong baru mau tidur jam berapa ^^'.
Malam ini sudah babak final, jadi izinkan saya bernostalgia sedikit.
1. Acara
Acara ini dari episode ke episode terlihat berusaha membenahi diri untuk menjadi semakin baik. Cerdas cermat modern ini juga disesuaikan dengan rasa modern.
Penggunaan tablet bagi pembawa acara dan layar sentuh juga sistem barcode untuk babak kotak katik. Dalam setiap episode memang ada tiga babak besar, yaitu pertanyaan rebutan, kotak katik, dan apalagi ya lah lupa, jadi semacam menyusun tiga kotak benar dari 25 kotak yang tersusun.
Pesertanya terdiri dari dua, yaitu pemain dan suporter. Pemain terdiri dari tiga orang sedangkan suporter kayanya 15 orang. Suporter ini bertugas melakukan yel-yel utama, lalu teriakan semangat ketika setiap kali benar atau salah menjawab. Pada akhir acara akan ada yang namanya suporter terbaik. Nah biasanya yang menang suporter terbaik adalah tim yang tidak lolos ke babak selanjutnya.
Memang, dari tiga tim yang bertanding hanya dua tim dengan nilai tertinggi yang lanjut ke babak kompetisi selanjutnya. Untuk musim pertama ini, pesertanya masih di wilayah Jabodetabek.
Hadiah pun berkembang. Kini suporter terbaik mendapat uang satu juta rupiah. Lalu bagi penonton di rumah ada kuis via twitter.
Bobot pertanyaan pun kian sulit tiap babaknya. Pada babak pertama, saya masih sering ikutan jawab. Begitu sudah babak penyisihan kedua, mulai keder. Malika dan Safir terpaksa menerima kenyataan bahwa Amynya tidak selalu benar. Hahaha ...
Oh iya dengan kenyataan bahwa MAN Insan Cendikia masum final bersamaan dengan SMAN 28 dan SMAN 1 Depok, saya mengubah pandangan saya terhadap institusi madrasah. Maklum, pada zaman saya madrasah lebih sering jadi 'buangan' bagi mereka yang tidak masuk negeri. Jadi yaaah gitu deeeh. Tapi melibat anak-anak Insan Cendikia ini, saya salut banget. Kaya anak pesantren pinternya =D
Oh iya, melihat para pemain ini saya jadi punya semacam catatan. Adalah lazim menempatkan orang-orang pintar sebagai wakil, nah seringkali orang yang pintar bangetnya ada satu, jadilah dominan menjawab sedangkan kiri kanannya jadi hiasan. Yang repot adalah ketika si orang pintar banget over confidence lalu salah jawab berkali-kali hingga down, si pendamping itu tidak bisa berbuat apa-apa.
Atau ada juga yang sifatnya spesialisasi. Jadi ketika ditanya, "kenapa ga tahu kalau alpukat itu mengandung vit. C?" dijawabnya, "saya ga menguasai biologi." Hadooooh ...
Strategi juga perlu di sini. Lama berkutat di pertanyaan yang sama dan salah melulu itu selain buang waktu juga buang nilai.
2. Pembawa Acara
Pembawa acaranya adalah ibu Nirina Zubir. Eks VJ MTV ini didapuk jadi pembawa acara acara cerdas cermat versi 2014. Awalnya sempat ragu, kok kayanya profilnya ga pas, harusnya jadi presenter acara parenting, dsb. Namun seiring berjalannya waktu, Nirina ini semacam pelepas ketegangan, biar tetap ceria pesertanya. Apalagi kalau sudah memberi ide untuk 'punishment' di sesi ask friends.
Toh pada awal kemunculannya ada saja yang ingin saya kritik. Ya basket lah, ya underwear kekecilan lah-jd nyiplak di short dress yang ketat >.< Sekarang sih setidaknya dah 'pas' walau tidak bisa dibilang syar'i.
Dengan sedikitnya waktu, Nirina juga masih harus beradaptasi kala membacakan pertanyaan. Maklum, kalau sudah soal MIPA, masih suka keserimpet. Kadang sih saya pikir suka ada pertanyaan yang terlalu panjang.
3. Juri
Ya, ada juri. Apa sih kegunaan juri ini? Apa ya, sebagai pemberi kebijakan. Walau sebenarnya sempat agak tricky juga, antara kasih 'clue' atau bikin bingung peserta. Yang pasti di akhir pertandingan setiap tim mendapatkan umpan balik dari para juri. Juri utamanya adalah Ira Kusno yang ditemani bergantian antara Erwin Parengkuan, Shahnaz Haque, dan Alya Rohali.
Kalau mau berpendapat, awalnya saya pikir ibu Ira ini rada lebay. Macam guru galak gitulah. Seiring berjalan waktu saya harus belajar menerima dirinya apa adanya hehehe ...
Ya gimana dong, mungkin dia orangnya memang perfeksionis bin ambisius. Sehingga pernah memberi kritik pada yel-yel suatu sekolah yang menggunakan kalimat: menang kalah sama saja. Lalu ditanggapi oleh Ira, "itu bukan mental juara. Seharusnya, kita harus menang! Makanya kalian kalah."
Atau ketika ada peserta yang tidak bisa jawab, dia akan kritik, "harusnya kamu bisa jawab ini!"
Pernah juga dia lebih keras lagi, ketika satu tim diberi pertanyaan berupa video Slank menyanyikan "Juwita Malam" nah pertanyaannya adalah, siapakah penciptanya?
Saat itu keadaan sedang tegang dan dalam ketegangan itu si jubir tim menjawab, "bukan saya". Doeeeeng!!!!
Mba Ira pun bereaksi, "ini etalase orang cerdas. Kalau tidak tahu lebih baik diam." beuuuh ....
Untung timnya masuk final, hahahaha ....
Ya suds, nanti malam jangan lupa nonton yaaa. Jam 19.00 di Rajawali Televisi or rtv. Habis nonton ini terus lihat lanjutan acaranya yang isinya kuis selebritis berasa koslet deh otaknya. Hahaha ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar