Jumat, 17 Januari 2014

Malam Inisiasiku ala Sastra Belanda

Oleh karena tidak ada larangan menceritakan hal ini saat pelantikan dulu, jadi mau cerita aaah. Belakangan ada beberapa berita tentang MABA tewas ketika malam keakraban alias ospek alias inisiasi, nah tulisan ini untuk MABA sastra Belanda FIB UI entah kapan, yang cukup pintar untuk meng-google sebelum memutuskan mengikuti acara JJAB (entah apa singkatannya =P). Cerita ini mulai berlatar belakang tahun 1999 dan memakai sudut pandang sejak saya menjadi MABA, panitia masak, panitia acara, senior, hingga alumni.

Pada dasarnya inisiasi IKSEDA bertujuan memutuskan urat malu. Oleh karena itu kreativitas dan keberanian diperlukan di sini. Bukan berani berantem tetapi berani yang keren yang bisa bikin panitia senang tapi tidak memabukkan. Kepuasan kita adalah melihat anak-anak MABA keluar dari zona nyamannya menjadi sosok paling aneh sedunia.

Si Tukang Ngedumel
Mulanya biasa saja. Saya pikir menjalani ospek universitas dan ospek kampus sudah lebih dari cukup. Toh pada saat itu ada beberapa senior yang menjadi mentor sehingga kita mampu menjalaninya. Tetapi itu dusta, saudara-saudara. Senior berselimutkan mentor itu tengah menjadi mata-mata lalu di malam inisiasi mereka menjadi 'malaikat' pencatat dosa yang akan mengeluarkan segala catatan tentang semua salah omong kita. Damn!

Makanya sampai sekarang ga pernah benar-benar percaya sama si ibu yang sudah jadi juragan O******* ini. Yes, it was you, you know who. Perannya sebagai bad side rupanya terlalu meyakinkan ketimbang waktu jadi good side. LOL.

Ada senior yang punya julukan sama dengan barang yang dikemplang-kemplang semalaman itu, pas jadi MABA kayanya horor banget ngeliat dia. Tapi begitu saya jadi senior bahkan alumni dan pada suatu waktu dia datang bareng pacar (mungkin), saya rasa aneh saja melihat dia sebagai manusia biasa. Yang pipinya bisa bersemu-semu. Makanya, saat jadi panitia acara, saya menghindari peran seperti itu. Terlalu rentan.

Hari masih terasa hangat hingga malam. Walau kita sudah dikalungi nama julukan, saya merasa baik-baik saja. Toh, saya sudah pernah mengalami malam pelantikan di sanggar SMA. Paling sebentar lagi disuruh baris, begitu pikir saya. Oh iya nama julukan saya adalah Gemurmel. Artinya? Tukang Ngedumel. Semua orang di rumah ngakak mendengar ini, "Pas banget!" Sialan.

Pemilihan nama sebenarnya bukan tanpa sebab. Ketika saya menjadi panitia acara, pemilihan nama adalah latihan pengucapan lafal Belanda. Jadilah kami memilih berbagai kata ajaib dalam bahasa Belanda. Biar pada belibet ngomongnya, begitu harapan kami
.
Nah kembali ke malam pertama. Rupanya
keadaan masih baik-baik saja hingga kami disuruh tidur. Tidur di ruang tengah, bareng-bareng. Saya merasa beruntung salah satu teman saya mendengkur dan membuat saya senantiasa terjaga walau memejamkan mata. Dan karena itulah saya menyadari ketika suasana di sekitar tiba-tiba hening dan ...

GUMPRANG! GUBRAK! PYANG PYANG PYANG!
Seluruh orang yang berwenang sudah berkeliling dengan segala atribut panci, kaleng, pokoknya semua yang berisik dan memekakkan telinga. Mereka yang tidak memegang panci akan berdiri berselang seling di antaranya dan mengeluarkan suara yang lebih nyaring dari si panci-panci. Yup, the yell of women. Lots of them.

Dalam keadaan dituntut menunduk dan terduduk, kami digiring untuk meriung satu sama lain. Kontak fisik tidak diperbolehkan di sini alias ga boleh dorong-dorong MABA pakai kaki. Jadi kalau si MABA agak bolot karena ga maju-maju, biasanya suka ada yang bisik-bisik, "Ayo maju, cepetan."

Usai meriung, pasukan penggeprak panci mundur dan digantikan panitia masak. Lha, ngapain ada panitia masak? Nah, mereka inilah yang bertugas ngolesin masker di muka, minyak di kepala plus penata rambut ala idiot. Syukur gue pakai jilbab =P

Masker n minyak ini untuk menghalau udara dingin di tengah malam puncak. Tidak dengan cara anggun tentunya. Namanya juga inisiasi.

Dan jurit malam pun dimulai. Ketika keluar dari vila, saat itulah tirai panggung terangkat. Saya justru tidak merasa tertekan di sana. Jalani saja. Sebentar lagi usai. Itu saja yang saya ucapkan di kepala saya.

Senam Pagi Itu ...
Adakah legenda baru untuk instruktur senam pagi? Karena itu alasan saya menghindari inisiasi. Pasti deh.

Kejadiannya bukan ketika saya jadi MABA, melainkan ketika jadi panitia acara. Sebagai anggota tim senam pagi, saya yang tadinya hanya ingin di bagian DJ, akhirnya jadi heboh sendiri kelojotan sambil diiringi lagu Livin La Vida Loca. Masa ketika Ricky Martin masih dikira cowo sekseh sebelum akhirnya lebih milih cowo seksi ketimbang semua cewe semlohai di video klipnya (OOT).

Dan pagi yang harusnya jadi rehat bagi para alumni justru jadi serasa ada pertunjukan ekstra. Bukan dari MABA tapi dari panitia. Dan gue selalu disuruh mengulanginya saban tahun. Alamakjaaan. Diinisiasi saban tahun ini namanya.

Tukang Jamu yang Genit
Edisi kemplang-kemplang itu berlanjut hingga akhir inisiasi. Jadi ketika untuk kedua ketiga dstnya, saya dan teman-teman sudah tidak terlalu pengang dengarnya. Dan rupanya permainan semakin meninggi ketika tiba saatnya keliling kampung. Kali ini para senior tidak lagi terlalu horor, tapi jahilnya tingkat tinggi. Jadilah kami semua didandani, lengkap dengan kostumnya. Dibagi dalam grup dan keliling kampung menuju pos-pos yang mungkin kami lalui semalam.

Di saat itu fisik jadi tantangan. Treknya cukup jauh. Tidak dikasih minum. Syukur saya jadi tukang jamu, ada bekal dua botol air jahe sisa semalam.

Air jahe. Yaiks. Ga suka jahe, tapi semalam terpaksa minum demi bertahan dari dingin. Nah kalau siang-siang begini? Tenggorokan terasa kian kering kerontang. Never want those thing anymore.
Fase itu kami sudah mulai bersenang-senang menjadi gila. Biarlah ditepokin dan disorakin orang gila sama anak-anak kampung bayaran. Toh, belum tentu gue balik lagi ke sini. Hitung-hitung hiburan lah.

Waktu Makan pun ...
Inilah saat di mana panitia masak yang adalah satu angkatan lebih muda dari panitia acara melakukan latihan inisiasi pada MABA. Yaitu dengan memasukkan  potongan cabe dan sayur ekstra besar dan nasi keras ala dimasak pakai wajan. Nasinya pun ekstra banyak, porsi supir truk. Yah, kegiatannya juga banyak sih.

Saya rasa angkatan 2000 menjadikan waktu makan sebagai surga. Habis makanannya enak sih. Ada lagi gak angkatan yang kaya begitu?

Beda banget waktu angkatan kami yang jadi panitia masak. Banyak hal yang terjadi di belakang sana. Mulai dari air jahe yang ditaruh di ember berdampingan dengan kegiatan cuci piring. Masker yang tertukar jadi adonan pisang goreng-and it tasted delicious for the seniors. Sampai fakta bahwa cuma saya yang bisa masak nasi dengan cara ditanak. Toh, akhirnya ga ditanak juga, tapi dimasak pakai wajan besar dan air yang banyak.

Konon panitia masak mengalami inisiasi keduanya saat itu. Tapi kami memutuskan tidak melakukannya ketika kami menjadi panitia acara. Memperlakukan layaknya partner saja. Sama-sama dikasih kamar. Beri informasi tambahan lebih awal agar tidak jadi berantakan di depan alumni. Lagian sudah ga ada energinya kali. Lebih baik fokus di MABA.
Tapi emang sih, serasa jadi babu di resto mana gitu. Urusan bikin capucino dan mie instan ga kelar-kelar dari pagi sampai pagi.

Drama di Malam Terakhir
Malam terakhir sudah mirip dengan malam pelantikan saya di SMU. Ada drama, yang akhirnya seolah mendesak kita untuk melawan. Toh sebenarnya apa pun yang kita lakukan akhirnya tetap sama. Nah, angkatan saya termasuk yang dieem saja. Jadilah kita digiring keluar dengan mata tertutup. Ada loh angkatan yang melawan, dan digiring juga semuanya dengan mata tertutup.

Malam itu adalah malam di mana lidah dan perut kita diuji dengan entah berapa meter persegi agar brotoali. Kalau panitia masaknya baik, agarnya bakal mudah ditelan. Yang sadis .. Hmm kunyah deh tuh.

Brotoali itu hanya rasa penyiksaannya saja. Tetapi di dalamnya juga ada jamu tolak angin. Buat apa? Buat berenang malam-malam.
Yup, akhirnya kita diceburin dengan mata masih tertutup ke kolam. Bodohnya, saya langsung ambil arah kanan sebelum membuka penutup. Masuklah saya ke bagian dalam dan ga bisa berenang. Teman saya yang fobia gelap juga panik. Kepala saya jadi sasaran entah siapa sebagai pelampung. Saya juga gak kalah megap-megap. Dan ketika saya hampir mencapai tepian, ada orang meloncat di hadapan saya. Rese nih orang, masih ngerjain juga di kolam. Saya berbalik dan berenang ke sisi yang lain. Yup, berenang bisa dilakukan saat panik.

Yang mengejutkan dan sebenarnya kind of sweet adalah ketika saya hendak mengganti baju, seorang senior menghampiri saya dengan muka kesal.
"Lo bisa berenang apa ga sih?"
"ga."
"gue udah terjun mau nolongin, lo malah berenang. Walkman pada basah semua nih."
Ah cocuiiit ... Coba lo gantengan dikit lagi, mungkin ga bakal gelap mata gue malam-malam begitu. Lumayan kan dapat adegan heroik. LOL.

Yah gitu deh. Sebenarnya menyenangkan tapi ga mau deh kalau disuruh ulang lagi. Inisiasi adalah satu hal yang menyatukan kami sebagai satu angkatan. Walau dua teman terdekat saya tidak ikut inisiasi, tetapi kami punya kisah heboh sendiri dalam pertemanan kami. Sedangkan selama empat tahun bersama, tentu ada grup dalam angkatan, dan semua itu bisa dijembatani dengan peristiwa di inisiasi.
Catatan bagi para MABA adalah jangan percaya dengan sosok senior atau alumni sebelum malam keakraban. Percayailah mereka setelahnya, itu lebih berguna.

Saya agak sedih tidak bisa menjadi pemberi order terjemah atau edit lagi bagi para junior. Tetapi saya selalu terbuka jika ada yang minta cupcake super murah buat dijual saat wisuda atau bazar demi mengumpulkan dana inisiasi IKSEDA. Mending di twitter ada berita oknum IKSEDA jual cupcake koekieku ketimbang ngencleng minta sumbangan hehehe. Serius loh.

Buat para senior atau alumni, saya juga masih available untuk edit dan terjemah kok. Halah, ujung-ujungnya jual diri =P

Anyway, semoga jalinan kekeluargaan ini tetap manis. Entah kapan bisa lihat inisiasi lagi.
Salam
Melati

4 komentar: