Kamis, 07 November 2013

Tetap Happy Saat Demam Berkat Fever Patch

<a style="display:block;width:100%;" href="https://fb.bounche.com/rohto/morethanwords/php/banner2.php" ><img style="width:100%" src="https://fb.bounche.com/rohto/morethanwords/fever-badge.png" /></a>


Minggu lalu baru saja bermain terik di siang bolong, minggu ini tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung dan kemudian hujan di sore hari atau di malam hari. Hasilnya? Bisa ditebak. Ada yang demam.

Malika  termasuk yang sensitif saat pergantian cuaca. Setidaknya demamnya itu menjadi jawaban dari kerewelannya beberapa hari belakangan, ketika langit juga tidak jelas apakah hendak hujan atau tidak. Dan ketika suhunya mulai merangkak dari 37 derajat Celcius tetapi adiknya, Safir tidak menunjukkan gejala serupa, yakinlah saya bahwa itu hanya terkait virus yang dibawa angin GJ alias ‘ga jelas’ itu.

Jika ibu saya menyarankan memberikan parasetamol setiap empat jam sekali, saya tidak. Melihat Malika yang masih aktif walau badannya panas, saya lebih memilih menambah asupan cairan. Dan jika sudah waktunya tidur, entah tidur siang atau tidur malam, barulah saya berikan parasetamol. Tujuannya agar dia bisa berisitirahat secara optimal karena suhu tubuh kan tetap berubah-ubah saat tidur dan itu tentu mengganggu alam mimpinya.

Yup, walau sudah diberi parasetamol, terlebih saat malam, Malika pasti masih akan terbangun beberapa kali karena gelisah. Selain kemudian harus diusap-usap punggungnya, jika demamnya tidak naik banyak, saya biasanya mengeluarkan Fever Patch, Plester penurun demam dari Rohto.

Malika memang senang dengan segala peralatan medis. Saat demam dia bersemangat minta diukur dengan termometer. Atau ketika demam itu membuat kepalanya pusing dan tidak bergairah melakukan apa pun, Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto itu menjadi hiburan baginya. Plester dingin itu mungkin terasa lucu baginya.

Lain Malika lain Safir. Dia justru termasuk orang yang tidak tahan dengan hal semacam itu. Mungkin karena usianya juga baru dua tahun. Jadi jika hendak menggunakan Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto, itu artinya saya harus menunggu hingga dia tertidur. Jika tidak, Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto itu akan berpindah tempat entah ke pipi atau bahkan ke kaki. Susah ya kalau barang medis terlalu menarik.

Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto ini juga ampuh saat di tidak di rumah, di luar zona nyamannya. Ketika demam Malika meninggi dan hendak dibawa ke dokter, hanya Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto yang mau dia pakai. Jadi sembari berada di antrian dokter anak yang selalu mengular itu, Malika tidak termasuk dari anak-anak yang kemudian menjadi rewel karena badannya yang sudah tidak enak itu masih harus menunggu dokter.

Jadilah Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto ini penghuni tetap kotak P3K di rumah saya. Minimal dua. Walau dalam satu kemasan berisi dua lembar Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto, saya masih perlu satu bungkus lagi untuk cadangan. Yah, namanya juga kakak beradik berjarak dekat, biasanya kakak sakit, adik juga ikutan. Ga mau dong, tiba-tiba Cuma bisa pakai satu sedangkan perlu dua lembar. Dan jika tidak disimpan hati-hati, Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto ini akan nyasar di kening salah satu boneka Malika. Duh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar