Minggu lalu baru saja bermain terik di siang bolong, minggu
ini tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung dan kemudian hujan di sore hari
atau di malam hari. Hasilnya? Bisa ditebak. Ada yang demam.
Malika termasuk yang
sensitif saat pergantian cuaca. Setidaknya demamnya itu menjadi jawaban dari
kerewelannya beberapa hari belakangan, ketika langit juga tidak jelas apakah
hendak hujan atau tidak. Dan ketika suhunya mulai merangkak dari 37 derajat
Celcius tetapi adiknya, Safir tidak menunjukkan gejala serupa, yakinlah saya
bahwa itu hanya terkait virus yang dibawa angin GJ alias ‘ga jelas’ itu.
Jika ibu saya menyarankan memberikan parasetamol setiap
empat jam sekali, saya tidak. Melihat Malika yang masih aktif walau badannya
panas, saya lebih memilih menambah asupan cairan. Dan jika sudah waktunya
tidur, entah tidur siang atau tidur malam, barulah saya berikan parasetamol.
Tujuannya agar dia bisa berisitirahat secara optimal karena suhu tubuh kan
tetap berubah-ubah saat tidur dan itu tentu mengganggu alam mimpinya.
Yup, walau sudah diberi parasetamol, terlebih saat malam,
Malika pasti masih akan terbangun beberapa kali karena gelisah. Selain kemudian
harus diusap-usap punggungnya, jika demamnya tidak naik banyak, saya biasanya
mengeluarkan Fever Patch, Plester penurun demam dari Rohto.
Malika memang senang dengan segala peralatan medis. Saat
demam dia bersemangat minta diukur dengan termometer. Atau ketika demam itu
membuat kepalanya pusing dan tidak bergairah melakukan apa pun, Fever Patch,
plester penurun demam dari Rohto itu menjadi hiburan baginya. Plester dingin
itu mungkin terasa lucu baginya.
Lain Malika lain Safir. Dia justru termasuk orang yang tidak
tahan dengan hal semacam itu. Mungkin karena usianya juga baru dua tahun. Jadi
jika hendak menggunakan Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto, itu artinya
saya harus menunggu hingga dia tertidur. Jika tidak, Fever Patch, plester penurun
demam dari Rohto itu akan berpindah tempat entah ke pipi atau bahkan ke kaki.
Susah ya kalau barang medis terlalu menarik.
Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto ini juga ampuh
saat di tidak di rumah, di luar zona nyamannya. Ketika demam Malika meninggi dan hendak dibawa ke dokter, hanya
Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto yang mau dia pakai. Jadi sembari
berada di antrian dokter anak yang selalu mengular itu, Malika tidak termasuk
dari anak-anak yang kemudian menjadi rewel karena badannya yang sudah tidak
enak itu masih harus menunggu dokter.
Jadilah Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto ini
penghuni tetap kotak P3K di rumah saya. Minimal dua. Walau dalam satu kemasan
berisi dua lembar Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto, saya masih
perlu satu bungkus lagi untuk cadangan. Yah, namanya juga kakak beradik
berjarak dekat, biasanya kakak sakit, adik juga ikutan. Ga mau dong, tiba-tiba Cuma
bisa pakai satu sedangkan perlu dua lembar. Dan jika tidak disimpan hati-hati,
Fever Patch, plester penurun demam dari Rohto ini akan nyasar di kening salah
satu boneka Malika. Duh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar