Rabu, 17 Juni 2015

RABUku: Perpustakaan Pertama Bagi Mereka

Masih lekat di ingatan saya ketika itu saya berjalan di antara dua rak tinggi berisi penuh buku. Saat itu saya merasa berada di surga buku. Padahal saya kecil sedang berada di perpustakaan Erasmus Huis. Ingatan itu menjadi salah satu rangkaian kecintaan saya terhadap buku.

Dan ketika Malika cs berulangkali meminta ke toko buku setiap kali pulang pengajian, dan hanya untuk membaca buku, saya lama-lama jengah juga.

“Kalau mau baca buku itu ke perpustakaan, bukan ke toko buku. Ke toko buku ya buat beli buku.” Begitu jawab saya berulangkali pula.

Maklum toko buku hanya perlu berjalan kaki sedikit di Kalibata City, itu pun tak lengkap koleksinya. Kurang banget malah.

Saya memutar otak kala itu, mau dibawa ke perpustakaan mana ya? Kan niy bocah-bocah petakilan, sedangkan perpustakaan harus sunyi dan tenang. Ya kalau mau ngajarin kan lebih baik di tempat praktiknya, bukan?

Lalu kemudian Allah seolah menjawab kegalauan saya. Sebuah share tentang perpustakaan baru di kawasan Taman Ismail Marzuki. Benar-benar menggoda. Ada tempat bermainnya pula, waaah .... Tidak hanya share yang Allah tunjukkan, tempat berkegiatannya anak-anak alias Gen Cerdik pun menjadwalkan kunjungan ke Perpustakaan Daerah itu sebagai salah satu rangkaian ke Planetarium. Horeeee bisa nebeng kegiatan, maklum perpustakaan ini hanya buka di hari kerja yang saya duga karena kekurangan pegawai.

Dan tibalah kami di sana pada 10 Juni lalu. Malika khawatir karena hasratnya ingin bermain-main tetapi sudah diingatkan oleh saya bahwa di perpustakaan itu harus tenang. Setelah menitipkan KTP dan mendapat kunci loker, kami naik ke lantai dua. Begitu pintu lift terbuka, anak-anak langsung ke arah kanan karena di sana ada pintu kaca menuju sebuah ruangan luas  dan ujung sana ada tempat bermain. Saat menuju tempat bermainnya pun mereka mendapat sensasi sendiri. Lantai yang didekorasi menjadi peta Indonesia itu ditempeli kerikil kecil sehingga seperti spot pijat bagi saya hehehe ...



“Amy, gimana nih. Kan kalau main harus teriak-teriak!” kata Malika kebelet.
“Ya sudah, tapi nanti kalau sudah di tempat buku-buku ga teriak-teriak ya.”


Dan werrrr langsing ngacir dua bocah itu. Padahal ya ketemunya perosotan ma mandi bola lagi. Cuma agak lain niy perosotannya, terdiri dari pipa-pipa besi warna warni jadi merosotnya lucu agak jeglek-jeglek.



Saya tidak berlama-lama di sana, panas. Tempat bermain itu semi outdoor. Selain tempat bermain seperti perosotan, ada juga mobil-mobilan yang pasti ga bakal ada akinya karena sejak pagi planetarium ini sudah penuh dengan kunjungan anak-anak sekolah. Lalu ada rak panjang berisi mainan-mainan edukasi dari kayu.



Saya masuk ke ruang perpustakaannya karena di sana sedang ada acara mendongeng. Salah satu rutinnya pegawai perpustakaan sepertinya. Anak-anak yang tinggal di sekitar TIM juga terlihat antusias datang ke perpustakaan dan mendengarkan dongeng.



Namun, yang bikin saya miris adalah ketika melongok ke bagian bermain di ruangan itu juga. Ruangan yang penuh dengan mainan edukasi itu terlihat seperti habis diterjang bom. Totally chaos. Inilah akibat euforia keganasan bin lebay ketemu mainan. Para pegawai perpustakaan pun tak sanggup berbuat apa-apa karena memang ramai sekali seharian itu. Dasar emak-emak, saya pindahkan saja yang tajam-tajam. Tak sanggup beresin semuaya karena akan ada anak-anak lain yang datang dan oprek-oprek.


Totally Chaos


Sebenarnya konsepnya sudah tepat. Mereka yang masih kebanyakan energi sebaiknya dialihkan ke tempat bermain yang lebih fisik. Ketika sudah lelah barulah perlahan-lahan merapat ke bagian perpustakaan sehingga mereka juga  tidak telampau kreatif mengolah mainan edukasi tersebut dan kemudian meninggalkannya begitu saja karena teralih mainan yang lain.



ada tindakan anarki

Saya lihatnya sih begitu. Belum lagi jika para pengunjung wisata sekolah juga datang ke sini itu berarti penuh banget dan biasanya mereka ga diberi waktu untuk berbenah melainkan langsung pulang. Dan not to mention, para individu yang memiliki mental, “ah, bukan rumah gue ini.” “ah, kan ada pegawainya, ya itulah tugasnya.”

Tapi bagi saya yang datang di pengujung bukanya perpustakaan ini, saya jadi kasihan sama pegawainya. I feel you .... Berantakannya rada mirip dengan di rumah, hanya yang ini puluhan kali lebih berantakan.

Tadinya saya mau ajak Malika dan Safir berberes, mereka tiba-tiba sudah ngejogrok di rak-rak mainan edukasi, eh tak tahunya tanpa disuruh mereka masukkan lagi mainan yang mereka mainkan sebelumnya. Ya sudslah, tumben hahahaha kalau di rumah kok ya harus disuruh melulu?



Lima belas menit menjelang tutup saya suruh Malika cs ke area buku. Masa ke perpustakaan ga baca buku? Ya, sibuklah mereka memilih-milih buku, untung dah mau tutup, bisa gempor tenggorokan Amynya.



Ketika hendak pulang, Malika berkata, “Amy, kita ke sini saja terus.”

Ah, ya, nanti yaaah .... Pegel juga ke sini bawa anak tiga biji ^^’ Naik kereta, ngerepotin orang. Naik taksi, mihil ajjah. Tapi karena perpustakaan ini  masih gratis, pas banget kalau datang dari pagi trus seharian nongkrong aja di sana hehehe .... Ayo ke perpustakaan ... Malu atuh nongkrong baca di toko buku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar