Pada suatu hari, Malika menemukan bando miliknya yang sudah lama tidak kelihatan. Melihat itu, Safir langsung mendekati kakaknya dan memaksa kemudian merengek ingin meminjam.
"Jangan dek, ini punya cewe." jawab si kakak.
"Nanti adek udah gede baru boleh pake itu?" sahut Safir.
"Ya ga lah de, kan adek tetap jadi cowok." balas saya.
"aaah, adek kan mau jadi cewek," jawab Safir bersikukuh dan kemudian merengek.
Mengalami adegan itu plus saat itu sedang ramai-ramainya berita transgender, saya jadi teringat episode-episode di Oprah Show. "Apakah Safir sedang berada di usia ketika dia memertanyakan kelaminnya?" ngeri-ngeri gimana gitu ketika membayangkan pertanyaannya. Maklum di banyak wawancara Oprah, kebanyakan LGBT merasa sudah berbeda di usia 4 tahun. Nah rada miriplah dengan Safir yang tiga tahun.
Belun lagi, Safir ini berparas perempuan dengam bulu mata lentiknya. Dan tak jarang dia ikut memegang mainan awal kakaknya yang serba pink dan hellokitty. Namun karena ayahnya parno, kami mulai membelikan mainan netral. Biar bisa dimainkan bersama. Dan melihat Safir yang mulai suka superhero, harusnya sih lebih kelihatan cowo. Kecuali tentu saja ketika dia memilih menjadi princess Anna karena ingin memainkan adegan "do you want to build a snowman". Kakak Malika jadi queen Elsa, adiknya ya jadi adeknya Elsa lah. Begitu kira-kira. Yah daripada kakaknya jadi Anna, Safir jadi Kristoff, jadi ciuman mereka. Hadoooh ...
Lalu adegan seperti ini berulang lagi. Kali ini objeknya bandana. Dan ada ayahnya turut menyaksikan.
"manusia itu kalau dilahirkan cowo ya cowo terus sampai tua," kata saya mencoba memberi pandangan.
"gak, adek mau jadi cewe kalau sudah gede!" kakinya dihentak-hentak.
"ya, ga boleh, de," jawab kami mulai putus asa.
"adek kan mau jadi kakak!"
Tiba-tiba seperti tanpa sengaja menemukan pasangan puzzle yang pas.
Sejak positif dinyatakan hamil lagi, saya memang sudah sejak awal memberi tahu Safir bahwa dia akan punya adik.
"wah safir sebentar lagi mau jadi kakak."
Safir menolak.
"ga mau. Safir mau jadi adek."
Lalu kami ganti.
"wah bentar lagi dipanggil abang Safir dong."
"ga mau, maunya dipanggil adek Safir aja!"
Saya rasa Safir agak bingung dengan konsep kakak-adik ini. Dia mungkin bertanya-tanya kok bisa ganti-ganti dari adik jadi kakak. Mungkin. Makanya dia menolak.
Nah pernyataan Safir itulah yang mengingatkan saya akan hal ini. Jangan-jangan dia pikir menjadi kakak itu berarti menjadi seperti kakak Malika termasuk gendernya.
"ya ampun de, jadi kakak itu bukannya jadi cewe. Itu loh jadi mamas. Kaya mamas Aldi, mamas Dipta..." saya menyebutkan nama para sepupunya. "mereka kan tetap cowo."
"adek ga mau dipanggil mamas!"
"ya udah deh, abang."
"ga mau!"
"kalau uda?"
"udah? Udahan? Udah ngapain?"
Jiaaah ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar