Jakarta tenggelam.
Letaknya yang memang sejak awal di bawah permukaan air laut,
kini makin mblesek saja. Kepadatan penduduk menjadi salah satu penyebabnya.
Keberatan beban. Dan itu menimbulkan efek domino. Ketika para penduduk Jakarta
menggunakan air tanah sebagai sumber air utamanya, apalagi secara berlebihan
akhirnya kini Jakarta tidak lagi memiliki cadangan air tanah. Tanah tanpa air
akan semakin turun permukaannya.
Tapi kan Jakarta
sering kebanjiran, masa tidak punya cadangan air?
Setiap kali Jakarta kebanjiran, seringkali penanganannya
adalah dengan membuangnya langsung ke laut. Padahal agar tanah mengisi kembali
kekosongan air, ya salah satunya lewat hujan dan aliran sungai. Pertumbuhan
rumah dan gedung-gedung tanpa mengindahkan imbauan membuat sumur resapan adalah
salah satu penyebabnya. Air berlebih dianggap musibah dan karenanya harus
segera dialirkan ke laut. Padahal itu adalah berkah gratis yang diberikan Tuhan
agar alam kembali seimbang usai kemarau. Kitalah yang membuat gara-gara dengan
menutup tanah-tanah dengan semen, dengan ubin, dengan aspal. Oleh sebab itu, selain
penanganan banjir oleh pemerintah yang harus diubah, kesadaran masyarakat
tentang krisis air tanah pun perlu ditingkatkan.
PERDA No. 10 tahun 1998 tentang Penyelenggaraan dan Pajak
Pemanfaatan Air Bawah Tanah Bab II Pasal 2, berbunyi:
Setiap air bawah tanah
yang digunakan untuk keperluan air minum, rumah tangga, industri, peternakan,
irigasi, pertambangan, usaha perkotaan dewatering, dan untuk kepentingan
lainnya, hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin dari Gubernur Kepala
Daerah.
Izin pemanfaatan air
tanah tidak diperlukan digunakan untuk keperluan dasar rumah tangga.
Dari PERDA di atas terlihat bahwa tidak semudah itu menggunakan
air tanah sebagai sumber daya air utama. Sumber daya air sendiri memiliki
beberapa tingkatan alternatif, seperti:
1.
Sumber daya air statis dan dinamis seperti
sungai dan danau.
2.
Penampungan dan pengolahan air hujan.
3.
Air hasil re-claim air bekas.
4.
Air hasil proses desalinasi air asin
5.
Air tanah dalam dan dangkal.
Oleh sebab itu, penggunaan air tanah oleh pihak industri dan
yang menggunakan bor ilegar harus segera ditertibkan. Bagi daerah yang sudah
dialiri PDAM, maka penggunaan air tanah hanya untuk keadaan darurat.
Tapi Jakarta dialiri
lebih dari sepuluh sungai, masa masih kurang air juga?
Dari tiga belas aliran sungai dan kali di Jakarta atau
istilahnya disebut air permukaan di Jakarta dinilai jauh dari layak disebut
sumber air bersih karena sudah tercemar. Jadi, mau dapat air darimana lagi,
kita?
Di jalanan tak jarang kita melihat rombongan truk tanki air
mendatangi gedung-gedung perkantoran atau apartemen. Seperti di tempat tinggal
saya, keberadaan truk tanki air nyaris 24 jam nongkrong di dekat pipa utama
sumber air. Padahal pada tahun-tahun awal, apartemen saya ini menggunakan
sistem pengolahan air. Namun, rupanya semakin bertambahnya penghuni dan
pemakaian air, air yang diolah pun semakin berkurang jumlah dan kualitasnya
secara signifikan.
Tak punya air tanah, air permukaan tercemar, dan sistem
pengolahan air yang belum optimal menjadikan Jakarta darurat air bersih. Kita
semua sudah merasakannya, kan? Hayo ngaku ... Apalagi mereka yang tinggal di
daerah Jakarta Utara.
Itulah sebabnya kita harus move on dan beralih menjadi warga
yang mendapatkan air bersih dari pipa-pipa air. Air tanah memang lebih murah,
tapi efek jangka panjangnya mengerikan.
PAM bekerja sama dengan perusahaan perpipaan seperti AETRA
lah yang menjadi solusinya. AETRA menyalurkan langsung air sepenuhnya dari
waduk Jatiluhur menuju Jakarta.
Jika ada lebih banyak lagi perusahaan perpipaan dan
jalur-jalurnya yang terlibat, maka program pemerintah untuk Jakarta bebas air
tanah alias total air pipa akan lebih cepat terealisasi. Karena air adalah
milik negara maka pemerintah wajib mengusahakannya. Apalagi air bersih adalah
hak setiap warga negara. Apabila pemerintah tidak mampu baik itu dari segi
sumber daya atau dana, maka wajar jika melakukan kerjasama dengan pihak swasta.
Baik lokal maupun asing. Dan di situlah tantangan pemerintah, agar pengusahaan
tidak berubah menjadi penguasaan.
Lalu, bagaimana
dengan warga? Apa yang bisa dilakukan?
Ada beberapa cara, yaitu mengurangi penggunaan air tanah dan
MENGGUNAKAN AIR BERSIH PERPIPAAN. Kalaupun Anda sudah kadung menggunakannya dan
aliran air pipa belum sampai ke tempat Anda, stop further digging.
Kedua, buat sumur
resapan di rumah Anda. Please, rumah dengan seluruh area tertutup ubin atau
semen adalah keindahan yang menyesatkan. Itu bukanlah rumah yang sehat dan
peduli lingkungan. Biarkan air terserap dalam tanah terlebih dahulu sebelum
akhirnya mengalir ke got. Tidak perlu besar, cukup dengan lebar 10 cm dan
kedalaman 30 cm. Gampang banget.
Ketiga, hargailah
setiap air bersih yang Anda gunakan. Berhemat dalam penggunaan air. Gunakan
shower bukan lagi bak mandi. Matikan kran air saat tidak digunakan saat mencuci
piring atau menggosok gigi. Habiskan air minum dalam kemasan yang Anda
konsumsi, jika tidak, siramkan pada pepohonan. Jangan dibuang begitu saja ke
tempat sampah. Gunakan air dengan bijaksana.
Bersama AETRA mari kita dukung usaha pemerintah menjadikan
Jakarta sebagai kota berbasis air pipa. Memang rasanya gimanaaa gitu ketika
harus membayar lebih untuk air. Tapi itu semua untuk menyelamatkan AIR TANAH
JAKARTA. Untuk menyelamatkan ibukota Indonesia tercintah ^^
Referensi: Paparan Dinas Tata Air Jakarta di ITB
semoga jakarta semakin lebih baik... kalau hujan kebanjiran air,, kalau kering ... eh airnya ngga ada :) perlu bijak dalam penggunaan air
BalasHapusamiiiin ... setuju harus bijak ^^
Hapusbisa gawat kalau jakarta kehabisan cadangan air bersih ya :|
BalasHapusbisa ambles bles bles ... :'/
HapusAku mau ikutan lomba ini gajadi :( Ih serem ya dengan fakta tanah yang makin turun itu, bukan hanya Jakarta, Semarang juga kabarnya begitu. DI rumah Alhamdulillah aku pake air pipa, meski kalo untuk minum tetep beli lagi
BalasHapusHhiy iya ini jg mepet dl, mba. Semarang sama2 kota pantai yak. Even air perpipaan pun jg msh ad kekurangannya ya, sungguh bukan hal sederhana si air ini =)
Hapussmoga upaya penyelamatn air tanah di jakarta sukses yak, amiinn
BalasHapusAaamiiin (kenceng bgt niy) ^_^
HapusHarus hemat air ya, untuk generasi mendatang. Ngeri kalo sampai susah air. Atau nyontoh negara Timteng aja yang nyuling air laut jadi air tawar?
BalasHapusMemanh penyulingan air laut menjadi salah satu cara alternatif mdptkan air sebelum menggunakan air tanah. Tapi yaaah ...
Hapus