Dan hari itu datang juga. Setelah sekian banyak diskusi via
whatsapp di antara ketiga belas relawan, setelah sempat survei ke SDN 1 Pagi
Balimester, saatnya saya menghadapi anak-anak itu. Bersyukur juga jadi
minoritas di kelompok ini (baca: ibu-ibu), jadi saya bisa dapat dispensasi
ketika meminta izin tidak bisa datang sejak pagi sekali. Yah, urusan taruh
anak-anak di daycare.
Saya pun baru tidur sekitar pukul empat pagi. Semalaman mengerjakan
persiapan prakarya. Ya, memang harusnya dicicil, tetapi kemarin-kemarin dah
nyicil kok, nyicil tidur. Bukan hal baru kalau saya suka meremehkan dan
akhirnya keteteran. Toh, saya bersyukur juga suami lagi di luar kota, mayan deh
malam panjang dimanfaatkan sendirian. Segala sesuatunya sudah saya siapkan, itu
kemajuan loh. Akan ada tiga prakarya hari itu. Satu, kartu cupcake, nyontek
dari buku Malika yang Mister Maker. Dua, cupcake cita-cita. Dua lembar karton
besar digambar cupcake raksasa yang nanti akan ditempeli sprinkels kertas warna berbagai bentuk. Ketika,
replika cupcake. Cupcase mini disumpal kertas koran, ditutup sterofoam bulat,
ditempeli kertas warna warni bulat, lalu ... yah rencananya mau tempelin
sprinkle kertas kecil-kecil dan kemudian
ditambah gambar karakter kartun yang ditusuk di tusuk gigi. Tapi, ga punya
tusuk gigi rupanya. Karakter kartunnya juga ga di-print. Ya sudahlah, pakai
origami saja.
Ga hanya itu, belum bikin kue. Puding sudah kelar. Kuenya
baru dibikin begitu pagi menjelang. Ketan hitam kukus, baru nyoba. Bahkan
kukusan masih menyala saat saya mengantar anak-anak ke daycare. Masih di dalam
loyang saat dibawa. Ternyata ga enak, huehehehe .... maaf yak yang sudah nyoba.
Inilah akibatnya kalau bikin buru-buru.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 saat saya bergegas keluar dari
unit. Saya memang giliran jam 08.30, tapi kayanya mepet banget gue jalannya.
Saat di tengah jalan, saya teringat sesuatu. OMG, karton bergambar cupcake
raksasa saya!! Sembari menghapalkan lagu Terhebat-nya CJR yang konon mau
dinyanyikan saat closing ceremony, saya mengingat-ingat. Kayanya mereka ga
punya toko ATK. Sekolah gratis gitu loh. Mata saya kemudian jalang mencari
tempat fotokopi. Syukurlah hanya gambar cupcake raksasa, bisalah saya bikin on
the spot. Akhirnya ketemu! Dan karton berbungkus plastik berdebu itu segera
saya bayar.
Sesampai di sana, konon tepat waktu. Tapi saya tiba dalam
keadaan tersengal-sengal. Bad strategy. Anak kelas 6 yang jadi korban pertama
saya, sebelum kelas 4 dan 5. Harusnya mereka mendapat prakarya replika cupcake,
tapi otak saya belum bisa improvisasi untuk kekurangan materi di prakarya
tersebut. Akhirnya saya kasih kartu cupcake saja. Anak kelas 5 yang dapat
replika cupcake. Sedangkan kelas 4, sesuai rencana, cupcake cita-cita.
Saat pertama bicara, saya akhirnya menyadari bahwa saya
seharusnya bicara to the point saja. Maksudnya, banyak bicara dengan gambar dan
segera berkarya. Kalau ga, anak-anaknya pada kabur. Hahahaha, saya buruk sekali
soal bicara di depan publik begini, untung gue bawa prakarya. Kalau sudah
saatnya prakarya baru deh pada ngerubung, sampai-sampai saya lupa foto-foto
mereka punya karya. Ga sempat juga. Karena rada malu, jadi pengen cepet-cepet
keluar hehehe.
Dari tiga kelas yang saya masuki, saya mau tidak mau jadi
berpikir, kapan ya mereka terakhir kali berurusan dengan ketrampilan? SD Negeri
memang mengusung belajar mandiri, dan ketika saya pernah tanyakan saat survei,
kegiatan ketrampilan itu hanya mencakup menggambar dan menyanyi. I mean, banyak
dari mereka yang ga paham saat saya tunjukkan membuat segitiga dari kertas
warna bujur sangkar. Oia, si origami akhirnya saya pakai topping pinguin
origami yang kebetulan ada step by stepnya di bungkus kertas warna. Tiba-tiba
saya merasa orisinil hehehe....
Atau ketika mengisi cupcake cita-cita. Ada yang kesal karena
salah satu temannya memasang terlalu banyak cita-cita sehingga tidak muat di
cupcake-nya. Saya bilang saja, “baguslah punya banyak cita-cita. Lagian masih
bisa dipasang di luar gambar, nanti dibuat penghubung, seolah-olah toping
tusuk.” Dan tiba-tiba, anak-anak yang
lain, berebut minta sprinkle lain untuk dipasang.
Ada juga ketika prakarya replika cupcake. Saya membawa satu
koran utuh. Dan rupanya anak-anak cowok itu tertarik dengan salah satu lembar
koran. Lembar selebriti. Yang ada pose artis seksi. Hadeeeuuuh .... salah gue
deh. Jadilah si anak cowo berulang kali meminta saya lembar koran itu.
“Mau lihat saja, Bu.” Jawabnya sambil cengangas-cengeges.
Awalnya saya jawab, “Ih, norak, ih“ Lama-lama saya jawab, “Mau
lihat? Sana mandi berdua sama ibu kamu. Sama aja.”
“Hiiiiiiiiy ....!!” sontak mereka menjawab. Dan tidak
bertanya lagi.
Keriuhan anak-anak saya anggap sebagai Malika dan Safir yang
berkloning banyak. Yah, karena anak orang lain, toleransinya masih 10. Saya
biarkan saja mereka mengerubung, berebut, asal jarinya tidak kena gunting saja
saat saya memotongkan selotip.
Secara umum sih saya membicarakan bahwa cita-cita itu ga
melulu dokter. Ada juga yang lucu-lucu. Oh iya, saya mengenalkan diri sebagai
cake decorator. Sebenarnya, anak-anak berharap saya bawa kue betulan. Awalnya
saya memang mau semacam cake decorating class, tapi saat briefing saya jadi
berpikir bagaimana jika nanti ada food war? Baiklah di demokan saja, lalu
dibagi-bagi satu kelas. Tapi ada aturan tidak boleh memberi gimmick pada murid.
Lagian ternyata saya pegang tiga kelas. Mabok bawanya. Syukur juga tidak jadi
bawa kue betulan untuk dihias, karena ketika saya tunjukkan fondant dan
mengatakan itu bisa dimakan, mereka berebut. Padahal fondantnya Cuma sebesar
penghapus. Kebayang dong kalau ada kue betulan.
Fiuuuuh ... Dan closing ceremony pun tiba. Diakhiri dengan
pelepasan balon, sisa ultah Malika. Masih disisakan untuk Safir nanti hehehe.
Tidak jadi nyanyi CJR, padahal sudah hapal. Dan kemudian dijamu soto oleh para
guru. Yang lama malah, ngasonya. Sembari nunggu giliran video dan foto.
Kebayang, guru-guru itu, guru-guru saya, teman-teman yang jadi guru, setiap
hari capek begini. Kalian ... luar biasa.
Akhir kata wanna say thank you untuk Kelas Inspirasi atas
inspirasinya. Renny sebagai supervisor kelompok 41. Viringga si Ketua yang juga
mengajar anak jalanan di Museum Bank Mandiri—lo keren. Desy si tangan kreatif yang
jauh-jauh dari Cibubur berangkat saat subuh tapi masih bisa pasang bulu mata—serius
deh, itu tepuk tangan banget. Putri yang tak kalah jauh dari Semarang tapi kok
ya ga bawa sambal jualannya (inget sambal, inget Karai Sambal). Abbit, si ahli
bumi, thank you tebengannya. Falah, makaseeeh yak gue ga dimasukkin ke pideo
(LOL). Juraij, Thank you sudah membuat hati pilu akibat tidak ada dalam video
ini terhiburkan :P. Mande, gue jadi bisa pasang profile picture baru. Pak Imam,
Anda mengingatkan saya pada banyak orang hebat yang saya pernah saya kenal,
always happy, pak. Sesaria, ibu dokter yang lagi hamil (kecil) tapi sudah tiga
kali ikutan KI, semoga si jabang bayi turut tertular inspirasinya. Mba Novi, bu
guru untuk anak kebutuhan khusus, Anda pasti sabar bukan main. Dan teman-teman
lain yang tidak tersebutkan, jangan marah, saya nge fans dengan kalian semua.
Kelas Inspirasi memang bikin nagih. Tapi tunggu anak-anak
sekolah aja dulu yak. Cukup kehebohannya hehehehe ....
salut mba ikut kelas inspirasi...
BalasHapuspengen ikutaaannn juga :)
Ayoook ikutan ... ga bakal nyesel =)
Hapuswaduh mb mel.. itu pasang bulu matanya dari malem tau.. hahhah nggak usah di sebut juga kali itu karna males ribet pakek mascara... hahahh #modus #nglesbajai... but salutt deh sampek hafal steb bay step apa yang udah di lewatin kalok q udah pasti kalok suru cerita langsung garis besarnya... hahahh soalnya saya males ngomong berulang" kali...
BalasHapusHehehe justru itu, saya malu ma diri sendiri dah dateng telat, rumah paling deket, tp dandan seadanya. Kamu total bgt. Hebat euy. Bulu mata itu detail kecil yg bikin kamu luar biasa. Oia, aq kan basicnya emang nulis, ga pinter ngomong hihihy ...
Hapus