Beberapa minggu belakangan, warga Kalibata City lagi kompak.
Apa pasal? Kenaikan Iuran Pemeliharaan Lingkungan oleh pihak manajemen yang
diumumkan akhir tahun lalu. Mulai dari reaksi protes per orangan, menunda
bayar, hingga akhirnya mulai deh dikumpulkan warganya. Sayang sekali di komplek
apartemen sebegini besar tidak ada paguyuban khusus untuk itu. Jadi,
mengumpulkan massa itu rada-rada sulit. Mungkin karena saling menunggu adanya
kepala rumah tangga di setiap tower yang pengangkatannya juga diketahui pihak
pengelola. Jadilah di sini semacam kos-kosan, people come and go ... just like
that.
Nah, lama kelamaan ini jadi bumerang juga bagi penghuni yang
sekaligus pemilik. Kok ya nyekik banget nih IPL. Padahal eh padahal masalah
komplek ini banyak yang sudah berlarut-larut. Berikut beberapa nota keberatan
warga Kalibata City terkait kenaikan IPL:
- Proses kenaikan IPL selalu dilandasi dengan kenaikan harga BBM (yang sudah turun banyak), peningkatan kesejahteraan karyawan (padahal saya tahu mereka habis cut banyak pegawai, biasanya satu tower ada 5 OB untuk membersihkan lorong, sekarang hanya ada dua), dan peningkatan kualitas. Nyatanya, tidak pernah transparan dan tidak pernah diaudit.
- Proses pembayaran IPL yang harus dibayar lunas di awal tahun. Kalau dipikir-pikir, menggaji karyawan kan bulanan, kok ya kita kudu bantu ‘deposit’ duit buat pengelola? Bayangkan satu tower bisa ada 800 unit, dan di Kalibata City ada 18 tower. Kebayang, kan? Padahal dulu ada opsi bulanan, tiga bulanan, dan 6 bulanan.
- Masalah lama yang belum terselesaikan. Yang paling heboh adalah perihal parkiran.
Sudah kaya tinggal di gang lah kalau lewat di dalam Kalibata City. Penuuuuuh. Saya pun tidak mau punya mobil jadinya. Hal ini memang disebabkan karena kurangnya sosialisasi bin pengaturan seperti untuk tower-tower bersubsidi A-G sebenarnya jatah parkirnya per 3 atau 5 unit dapat 1 jatah parkir. Nah, kenyataannya, hampir semua unit punya mobil dan/atau motor. Sumpek? Banget.
Akhirnya meeting demi meeting pun berlangsung , walau saya
tahu pesertanya tidak banyak karena
selalu dilakukan di hari kerja pada malam hari dan hanya bisa diikuti
oleh pemilik yang namanya tertera di SHM. Tidak bisa diwakili bahkan oleh
istrinya. Kemarin saya lihat sejumlah orang berkumpul, wah jangan-jangan mau
demo kaya Green Pramuka Apartement nih. Soalnya tahun lalu apartemen serupa di
kelapa Gading juga demo menolak bayar IPL, di sana lebih dulu parah
parkirannya.
Hm mm sayang saya ga
bisa ikutan. Konon kan kalau ada demo begitu yang dilihat jumlah, bukan materi
orasinya. Sepertinya jalan menuju hidup dalam lingkungan apartemen yang baik
dan benar masih panjang urusannya ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar