Sudah hampir sebulan sejak Malika bagi rapor kelulusan playgroupnya dan kemudian memasuki masa postpone sekolah formal. Oleh karena kebetulan juga masa liburan sekolah, jadi ya Amy belum pakai jadwal belajar di rumah alias emang belum bikin. Homeschooling memang menuntut ibu yang rajin nan aktif juga gesit dan tetap ceria-kenapa juga gue milih yang susah gue aplikasiin ya?
Seminggu berlalu, Malika senang bisa libur. Ga usah sekolah lagi. Saya masih rutin bawa anak-anak main di taman. Pernah juga iseng bertiga pergi ke taman Honda, sekalian beli bahan kue. Lalu ikut Amynya antar kue ke Ampera, yah walau jadi muntah-muntah karena naik mobil AC pagi-pagi. Kebetulan di penghujung minggu itu, alias hari Jumatnya, teman sekolah Malika berulangtahun. Ambil spot di taman Green Palace, divisi apartemen betulan di Kalibata City. Jadi saya memang sejatinya tidak punya akses resmi ke sana. Berhubung ada yang ultah jadi bisa masuk deh. Area taman ini ada kolam renangnya. Oleh karena Malika dan Safir baru saja muntah-muntah di taksi, saya tidak bawa set nyemplung. Lagipula ada teman kuliah saya datang dari Belgia, masa saya sibuk pegangin anak-anak di kolam?
Toh, akhirnya pada main air juga. Ketika acara ulang tahun selesai, saya mengajak Malika pulang, ada banyak alasan selain supaya saya bisa punya waktu bersama teman saya, Malika dan Safir sudah biru bibirnya. Jadi yah emang harus pulang. Eh, rupanya si eneng protes. "Aku kan mau main sama teman-temanku. Masa ga boleh? Aku kan sudah lama ga main sama teman-teman. Amy niy, masa Malika disuruh main sama adek terus?"
Yaaah, ada yang curcol niy. Dan saya tiba-tiba terlihat seperti ibu yang mengisolasi anaknya. Habis gimana dong, di lorong tempat kami tinggal tidak ada yang punya anak kecil. Mau main ke tempat temannya ada di tower sebelah, yang artinya harus janjian dulu. Dan kebetulan orangtuanya baru ngurus anak kedua jadi yah ga enak sebenarnya menambah kerepotan. Kalaupun main di taman, entah kenapa pilihan waktunya selalu pas taman sedang sepi. Jadi yah faktanya, Malika emang cuma main sama Safir. Tapi emang itu ga cukup?
"Safir itu bukan temanku. Dia adikku. Safir kan tinggal di rumah aku. Kalau teman itu yang tinggal di rumah lain." begitu protesnya suatu kali saya hendak memisahkan dia dan temannya yang tak sengaja bertemu di taman.
Ya baiklah ratu cerewet, sepertinya kamu memang suka sekolah. Tapi sekolah main. Memang tepatnya saya bergabung di komunitas tertentu supaya anak-anak bisa bersosialisasi. Melakukan hubungan riil dengan orang lain. Eh tapi datang bulan puasa, semua klub kegiatan anak mungkin jadi berkurang. Sabar deh ya ... Sebulan lagi deeeh. Self reminder buat diri sendiri supaya lebih giat cari komunitas. Sementara itu, saya bikin daftar korban kunjungan. Cari tempat teman atau kerabat yang punya anak dan bisa dikunjungi di hari kerja. Baru satu sih, maklumlah kalau puasa itu Amy harus reschedule banyak hal (jadwal masak n ngantuk juga berubah) realisasi schedule main anak masuk prioritas ketiga. Akibatnya mereka jadi makin susah tidur dan makin aneh-aneh mainnya.
Saat beberapa hari lalu ketemu temannya lagi, saya traktirlah main di mal. Ga papa lah, asal jangan tiap hari. Bangkrut.
Akhir pekan lalu, karena kebetulan ayahnya ada pekerjaan tambahan di hari Sabtu, saya bisa mengunjungi salah satu teman saya. Oh, Malika senang banget. Ngoceh melulu sepanjang perjalanan naik kereta dan angkot. Dan kalimat yang terus dia ucapkan dari berangkat hingga pulang adalah, "Malika ga nyebelin, jadi Amy ga marah." "Kok Amy bisa ganti-ganti gitu ya? Bisa marah. Bisa baik." "kalau Malika ga nyebelin, Amy jadi baik deh."
Ok deh, kenapa gue terdengar buruk gitu ya reputasinya. Hadoooh. Anyway, masih ada setahun lagi yang harus saya jalani sendirian. Mudah-mudahan Amynya bisa terus semakin baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar