Rabu, 15 Maret 2017

RABUku: Menolak Lupa Pak Raden



Kabar meninggalnya Pak Raden 2015 lalu, menyisakan kegundahan di hati saya. Bagaimanakah nasib karya-karyanya nanti? Saya merasa sayang karena anak3 belum pernah merasakan fenomena Pak Raden, si pencerita yang jago menggambar. Apalagi dokumen saat saya berkegiatan bersama beliau di komunitas KPBA tidak ada. Yah, walau kenangan itu selalu melekat di hati. 

Lalu kemudian, salah satu kawan editor di penerbit Noura memberi kabar bahwa buku karya Suyadi alias Pak Raden akan diterbitkan kembali. Hati senang bukan kepalang. Walau mengaku sebagai penikmat Pak Raden dan dongengnya, sewaktu kecil saya malah tidak pernah baca karya-karyanya kecuali dalam bentuk buku pelajaran. Ingat buku 'ini budi'? 

Dan ketika penerbit Noura Books membuka preorder, saya segera mengantri. Inilah kesempatan saya meneruskan warisan Pak Raden ke anak3 .... because he was that good.



Ada dua judul yang menjadi comeback pak Raden, yaitu Seribu Kucing untuk Kakek dan Pedagang Peci Kecurian. 


1. Seribu Kucing untuk Kakek
Pak Raden dan kucing itu sahabat sepanjang zaman, maka tidak heran jika salah satu bukunya melibatkan kucing. Berawal dari seorang kakek yang tidak memiliki anak cucu, ingin memelihara anak kucing. Dibantu istrinya, dia meminta anak kucing ke siapa pun yang dijumpai, tapi nihil. Keesokan paginya, kakek nenek itu terbangun oleh suara kucing. Bukan satu kucing, tapi banyaaak sekali. Haduh, bagaimana ini?

Cerita ini selain memunculkan rasa iba tapi juga bagaimana kakek memecahkan masalahnya dengan cara yang cerdas dan menyenangkan semua pihak yang terkait. Dan di akhir cerita, si kakek nenek pun mendapat berkah tambahan atas kemurahan hatinya. 

Buku ini lebih tebal dari kebanyakan buku anak-anak bergambar. Jadi saya lumayan ambil napas panjang sebelum membacakan untuk anak-anak. Ilustrasi kucingnya membuat si bontot gemas, apalagi ada 'seribu' kucing dengan berbagai corak dan polah. 

Walau settingnya di kampung dan mungkin tempo dulu sehingga masih bertelanjang kaki (hal yang sangat disukai anak3 saya hehehe), tetapi ceritanya tak lekang oleh waktu. Love it. 

2. Pedagang Peci Kecurian
Seorang pedagang peci memutuskan untuk beristirahat di sebuah pohon rindang di hutan. Namun, ketika tertidur, sekelompok monyet mengobrak-abrik peci dagangan dan kemudian dipakai. Terbangun dan kaget, si pedagang mendapati monyet-monyet itu di atas ranting pohon yang tinggi dengan mengenakan peci-pecinya. Apa yang akan dilakukan pedagang demi mendapatkan kembali pecinya?

Lagi-lagi melibatkan binatang dan bagaimana ide cerdas tetap bisa mengalir di keadaan apa pun. Walau digambarkan si pedagang marah, tapi tidak terucap kata-kata negatif di dalamnya. Sehingga suasananya tetap cenderung jenaka. Biasanya, anak3 saya ketika dibacakan cerita yang subjeknya ada yang dikerjai, mereka akan marah. Nah, di buku ini, mereka turut tertawa. Istilahnya, emosi terjaga lah. Ga pakai drama-drama atau becandaan slapstik. 


Looking forward for the next titles. Hanya sedikit usaha dari saya untuk berterima kasih pada beliau karena telah hadir di masa kecil saya. Dan ketika dewasa berkesempatan bertatap langsung dengan Pak Suyadi, yang bagi saya dia bak sosok kakek yang tak pernah saya rasakan. Saya tak akan lupa. Dan semoga anak3 saya pun juga begitu. 

Launching buku ini akan diadakan hari ahad ini, tanggal 19 Maret 2017 di perpustakaan kemendikbud senayan mulai pukul 9 pagi loh. Yuk ketemuan di sana. 

2 komentar:

  1. Terima kasih review bukunya mbak. Iya pas Pak Raden meninggal Indonesia kehilangan salah satu tokoh pendongeng cerita anak-anak :(
    Wah baru tau kalau kmrn ada launching buku ini di Senayan :(
    Lalu udah bisa dibeli di toko buku kah skrng?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah. Biasanya pasca launching dah ada barangnya di toko buku ..

      Hapus