Sabtu, 14 Desember 2013

(Repost) Rusunami challenge #2: memilih desain interior


Bedanya flat dengan rumah biasa adalah kita ga bisa sembarang beli atau bikin furniture. Segalanya harus dipikirkan efisiensinya, karena kalau tidak di ruang yang terbatas itu akan jadi tempat yang tidak karu-karuan penuhnya. Makanya customisasi jadi pilihan dan karena malas cari tukang, aku dan Hery mengandalkan para jasa interior design yang memang sudah pasang tempat di Kalibata City.
Awal April ini dikumpulkanlah para jasa interior design itu dalam satu pameran. Sebelumnya mereka tersebar di beberapa tower sehingga agak tooks time kalau mau lihat-lihat. Pamerannya di mal Kalibata City, yeah ada mal di sana. Jadi gampang nanti kalau nyari Malika lagi nongkrong di mana hehehe.
Memilih interior designer juga akhirnya aku menggunakan konsep takdir. Satu hari kami keliling pameran tersebut, mengumpulkan berbagai brosur. Tentu ketika mau ke pameran kita sendiri sudah punya konsep kasar tentang mau seperti apa interiornya. Kalau dalam kasus aku, pengen banget mesin cuci jadi satu sama kitchen set, karena pengen balkonnya masih cukup lega. Jadi cari interior design yang ketika ditanya soal itu bisa menjawab dengan lugas hehehe...
Lalu kemudian setelah puas berkeliling, kami memilih nominasi supaya mudah membandingkannya, baik dari segi spek paket yang ditawarkan hingga harga. Lama juga Hery pilih-pilih. Setelah mantap dengan nominasinya, baru buat janji lagi dengan para nominator untuk melihat show unitnya.
Melihat show unit juga jadi bagian penting karena untuk melihat finishing pekerjaan. Jangan hanya terpaku dengan finishing di display. Lebih baik lihat show unitnya langsung karena bisa langsung kita bayangkan tempat kita sendiri.
Kala itu ada dua nominator. Yang satu versi murah dan yang lain versi agak mahal tetapi bukan yang menawarkan harga paling mahal. Keduanya kita pilih selain karena dari displaynya kelihatan bagus desainnya juga karena ada spek rak sepatu. Yup, rak sepatu. Aku tidak suka dengan konsep rak sepatu yang kelihatan sepatunya. Mungkin karena aku bukan shoe freak jadi ga merasa terhibur kalau lihat sepatu nangkring.
Pada hari melihat-lihat show unit itulah takdir bermain. Salah satu jasa interior design malah susah dihubungi. Padahal dia yang menawarkan spek murah, jadi kita tadinya lebih condong ke sana dalam soal harga. Ya sudslah kita ke show unit interior designer yang lebih mahal. Entah karena memang sudah mepet waktu atau karena emang merasa cocok, aku merasa nyaman berkonsultasi dengan mereka.

Mungkin memang kebiasaan para penyedia jasa untuk membicarakan saingannya, tetapi yang satu ini lebih meyakinkan hehehe.

Pertama soal perbedaan harga, karena ternyata ada perbedaan bahan. Bahan yang mereka pakai setingkat di atas yang lebih murah-secara kontur juga mirip tetap lebih tebal, tetapi bukan bahan yang terbagus. Jadi kalau untuk bahan lebih murah alias decosit bisa dipastikan kitchen set-nya kisaran 10-11 juta-tp bahan ini tidak tahan panas. Untuk setingkat di atasnya menggunakan hpl, kitchen set-nya kisaran 14-15 juta. Sedangkan untuk yang paling bagus pakai duco kitchen set-nya bisa 17 juta lebih. Pengalaman sedikit banyak berkutat dengan memilih spek kertas untuk cetak buku, membuat alurnya terasa masuk akal. Kalau dia menggunakan bahasa yang berbeda, mungkin aku akan mengatakan itu hanya menggosipkan saingannya.

Kedua, soal desain. Aku suka dengan penyedia jasa yang bisa bilang mana yang perlu mana yang tidak perlu. Interior Designer yang satu ini tidak menawarkan drop ceiling karena alasan: malah tambah panas karena atap jadi sangat rendah dan ada risiko alergi. Alergi? Iya. Drop ceiling yang menggunakan gypsum pasti akan menghasilkan bubuk. Dan menggunakan drop ceiling berarti menampung debu di antara atap dan drop ceiling. Senang deh dapat penjelasan seperti ini. Begitu pula soal AC. Satu cukup, dalam satu jam juga bisa memenuhi ruangan. Plus, bonus ganti kunci utama. Ternyata ada kasus tukangnya lupa nomor unit sehingga main dicocokin aja ke semua pintu. Dan ada 4 pintu yang cocok dibuka dengan satu kunci. Alamaaak...

Dan hingga akhir pertemuan si interior designer yang lebih murah masih tidak bisa dihubungi . So, i convinced Hery bahwa itu bukan rezekinya, ga perlu dilihat lagi show unitnya.

Kita pun pulang untuk kemudian melakukan rencana selanjutnya, finalisasi spek yang disesuaikan dengan anggaran.
To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar