Beberapa minggu yang lalu sempat nengok unik kita di rusunami. Rupanya, sudah ada kabinet-kabinet kitchen set teronggok di sana. Belum dipasang ke dinding, pegangan pintunya belum ada, dan batu granit juga belum. Furnitur kamar dan TV juga belum ada. Mungkin ini kloter pertama pengiriman barang setelah 6 minggu lalu kita deal dengan desainer interiornya.
Melihat ini semua, jadi ingat flash back-nya sebelum akhirnya kita deal dengan desainer interiornya. Pertama kita lihat di display pameran, lalu browsing internet dan majalah yang sudah dibeli sejak tahun 2008. Kemudian lihat contoh unit yang merupakan tempat tinggal marketingnya, lihat internet dan majalah lagi. Baru deh habis itu ketemuan lagi sama agen interiornya yang kebetulan juga ada tukangnya hadir di situ. Dan deal.
Ngomong-ngomong soal finalisasi spek emang ga semudah hasilnya. Kalau lihat hasilnya mungkin akan terucap, yah begini doang aja diskusinya bolak balik...
Kitchen Set dan Meja Makan
Hampir semua display di pameran interior menggabungkan kitchen set dengan meja makan. Ya iyalah, ruang semungil itu ga mungkin pasang meja bundar kan... Dari semua pilihan kitchen set dan meja makan, kami sepakat memilih yang mejanya dapat dilipat. Tentu saja alasannya agar kita punya pilihan untuk ruangan yang lebih luar. Walau mungkin nanti praktiknya tuw meja lipat bakal secara permanen terbuka. So, meja makan permanen langsung tereliminasi.
Hanya ada dua stan yang mendisplay meja makan lipat, jadi lebih mudah bagi kita memilihnya. Kenapa kemudian kita lebih memilih yang sekarang ini? Karena letak kompornya horizontal. Loh? He eh, hampir semua display meletakkan kompornya vertikal. Untuk gambaran, ini kompornya modena dua tungku yang mepet-mepet itu loh. Memang, dengan posisi vertikal, ruang untuk kerja dapur lebih luas. Tetapi ketika kita sedang di show unitnya dijelaskan bahwa, posisi horizontal memang mempersempit ruang kerja masak memasak, tetapi sejatinya akan lebih memudahkan saat kompornya digunakan. Lebih enak masak dengan panci berdampingan ketimbang model paralel depan belakang begitu, kan? Buat aku, itu nilai plus buat agen interiornya
Kompornya pun diberi pilihan. Dia bisa menghemat Rp. 500.000,- jika aku mau menggunakan kompor modena yang bukan model terbaru. Sebagai pengguna kompor Rinnai mah aku ga masalah. Model kompor toh gitu-gitu aja. Yang penting nyala, bukan bekas, apinya bagus. Beres.
Rak kitchen set sendiri ternyata juga harus dibantu display. Karena kita kan awam. Paling ga kita tahu mau menempatkan apa saja di kitchen set itu. Dalam perhitunganku, kitchen set atas untuk tempat pecah belah kering dan pecah belah habis dicuci persis di atas sink, jangan lupa makanan kering. Sedangkan kitchen set bawah untuk tempat panci segambreng, bumbu masak, dan perlengkapan dapur dan makan (pisau, sendok, etc). Terus perlengkapan bikin kueku di mana? Syukurnya si meja makan lipat ini ada lemarinya juga, jadi bisa deh ditaro segala macam cetakan. Yah, oven nangkring sepertinya kalau pun jadi beli bakal bercokol di teras bareng mesin cuci.
Dalam display dan show unit, meja makannya pakai topi bar. Emang sih kelihatan keren, pakai lampu gantung atau bisa buat gantungan gelas. Tapi saran si agennya ga usah dipake karena bikin sempit. Ok, baguslah.
Panel TV
Panel TV termasuk salah satu yang ribet urusannya. Karena secara penempatan itu berada di wilayah main Malika dan calon adiknya nanti. Dengan 2 batita di rumah, tentu ga bisa sembarangan pasang TV. Kalau mau yang minimalis pasti akan pasang TV dengan rak rendah dan rak-rak gantung. Kalau kita pakai konsep itu, bisa cepat bocor tuw TV LCD, atau bisa jadi dibanting sama bocah-bocah. Rak gantungnya bisa jadi pijakan enak buat manjat-manjat. Huehehe.. wassalam deh.
So, kita buat rak TV yang lebih tinggi dari biasanya, 80 cm. Rak-rak di bawahnya menggunakan tutup karena buat segala audio dan dvd player ecek-ecek buat nyetel dvd bajakan. Belum lagi sekat khusus untuk naro tempat koleksi CD lagu, kaset, DVD. Tadinya Hery bersikeras ga perlu pakai tutup, padahal audionya juga touch screen. Alasannya biar Malika ga ngerecokin TV jadi mending audionya aja yang rusak. Bah, orang kaya, bos? Akhirnya pakai tutup dan dikunci juga.
Di samping panel TV itu sejatinya tempat kulkas. Ada juga konsep pasang lemari di atas kulkas. Tetapi sebenarnya memasang lemari di atas kulkas itu tidak disarankan. Pada buku manual selalu disebutkan untuk memberi jarak samping dan atas di sekitar kulkas, kalau dipasang lemari maka akan membuat kulkas panas dan menyedot banyak listrik. Mending berhemat deh. Lagian biar ga penuh dinding sama panel-panel.
Kulkasnya sendiri aku pilih yang satu pintu dengan freezer lebih besar. Aku pencinta freezer memang hihihiy. Dengan dua kamar, emang mau berapa penghuninya siy? Ga perlu segede yang di rumah juga toh. Di rumah Hery yang jumlah orangnya lebih banyak daripada di Tebet pake yang satu pintu. Yeah mereka ga koleksi daging-dagingan dan ayam juga siy hihihiy...
Kamar Tidur Utama
Selanjutnya yang menjadi garapan sang interior adalah kamar tidur kami. Di show unitnya lemari pakaiannya bisa 2 meter, memenuhi satu sisi dinding. Kayanya terlalu besar deh. Lagian aku perlu meja kerja (catet ya, meja kerja, bukan meja rias) Akhirnya dipangkas jadi 1,5 meter panjangnya. Rak gantungnya dibuat dua tingkat. Tingkat atas untuk kemeja, tingkat bawah untuk blus-blus. Raknya ada empat yang terbuka dan satu tertutup yang kemudian menjadi dua laci. Lagi-lagi soal lemari harus ingat-ingat mau buat dimasukin apa aja tuw lemari, jangan sampai ada barang yang ga punya sarang sehingga jadi sumpel-sumpelan aneh. Ini kan rumah kecil...
Tempat tidurnya sendiri mepet ke dinding dengan panel kepala. Ga mau pasang lemari juga di panel kepala karena tidak cocok menurut feng shui. Di bawah tempat tidur ada dua laci. Yah mungkin bisa buat tempat sprei atau koleksi bukuku yang sampai sekarang belum ketauan mau ditaruh di mana.
Di belakang panel kepala itu pintu dan ada sedikit ceruk, akhirnya kita putuskan buat rak seperempat lingkaran dan di atasnya bisa buat lampu tidur.
Rak Buku atau Ipad?
Yup, satu hal ini jadi big deal buat aku karena Hery naro prioritas kelas teri untuk koleksi bukuku. Mauku siy, rak buku itu dibuat ambalan sepanjang dinding yang sejajar pintu. Eh dia maunya bikin rak lima tingkat sepanjang 1 meter dan bagian bawahnya lemari yang bisa ditarik jadi coffee table. Mana cukup buat bukuku? Belum lagi buku Malika. Akhirnya aku minta keputusan, buatin rak buku lagi atau Ipad. Ga dikasiy-kasiy tuw keputusan. Sepertinya bakal ngendap lebih lama tuw buku di kardus dan lemari di Tebet. Yaaaah...
Diskusi Warna Sama yang Buta Warna
Bahan dah sepakat pakai HPL, posisi dan ukuran juga dah sepakat (ada yang katrolan juga siy), nah sekarang yang paling ribet adalah warna. Aku siy ga terlalu peduli sama warna, malah tadinya mau semua rak dan lemari itu warnanya putih biar tetap terkesan luas. Sedangkan Hery maunya beda-beda warnanya. Dan ribetnya dia, mesti pake nanya dulu ke gue... dooooh... What do you expect from a color blind person? Akhirnya jadi lama deh liat katalog warna, apalagi di stan agennya pake lampu kuning, walah tambah halusinasi gue liat warnanya.
So, hasil akhir, kabinet kitchen set putih dengan batu granit hitam, mozaiknya degradasi putih ke hitam. Untuk area meja makan, hijau. Panel TV kalau ga salah ingat putih dengan list hitam. Sedangkan tempat tidur dan lemari pakaian coklat kemerahan.
Begitu dah disepakati urusan warna, aku jadi kena pe er tambahan ketika nanti belanja furnishing interior-musti cocok sama warna lemarinya. Ribet dah urusannya. Kayanya ga usah bawa Hery, nanti jadi lama belanjanya karena musti persis banget matchingnya. Warna warni itu kan bagus! Jadi bisa sekalian ajarin Malika soal warna.
Safety Safety and Safety
Ga mau kalah sama prinsip JK pilih pesawat, untuk urusan furnitur juga perlu tuw 3S. Soalnya punya batita yang doyan manjat dan kilik-kilik ke sana kemari. Kesian kan, dah tempat kecil terus sering dilarang-larang. So, untuk urusan furnitur aku minta semuanya dipasang kunci. Termasuk kitchen set. Apalagi kitchen set, karena tidak pakai pembatas antara kitchen set sama ruang umum, ntar tau-tau dia buka-buka laci pisau bisa horor nanti.
Yang Tertunda
Yah, segitu dulu dipasangnya. Kita masih menunda pasang panel dinding untuk menutupi segala macam pipa karena pipa gasnya belum masuk. Masih menunda buat rak buku, tentu saja. Dan menunda dandanin kamar Malika karena rencananya mau buat tempat tidur tingkat-hanya saja untuk bisa tidur di tempat tidur tingkat harus mencapai usia tertentu bukan. So, bisalah ditunda lebih lama. Satu lagi, kamar mandi. Ini jadi area tanggungjawabku, tetapi menunggu segala urusan kloter pertama selesai dulu deh baru mulai hunting rak-rak besi buat di kamar mandi.
Fiuh... rumah kecil ternyata tidak membuat urusan jadi kecil hehehehe...
To be continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar