Masih menanti berita terbaru tentang hilangnya pesawat Malaysia Airlines. Jadi teringat tragedi Adam Air. Di dunia yang konon gps di mana-mana tapi kalau sudah melibatkan pesawat jatuh, apalagi di laut, nyarinya susah minta ampun. Bahkan tak jarang berujung nihil.
Jika dilihat dari angka, mungkin angka korban kecelakaan pengendara motor di Indonesia jauh lebih tinggi daripada korban kecelakaan pesawat. Apalagi di Indonesia dengan mental akrobat (ramai-ramai naik motor tanpa helm, di bawah umur pulak), ternyata masih ketemu orang yang takut naik pesawat. Bukan takut ketinggian, tapi takut risiko jatuhnya. Padahal, ajal bisa di mana saja, bukan?
Hanya saja mungkin keadaan harap-harap cemas seperti ini yang membuat kecelakaan pesawat lebih dramatis, lebih tragis. Hampir seperti bencana gempa atau tsunami di mana kita tidak benar-benar bisa melihat jasad orang-orang tercinta. Ada perasaan menggantung di sana. Berharap mereka masih hidup di sebuah pulau antah berantah.
Namun kenyataannya, kalaupun ditemukan, biasanya keadaan jasadnya mengenaskan. Saya ingat sebuah kecelakaan kapal yang tenggelam di daerah Sabang. Saya masih SD kala itu. Konon, dari dalam perut hiu-hiu yang ditangkap ditemukan potongan tubuh. Ngeri ....
Pesawat yang butuh pemeriksaan berulangkali saja bisa mengalami kecelakaan misterius. Apalagi yang ugal-ugalan, slengean macam para pengendara bermotor di sekitar kita. Berhati-hatilah dalam bertindak, karena sesungguhnya duka keluarga yang ditinggalkan sama perihnya entah itu akibat kecelakaan darat, laut, dan udara.
Jangan lupa baca doa sebelum berangkat. Ada yang menyebutkan perginya seseorang untuk bekerja adalah separuh jihad karena ada risiko kecelakaan itu tadi. Jadi jadikan perginya dan kembalinya Anda selalu dalam lindungan Allah Swt.
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun atas hilangnya pesawat Malaysia Airlines. Bagaimana pun ini adalah musibah. Semoga mereka yang tertimpa musibah ini diberi kekuatan dan ketabahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar