Sabtu, 08 Maret 2014

para orangtua, mari jaga perilaku kita

Masih bicara soal tindak kriminal yang melibatkan tiga remaja jelang usia dua puluh alias sembilan belas tahun. Saat membaca ada bocah bunuh bocah, kita mungkin berpikir bocah ini termakan tontonan dan otaknya belum paham. Tapi kalau remaja yang baru masuk kuliah dibunuh sama mantan pacar dan sesama teman SMAnya ini namanya apa ya?

Selain isu pengasuhan orangtua yang kemudian makin gencar ditekankan setelah ada kejadian ini, ada satu fakta menarik. Rupanya si mantan pacar yang mengajak pacarnya bunuh si korban @adesara, adalah anak dari seorang dokter yang terlibat kasus aborsi. Selama dua belas tahun praktik, si dokter ini telah menerima pesanan aborsi selama empat tahun. Dokter ini sudah dihukum penjara. Tapi dengan sangat sedih hati, saya terpaksa berbisik, buah tak jatuh jauh dari pohonnya.

"wahai laki-laki berhati-hatilah akan tindakanmu. Istri dan anak-anakmu akan menanggung derita seumur hidupnya." itu kalimat penggalan dari novel Athirah. Diucapkan oleh si pemeran utama, Athirah, alias ibunda Jusuf Kalla.

Dari kalimat ini, saya ingin melebarkan kata 'laki-laki' menjadi orangtua. Saya teringat suatu kali ayah saya berujar usai melihat pemberitaan sadis di televisi. "Nenek moyang kita adalah orang-orang saleh. Penyebar agama. Doa-doanya makbul. Oleh karenanya kita masih diselamatkan dari segala tindakan mengerikan yang ada di dunia." Kalimat ini terasa bersayap di kepala saya. Saya ingat betapa papa saya adalah penggila ibadah. Sangat takut neraka. Oleh sebab itu sempat ada masanya papa sangat marah dengan perbuatan kita dan kemudian berdalih bahwa dia akan masuk neraka karena perbuatan kita.

Sepertinya dia sendiri menyadari posisinya sebagai penerus laki-laki dari para nenek moyang itu. Dan itu sudah dia emban sejak ayahnya diculik gerombolan DI/TII saat usianya empat tahun. Dia sudah diajarkan akhlak, tauhid, fikih sebelum usianya tujuh tahun. Bukan didikan pesantren loh, tapi lingkungan keluarga di Aceh saat itu masih sangat kental agamanya, jika tidak mau disebut keras =).

Saya merasa ucapan papa ada benarnya. Yah, papa saya tidak sempurna. Jika mama sangat bekerja keras menyelamatkan keluarganya dari miskin harta, papa sibuk menyelamatkan keluarganya dari miskin iman. Duo dinamit. Berada di antara keduanya, benar-benar terasa seperti sedang berada di kamp konsentrasi. Toh pada akhirnya ucapan merekalah yang banyak saya kutip ketika saya berkeluarga. Dan kini setelah berkeluarga saya merasa berada semakin maju sebagai generasi yang harus banyak berdoa untuk generasi selanjutnya yang akan datang. Inilah investasi yang sudah diajarkan Allah. Memang ada bisnis yang bisa diwariskan, tetapi doa yang diwariskan turun temurun jauh lebih berharga.

Dengan segala yang dapat terjadi di dunia ini, saya merasa harus mengingatkan diri untuk banyak-banyak berdoa. Seperti kata salah satu teman, "Anak itu harus dikekepin. Kekepin doa." Dan seperti yang sering ditekankan dalam alQuran dan hadits bahwa ibadah itu bukan sekadar ritual, bukan sekadar diucap, tapi juga diimani. Sebagai orangtua, saya harus benar-benar menjaga tindak laku saya di depan atau di belakang anak-anak. Tidak ada lagi dualisme kepribadian. Ga boleh galau lagi.

Saya juga terpaksa sering-sering 'menyentil'
suami (kata 'terpaksa' digunakan karena konon kita tidak boleh berusaha mengubah suami) dari perilaku dan berteman. Saya selalu kritisi pemilihan dvd yang dia beli karena selalu berisi soal kehidupan narkoba dan seks. Percakapan cowok-cowok di bbm yang melibatkan share foto cewek-cewek seksi dengan judul 'Pembantu Seksi'. Walau ngakunya tidak turut ambil bagian dalam percakapan tersebut, saya tekankan foto-foto itu sudah harus lenyap sebelum masuk ke rumah. Dan last but not least menambah perbendaharaan ibadah dalam keseharian.

Saya sadar tabungan doa ini mungkin jumlahnya sama sedikitnya dengan rekening saya. Semoga Allah memanjangkan usia saya dengan berkah untuk berdoa. Karena sempurna hanya milik Allah. Dan semoga Allah senantiasa melindungi generasi kita dari bahaya dan bencana.

6 komentar:

  1. Tanggung jawab kita sebagai ibu, yg mendidik anaknya kedepan semakin berat ya mak, karena perkembangan jaman yg semakin mengkhawatirkan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya mumet mikirinnya, mak. Tapi kalau kata spiritualis kita harus selalu menyebarkan energi positif agar tidak ada hal buruk tjd pada kita. Yet, it'ssoooo hard to doooo ... U_U

      Hapus
  2. alhamdulillah .. membaca ini jadi sejuk mak..
    seringkali manusia tidak menyadari apa yang mereka perbuat :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup, hehehe ... Pengingat buat diriku sendiri juga, mak. Kalau ga ditulis, nanti denial terus =)

      Hapus
  3. iya, mak. doa itu yang terpenting karena melindungi orang yang kita cintai di mana pun mereka berada :')

    BalasHapus