Silaturahmi saat lebaran sudah menjadi jadwal di rumah kami.
Hari pertama di rumah orangtua saya, hari kedua di rumah kakak tertua suami
(mertua sudah almarhum semua), dan hari ketiga adalah hari silaturahmi keluarga
mama saya. Hari ketiga ini persiapannya agak berbeda, mobil sewaan (karena saya
tidak punya mobil) dan beberapa kotak kue untuk dibawa ke rumah yang
dikunjungi. Mau tahu berapa rumah yang rutin kami kunjungi setiap hari ke-3
lebaran? Delapan. Yap. Berawal dari Klender, Duren Sawit, Pondok Gede, Bekasi,
Ciputat, lalu terakhir di Cilandak. Jatah 12 jam mobil sewaan terpakai semua.
Namun ada yang berbeda di lebaran tahun ini, pada beberapa
rumah, saya malah pamit dengan membawa sekantung beras. Saya ga minta loh. Ini
namanya uang beras dari Uwo untuk
baby M. Hadiah kelahiran bayi? Ga juga.
bukan habis antri beras lho ..
Uang beras adalah tradisi menghadiahi bayi yang baru lahir
ketika si bayi berkunjung ke rumah sang uwo untuk pertama kali. Istilahnya pertama
kali naik rumah uwo (kenapa naik? Karena kalau di minang kan pakai rumah
panggung). Jadi statusnya harus antara uwo ke cucu ya. Kayanya lebih spesifik
lagi ke cucu perempuan dari anak perempuan. Lazimnya di kampung malah tak hanya
beras melainkan juga kelapa yang sudah tua. Nantinya kelapa itu ditanam di
rumah sebagai tanda. Green living banget ga sih. Ada bayi lahir, disuruh tanam
kelapa hehehe. Tapi berhubung kami tinggal di kota dan saya tinggal di rusun,
yaaah agak sulit ya kudu tanam kelapa.
Uang beras ini adalah sedikit dari tradisi minang yang kadang-kadang
masih suka nyelip dalam keseharian kami yang katanya tinggal di kota ini. Ini
tradisi yang menyenangkan bagi saya, maklum ... lebaran, deketan sama tanggal
tua ... dapat beras dua kantung itu amanlah perut buat sebulan ke depan hehehe
makasih uwoooo ... (kata baby M)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar